"Eh ini serius?! Dia dari keluarga Dinata yang itu?!"
***
"Kak Aldo!! Kak Aldo dimana sih ah pas Rara cari gak nongol"
"Mungkin dia masih nunggu dikelas yang dia maksud padahal kan kelas itu gak ada"
"Nah itu dia ... Dari mana aja sih kak Aldo?"
"Lah dimana dia?"
"Ini nih marah-marah sendiri dia ngomel-ngomel katanya kenapa gak dateng dulu ke kelas yang dia maksud"
"Hah dasar demit merepotkan ... Suruh dia masuk ke tubuhmu ra"
"Apa?" Seketika Rara tertunduk dan dengan cepat perilakunya berubah drastis yang menandakan kalau Aldo sudah masuk begitu saja pada tubuh Khairana.
"Gue kan udah bilang sama lo temuin gue dulu di kelas yang gue bilang kemarin gimana sih ah"
"Heh gue sama Rara juga udah cari kelas itu gak ada anjir yaudah kita langsung aja pergi ke kantor nyari, syukur-syukur udah gue bantuin bego"
"Cih kelasnya ada di ruang bawah tau"
"Lah itu kan laboratorium doang"
"Dulu itu kelas gue tau tapi sejak insiden gue tu kelas berubah jadi laboratorium"
"Bilang dong anjir emangnya ni sekolah sama kek jaman lo sekolah dulu apa"
"Yamaap"
"Udahlah, btw gue sama Rara udah nemu absen kelas lo"
"Udah? Jadi? Nama panjang gue kalian udah tau?"
"Iya, lo berasal dari keluarga Dinata kan?"
"Ya mungkin"
"Kok mungkin sih, harusnya lo tau dong"
"Gue amnesia anjir"
"Mana ada demit amnesia"
"Lo kira hantu gak bisa amnesia apa, gue gak tau makanya gue minta bantuan lo pada"
"Jadi gimana nih mau gue jelasin?"
"Ya jelasin lah"
"Yaudah jadi tadi tu gini ..."
Flashback on...
"Eh serius?! dia dari keluarga Dinata yang itu?!"
"Rara denger keluarga Dinata itu punya perusahaan yang besar, direktur disana juga kerja sama dengan ayah rara"
"Iya, mereka adalah penyumbang disekolah ini"
"Penyumbang?"
"Iya, bisa dibilang mereka adalah aset penting dari sekolah ini jika keluarga itu berhenti mengirim dana ke sekolah ini bisa-bisa sekolah ini akan ditutup karna kekurangan dana"
"Bisa gitu ya, Rara kira gak akan sepenting itu"
"Karna sekolah ini terkenal menghasilkan siswa-siswi yang cerdas dan berkarakter makanya keluarga itu menjadi penyumbang dana tetap disini"
"Kak Aldo tau gak ya soal ini"
"Kita bakal tau kalau kita tanya langsung ke dia"
"Oke deh, jadi segini dulu nih?"
"Iya kita cuma disuruh buat nyari identitas dia disekolah ini kan jadi yaudah segini aja dulu"
"Oke"
Flashback off...
"Jadi gitu, keluarga lo itu penyumbang dana disekolah ini"
"Hmm ... Mungkin iya"
"Udahlah lo bakal inget kalau lo bisa liat keluarga lo secara langsung mungkin"
"Ya mungkin, tapi gue gak pernah pergi dari sekolah ini karna tempat gue meninggal itu disini"
"Emangnya gimana sih ceritanya sampe lo meninggal?"
"Gue sendiri gak inget ... Yang gue inget ada suara tembakan dan darah bercucuran di dada gue abis itu gue gak sadarkan diri tau-tau dah jadi gini"
Riani terdiam kala melihat ekspresi wajah yang tergambar pada wajah Khairana, amarah ... sakit hati ... Dan rasa penasaran yang amat sangat ia rasakan.
Kalau misalkan Riani jadi dia mungkin akan meminta bantuan untuk mengungkap semua misteri yang terjadi padanya.
"Coba lo sesekali ikutin kita keluar dari sekolah ini, tapi jangan ngajak Rara ngobrol kalau diluar bisa-bisa dia dianggap gila lagi sama orang-orang"
"Ntar gue coba lah"
"Emang lo suka diem dimana? Keliling sekolah ini aja?"
"Ya gitu, kadang gue diajak ngobrol sama hantu lain disekolah ini"
"Berapa banyak demit disini anjir"
"Banyak tapi cuma beberapa yang bener-bener ganggu orang"
"Yaudah buat hari ini segitu aja dulu kalau ada info gue kasih tau lo"
"Iya dah"
Aldo kembali keluar dan Khairana juga sudah kembali seperti semula.
Riani dan Khairana memutuskan untuk pulang karna sudah larut, dan melanjutkan kegiatan esok hari.
***
"Keluarga Dinata ya, apa aku harus tanya papa soal ini? Apa hubungan papa dan perusahaan itu sangat dekat atau tidak, mungkin besok kalau bisa aku akan datang ke kantor papa"
Khairana bergumam setelah ia membersihkan dirinya dari peluh yang ia hasilkan hari ini bersama Riani.
Tiba-tiba saat dia tengah iseng membuka laptop untuk menonton film ada sesuatu yang mencolek kakinya berulangkali.
"Ish apaan sih ini, moci kan gak ada dikamar" tanpa melihat apa yang sedang terjadi dikakinya Khairana malah cuek tapi juga merasa terganggu.
"Iihh apaan sih ini!?"
"Eh?! Kak Aldo!!!"
"Hahahahaha halo"
"Kok bisa kakak ada disini? Bukannya kakak gak bisa pergi dari sekolah itu ya"
"Gue nyoba-nyoba aja sih taunya bisa yaudah gue nyari rumah lo"
"Kok bisa tau rumah Rara? Kirain tadi yang mainin kaki Rara itu si moci ternyata kak Aldo"
"Moci benda apaan njir"
"Kucing Rara kak bukan benda dia makhluk hidup"
"Kucing ya, yang empat kaki berbulu dan kuping runcing?"
"Iya itu kucing"
"Gue liat diluar banyak tu makhluk berkeliaran, punya lo juga?"
"Bukan lah itu kan kucing liar kalau punya Rara kucing rumahan paling moci tidur"
"Begitu ya"
"Heh jadi teralihkan deh topiknya, kak Aldo belum jawab pertanyaan Rara"
"Yang mana?"
"Kok bisa kak Aldo tau rumah Rara?"
"Gue... Gue nyium bau lo" tukas Aldo sambil mendekatkan wajahnya pada Khairana.
Khairana terdiam melihat mata yang beriris coklat terang sejenak, mereka saling menatap lama sekali sampai Aldo mendekatkan wajahnya semakin dan semakin mendekat kearah wajah Khairana.
"Khairana..."
"Kak Aldo..."
"Gak usah jadi setan yang mesum ya kau, dasar demit" ucap Khairana sambil menampar pipi Aldo yang ternyata Aldo merasakan sakit pada pipinya.
"Anjir kok sakit!?"
"Masa sakit sih kan kakak hantu"
"Mana gue tau anjir"
"Huh aku aneh sama kak aldo, kadang kakak saat kupegang hangat seperti orang hidup kadang juga dingin seperti tadi itu membuat Rara berpikir kalau kakak bukan hantu"
"Masa sih? Kok bisa?"
"Ntahlah, mungkin kakak belum meninggal?"
"Ah gak mungkin udah jelas gue jadi hantu kaya gini gak mungkin meninggal"
"Iya juga sih, tapi bisa aja kan kakak cuma koma dan secara gak langsung arwah kakak keluar dan tersesat sampai kakak hilang ingatan begini karna terlalu jauh dari raga kakak"
"Kamu ini cerewet banget ya"
"Rara kan cuma mau mastiin"
"Bisa jadi sih, tapi ah sebodo lah yang gue pikirin sekarang siapa dan apa alasan orang membunuh gue"
"Rara besok mau ke kantor papa, Rara akan tanya apa papa punya hubungan dengan perusahaan keluarga kakak"
"Dulu gue anak holkay rupanya"
"Yang Riri kasih tau sih begitu perusahaan kakak itu penyumbang dana sekolah yang sampai sekarang masih berlanjut"
"Begitulah..."
Tiba-tiba saat tengah asik mengobrol Bi ira mengetuk pintu membuat Khairana terlonjak kaget.
"Non?"
"Eh iya bi ada apa?"
"Non bawa temen ya? Bibi denger non lagi ngobrol"
"Eh... Ngghh... Nggak kok bi masa Rara bawa temen malem-malem begini"
"Boleh bibi masuk?"
"Boleh kok"
Bi Ira masuk ke kamar Khairana sambil membawa nampan berisi susu hangat dan camilan untuk Khairana.
"Ini bibi bawain susu sama camilan buat non, bibi kira non gak bisa tidur makanya tadi bibi denger non kaya lagi ngobrol sama orang"
"Ah nggak kok bi itu emang kebiasaan Rara aja kalau lagi gabut suka ngomong sendiri"
"Gitu ya, non gak lagi diganggu makhluk kan?"
"Maksud bibi?"
"Bibi tau non spesial, gak seperti orang pada umumnya jadi bibi sudah terbiasa dan tidak kaget mendengarnya bibi hanya ingin memastikan saja"
"Bibi gak takut kalau memang benar Rara bisa melihat makhluk?"
"Ngapain takut? Bibi juga bisa merasakannya kok hanya saja tidak bisa melihatnya dengan jelas, bibi juga tau disini ada anak laki-laki kan?"
Khairana kaget saat mendengar bi Ira mengetahui kalau ada kak Aldo didalam kamarnya.
"Gak usah kaget gitu non, bibi yakin itu hantu gak akan sakiti non Rara jadi bibi biarkan"
"Gimana bibi bisa tau kalau disini ada anak laki-laki?"
"Sudah bibi bilang kan tadi bibi bisa merasakannya, hawa disini dingin bukan karna AC tapi karna ada makhluk lain, bibi tau anak laki-laki itu memiliki hawa balas dendam yang dia pendam juga rasa kesedihan yang amat mendalam karna hawanya begitu dingin dan pastinya dia juga memiliki hawa yang panas bukan?"
"Iya! Bibi bener Rara juga ngerasain hal itu!"
"Jadi sekarang non tau ya arti dari hawa-hawa yang non rasakan saat berada didekat laki-laki itu"
"Iya bi, makasih infonya ya bi Rara gak nyangka loh bibi sama kaya Rara"
"Sama-sama non, abis minum susunya tidur langsung ya suruh itu demit pulang"
"Haha iya bi"
"Demit lagi, dikira gue datangnya dari dukun apa"
"Yasudah bibi kembali dulu ke kamar ya"
"Iya bi"
Bi ira melangkah keluar dan menutup pintu kamar Khairana, Aldo terlihat cemberut karna selalu dipanggil demit padahal dia bukan berasal atau suruhan dari dukun.
"Jangan cemberut gitu dong kak"
"Au dah dipanggil demit Mulu gue"
"Haha gak apa-apa lucu, oh ya apa yang dibilang bibi itu bener kak?"
"Apaan?"
"Kakak punya dendam?"
"Yahh... Tadinya gak akan gue kasih tau ke lo tapi keburu ada yang tau jadinya yaudahlah"
"Begitu ya... Kakak gak usah khawatir Rara pasti bantu kok jangan sedih lagi ya"
Mendengar ucapan Rara, Aldo tersenyum dan bergumam bahwa seandainya dia masih diberi kesempatan untuk hidup kembali, dia ingin sekali memeluk tubuh mungilnya dengan erat.
To be continue...
"Selamat pagi non""Pagi pak Ridwan, oh ya papa ada?""Ada non diruangannya, mau saya antar?""Gak usah, makasih pak""Iya non"Pagi-pagi sekitar jam 8 pagi Khairana pergi ke kantor papanya untuk menanyakan apa dia pernah berurusan dengan perusahaan Dinata apa tidak.Tak lupa Aldo juga ikut disampingnya sambil melayang-layang diudara, Khairana merasa heran karna sedari malam Aldo tidur dirumahnya dan sekarang Aldo tak bergeming sedikit pun biasanya dia tak henti-hentinya menggangu Khairana.Ting!!...Lift terbuka tepat di ruangan teratas tempat papanya berada, dengan sedikit gugup Khairana masuk kedalam dan memanggil papanya."Papa?""Hm? Tumben kau kesini Khairana anak papa""Yahh Rara kesini cuma ma
"Kita sudahi aja untuk hari ini ya Ra, nihil kita gak bisa nemu nama perusahaan itu" "Iya deh Rara juga udah cape" "Oke kita pulang" "Kita makan dulu diluar yuk!" "Boleh aja" "Ayo!!" Karna pencarian mereka tak membuahkan hasil jadi mereka memutuskan untuk makan diluar. Riani melajukan mobilnya mencari restoran atau cafe yang disekitar lokasi mereka berada, setelah beberapa menit berputar akhirnya mereka menemukan sebuah cafe yang cukup bagus untuk mereka berehat dan makan siang. "Nah udah nyampe nih, ayo turun!" "Ayo!" Khairana berlari masuk duluan sedangkan Riani mengunci mobilnya dulu lalu menyusul Khairana. "Riri!! Sini duduk disini!!" Khairana berteriak seperti anak kecil membuat pengunjung lain memperhatikan mereka. "Kau ini jang
"Pagi Ra!!" "Heehh pagi juga Riri" "Gimana? Apa sudah enakan?" "Ntahlah, masih terasa" "Kira-kira kenapa ya?" "Kak Aldo juga bilang kalau auraku kemarin berbeda dari biasanya, panas seperti ada yang mendesak untuk keluar" "Benarkah? Apa jangan-jangan ada hantu yang menempel pada tubuhmu?" "Ntahlah" "Tapi tak mungkin kalau memang hantu sih pasti keluar dengan sendirinya iyakan?" "Iya..." Lirihnya seraya menunduk dan kembali berjalan ke arah kelas mereka. Khairana selalu menjadi pusat perhatian disekolahnya, walau tidak sedang berbicara dengan Aldo tetap saja kelakuannya saat berbicara sendiri seakan membekas di mata juga pikiran orang-orang. "Bosen gue liat dia disini, kapan dia bisa pindah dari sekolah in
"Ra, kok bisa sih tiba-tiba kamu jadi gitu?" "Ntahlah... Rara sendiri gak tau kenapa Rara bisa punya kekuatan aneh ini" "Apa ini ada hubungannya sama Aldo ya?" "Gak mungkin, kak Aldo cuma makhluk astral biasa yang penasaran cara mati dia seperti apa" "Terus dari mana dong? Aku kaget pas tau kamu bisa dorong Mutia tanpa nyentuh dia sedikit pun" "Rara sendiri kaget waktu sadar" "Coba lakuin sekali lagi, itu ada batu kecil disitu coba angkat beberapa batu kecil itu" Riani menyuruh Khairana untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Mutia dikelas. Khairana terdiam dan melihat kearah bebatuan kecil itu sembari celingak-celinguk mengecek apakah ada orang disekitar mereka atau tidak. Dengan fokus Khairana mengarahkan tangannya ke bebatuan itu dan dia mulai menggerakan tangannya dan benar saj
"Gelangnya bagus, tapi apa benar ini bisa membuatku berbicara dengan makhluk halus ya" ucap Riani sambil memperhatikan terus gelang miliknya. "Kan ada gue disini lo bisa ngobrol sama gue sekarang tanpa perantara tubuh Khairana lagi" "Hah!? Gue bisa denger suara lo anjir!! Jadi ini suara asli lo ya kamvret!!" "Anjir dia malah kesel denger suara gue" "Haha Riri ada ada aja" Setelah mendapat gelang ajaib dari cenayang Iriana, mereka bergegas untuk pulang. Saat ditengah perjalanan mereka sempat membicarakan kembaran Aldo didalam mobil, tiba-tiba saja Aldo berteriak membuat Riani juga Khairana terkejut dan memberhentikan mobilnya mendadak. &
"Huaahhh... Eh.. Riri belum bangun ya" gumam Khairana sembari melihat kearah Riani yang masih terlelap tidur disampingnya dengan gaya yang amburadul. "Riri bangun udah pagi loh ini kamu mau seterusnya nginep disini gak akan pulang?" Khairana terus mengguncang tubuh Riani tapi dia tak juga bangun memang kebo dia ini. "Aduh gimana banguninnya ya, masa Rara harus bawa kentongan buat bangunin Riri sih" Khairana mencari cara agar sahabatnya yang sedang mengkebo ini bangun. Dan dengan keisengan Khairana ia membawa raket nyamuk dan memukul-mukul kan pada pantat Rianti sehingga menimbulkan bunyi pletek pletek pletek! Riani sangat anti dengan yang namanya raket nyamuk karna sebelumnya Riani pernah salah pegang dan tangannya pun terkena sengatan raket listrik itu. Menurut Riani di gigit nyamuk adalah pilihan yang a
"Apa!? Beneran lo ketemu sama ade gue?""Iya kak tapi dia gak ngaku sebagai Aldi melainkan Firman, itu bikin kita bingung mau maksa pun gak enak nanti dikiranya apaan lagi""Ya jelas gak enak lah kalau emang beneran dia bukan Aldi gimana? Kan Lo sendiri yang malu nantinya""Makanya itu, tapi Rara ngerasa kalau dia lagi bohong kak Rara gak akan nyerah gitu aja""Kalau dia emang beneran jujur gimana?""Gak mungkin! Dia benar-benar mirip sama kak Aldo tau! Rara yakin dia kak Aldi liat aja bakal Rara bikin dia ngaku kalau dia itu sebenarnya Aldi!"Aldo terdiam melihat tingkah Khairana yang menurutnya sangat bersikeras untuk membuktikan bahwa yang dia liat kemarin itu adalah adiknya Aldo.Sifat Khairana yang tidak mudah menyerah inilah yang membuat Aldo kembali mendapat semangat untuk tetap hidup, selama ini dia juga diam-diam menyelidiki ruma
"SERIUS?!" "Woy sakit telinga gue! Gue juga gak tau pasti, tapi gue rasa tadi dia bisa liat gue dengan jelas. Dari tatapannya dia kaya yang gak suka sama gue" jelas Aldo seraya mengelus-ngelus dagunya sendiri. "Mungkin sebelum kakak koma, kakak ada masalah sama kak Aldi" sahut Khairana yang tak kalah bingung dengan situasi saat ini. "Atau... Dia lah penyebab lo koma selama ini" "Hah?!" Khairana dan Aldo saling menatap mendengar perkataan Rianti. Masuk akal memang jika sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja, kenapa Aldi sangat tidak suka saat melihat Aldo berada di ruang kepsek tadi. Teka-teki ini masih belum bisa mereka selesaikan, hanya ada satu cara untuk mengetahuinya yaitu... Bertanya langsung pada Aldi. &nbs
Kejadian yang menguras tenaga dan emosi itu pu berakhir, begitu juga dengan Khairana yang sudah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan adik dari orang yang selama ini dia sukai.Rianti dan yang lainnya membawa jasad Khairana pulang kerumah untuk dikebumikan, ibunda Khairana menangis histeris saat melihat anak satu-satunya terbujur kaku. Rianti tidak bisa berkata apa-apa saat itu, ia hanya bisa terdiam sembari menahan rasa ingin menangis saat melihat ibunya Khairana menangis meraung-raung."Ada apa ini Rianti?! mengapa Khairana bisa sampai seperti ini?! apa yag terjadi?!" tanya ibu Khairana seraya menangis sesenggukkan."Maat tante... Riri gak bisa jaga Khairana dengan baik.. saat itu kami sedang berada di cafe dan mobil kami terparkir jauh dari cafe sehingga kami harus menyebrang jalan untuk sampai disana. Tapi saat kami hendak pulang, sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan menabrak Khairana... pelakunya k
"Itu dia disana!!" Rianti menunjuk kearah Aldi yang sedang melakukan sebuah ritual.Cahaya yang dihasilkannya sangat terang hingga membuat mata mereka silau, Khairana sekilas dapat melihat bagaimana jiwa Aldi yang asli mencoba untuk melawan arwah jahat itu."Kita harus segera menyelamatkan kak Aldi! Berikan semua kristal kalian padaku, cepat!" Titah Khairana dan mereka semua menurut terkecuali Rianti yang ragu untuk memberikan kristalnya pada Khairana.Seakan tau apa yang dipikirkan oleh Rianti, Khairana mencoba untuk meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja."Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisik Khairana dengan lembut membuat Rianti justru merasa sesak karena mungkin ini adalah yang terakhir kalinya ia mendengar suara lembut Khairana.&n
"Sentuh dia, Rianti!" Teriak Khairana dan Rianti langsung menyentuh lengan Aldi.Seketika itu juga Rianti dibawa ke masa lalu dari ingatan Aldi, terlihat suasana masa itu masih terbilang cukup kuno dan Rianti merasa heran kenapa Aldi bisa hidup lebih dulu dari pada Aldo bahkan pada zaman dimana mereka belum dilahirkan."Apa ini, ingatan arwah jahat itu atau ingatan Aldi? Tidak mungkin jika ini ingatan Aldi, dia saudara kembar Aldo dan mungkin kedua orang tuanya belum menikah" ucap Rianti heran lalu ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Aldi tapi lebih tinggi dan terlihat lebih berwibawa.Pria itu tersenyum ramah pada seorang pedagang tua yang menjual beberapa sayuran, sepertinya ia sedang membeli bahan makanan batin Rianti."Te
"Berapa jam lagi sekolah bubar?" Tanya Sunny yang merasa bosan menunggu di mobil berharap bisa langsung beraksi tanpa harus menunggu sekolah bubar."Sebentar lagi, jam 13:45 bell sekolah akan berbunyi dan seluruh siswa akan dipulangkan. Bersabarlah, Sunny" jawab Aldo yang juga merasa tidak sabar ingin segera masuk dan menyelamatkan Khairana."Waktu cepatlah berlalu, aku mohon. Bertahanlah sebentar lagi, Rianti" batin Ethan yang sudah merasa gelisah.Mereka bertiga sama gelisahnya berharap Khairana dan Rianti baik-baik saja sampai mereka datang menyelamatkan keduanya.Sudah pukul 13:40, hanya tinggal beberapa menit lagi bell pulang akan segera berbunyi."Sedikit lagi" gumam Aldo seraya melirik kearah jam tangan yang selalu ia pakai.Setelah menunggu 5 menit akhirnya bell pulang pun berbunyi, mereka
"Bagaimana keadaan di sekolah? Apa ada sesuatu yang mencurigakan darinya?" Tanya Sunny seraya memegang ponselnya di telinga kanannya."Tidak, sejauh ini masih normal" jawab Rianti yang memakai earphone wireless agar tidak selalu memegang ponsel ke telinganya."Baguslah, jika dia keluar beritahu aku" ucap Sunny seraya menutup telponnya sepihak.Khairana dan Rianti tetap mengikuti pembelajaran seperti biasa agar Aldi yang sedang mereka mata-matai tidak curiga dengan tingkah laku mereka begitu juga Aldo yang sudah jelas cuek jadi tidak perlu terlalu khawatir soal tingkahnya.Berjam-jam berlalu, hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga di kelas Khairana, hal ini menyulitkan mereka untuk mengawasi Aldi karna salah tindakan saja bisa-bisa Aldi akan curiga."Kita harus berpencar, jangan terlihat mencolok" ucap Khairana yang dibalas anggukan oleh Rianti dan Aldo.&
"Maaf Riri, aku rahasiakan karna tidak ingin kau menangis sebelum aku benar-benar pergi, itu semakin membuatku ragu untuk melakukan semua pengorbanan ini" ucap Khairana seraya tertunduk dan memainkan kuku jarinya."Sudah jelas bukan?! Aku jelas lebih tidak rela lagi jika kau harus diambil oleh arwah jahat itu!" Bentak Rianti dengan suara yang masih sesenggukan karna menangis.Khairana hanya bisa terdiam, jauh didalam hatinya pun ia ragu untuk melakukan semua ini karna jika ia lakukan maka dirinya tidak akan bisa bersama Aldo lagi."Kau sudah menceritakannya ya? Aku mendengar suara Rianti yang berteriak" sahut Iriana seraya berjalan mendekati mereka berdua."Ini gelangmu""Terima kasih mami ana" Khairana senang mendapatkan gelangnya kembali dan dengan segera ia memakainya lagi."Ini me
“Ra! Berhenti! Kendalikan dirimu” Rianti memegang tangan Khairanamembuat sang empu sadar dan menghentikan aksinya pada Aldi seketikaAldi pun terjatuh dan terbatuk-batuk.“Lihat, kristalmu retak Ra. Pasti kristalnya tidak kuat menahan luapankekuatanmu” ucap Rianti seraya mengangkat tangan Khairana agar Khairanabisa melihat dengan jelas.Sontak Khairana terkejut dengan apa yang ia lakukan membuat kristalmiliknya rusak, apa jadinya kalau cenayang Iriana mengetahui kalau kristalKhairana tidak mampu menahan luapan kekuatannya.“Seharusnya kau cepat hubungi kami, punya ponsel kan?” tanya Aldo dengannada agak sedikit menekan karna kesal dengan tindakan Khairana yanggegabah.Aldi dibiarkan begitu saja bahkan oleh Aldo sekalipun, ia sudah bisamenerima kalau yang ada dihadapannya ini adalah arwah j
Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu
“Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s