Share

Imperfect Partner
Imperfect Partner
Penulis: Azuretanaya

Chapter 1

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Para undangan yang silih berganti mengucapkan selamat di acara resepsi mewah pernikahannya, ternyata tidak membuat hati Diandra bahagia. Bahkan, kini ia merasa tengah berada di mimpi terburuknya. Tidak sedikit dari para undangan yang tadi memberinya ucapan selamat menatapnya menjijikkan, seolah dirinya bangkai busuk. Terutama teman-teman Hans yang mengetahui hubungan laki-laki tersebut dengan kakaknya sendiri.

Matanya berkaca-kaca ketika dari posisinya berdiri melihat kedatangan dua orang sahabatnya tengah menuju pelaminan. Tentunya untuk memberinya ucapan selamat. Air matanya semakin tidak terbendung saat salah satu wajah sahabatnya mengingatkannya pada seseorang yang sangat dicintainya. Di bagian terdalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan laki-laki yang kini telah beristirahat dengan damai. Laki-laki yang sangat memedulikannya dan tanpa pamrih memberinya banyak cinta.

“Jangan menangis di hari bersejarahmu ini, Dee,” Sonya berbisik ketika memeluk sahabat sekaligus kekasih dari sepupunya sebelum meninggal. “Mungkin hidup ini memang sangat tidak adil untukmu, tapi kamu tetap harus memikirkan masa depan anakmu kelak,” sambungnya sambil mengelus perut Diandra dari luar gaun mewah yang dikenakan oleh sahabatnya tersebut.

“Aku merindukannya, Son,” Diandra melirih dan linangan air matanya pun sudah membasahi pipinya. “Sangat-sangat merindukannya,” ungkapnya.

Diandra mengeratkan pelukannya dan menumpahkan kehampaan hatinya kepada sang sahabat. Untung saja di pelaminan tidak ada undangan lain yang sedang antri ingin memberikan ucapan selamat.

Sonya mengusap dengan lembut punggung Diandra agar kembali tenang. Sonya memahami dengan jelas yang dirasakan Diandra, apalagi ia menjadi saksi hidup kisah cinta antara sahabat dan sepupunya tersebut. “Kak Wira pasti sangat sedih melihatmu seperti ini, Dee,” ujarnya. “Meski sangat sulit bagimu, kamu tetap harus belajar untuk mengikhlaskan kepergiannya, agar ia bisa beristirahat dengan tenang di alam keabadiannya, Dee,” sambungnya menasihati.

Di tengah isak tangisnya, Diandra mengangguk lemah. “Kapan-kapan temani aku mengunjungi tempat peristirahatannya ya, Son.”

Sonya langsung menyetujui permintaan Diandra sebelum memberikan giliran kepada Helena untuk mengucapkan selamat kepada sahabat malangnya tersebut.

Saat gilirannya tiba, Helena menghapus air mata yang membasahi pipi Diandra. Dari tadi ia ikut menitikkan air mata mendengar perbincangan kedua sahabatnya tersebut. Ia juga sama seperti kedua sahabatnya yang sangat kehilangan laki-laki sebaik Wira. “Dee, tetap kontrol emosimu demi kebaikan kesehatanmu dan janinmu,” sarannya saat memeluk wanita yang sangat berjasa terhadap kelangsungan hidup adiknya.

“Terima kasih, Len,” ucap Diandra parau sambil membalas pelukan erat Helena. “Walau aku sangat membenci laki-laki yang menanamkan benihnya di rahimku, tapi janin ini tetap tidak bersalah,” tambahnya dengan penuh tekanan.

Helena mengerti maksud perkataan Diandra. “Dee, maaf aku tidak bisa berlama-lama,” ucapnya setelah ekor matanya menyadari keberadaan seseorang yang tengah memberinya tatapan mematikan.

“Salam untuk Mayra, Len.” Diandra melambaikan tangannya setelah Helena menuruni pelaminan tanpa bersalaman terlebih dulu kepada laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya.

“Aku tidak menyangka jika sahabatku ini mengundang salah satu jalangku ke acara pernikahannya.”

Kalimat hinaan yang terlontar dari mulut lancang seseorang membuat Diandra mengalihkan perhatiannya.

“Aku tidak pernah mengundang jalang yang kamu maksud itu,” sangkal Hans, laki-laki yang bersanding dengan Diandra di pelaminan.

“Bagaimana perasaanmu setelah menyandang status sebagai Nyonya Narathama, Nona?” tanya Felix dengan tatapan meremehkan. “Ups salah! Bagaimana rasanya menjadi pengantin dari kekasih kakakmu sendiri, Nona?” ralatnya sambil menyeringai melihat Diandra.

“Tentu saja sangat menyenangkan dan membahagiakan, Tuan Felix Wiranatha,” jawab Diandra tenang, tanpa sedikit pun terintimidasi. Ia malah membalas seringaian laki-laki yang merupakan sahabat suaminya dengan senyuman tipis.

Tangan Felix mengepal mendengar kalimat tajamnya ditanggapi dengan tenang, meski yang Diandra tunjukkan hanyalah kebohongan. “Hans, apakah mulai sekarang aku harus menghormati wanita yang sudah menjadi istrimu ini?” Meski pertanyaannya dialamatkan kepada Hans, tapi tatapan Felix tetap mengarah pada Diandra.

“Anda tidak perlu repot-repot menghormati saya, Tuan. Lagi pula saya tidak pantas menerimanya,” Diandra menyela sebelum Hans memberikan jawabannya. Ia sama sekali tidak memudarkan senyum tipis yang menghiasi bibirnya.

“Hans, ternyata mulut istrimu ini tajam juga. Bahkan, sangat berbisa,” Felix mengadukan perkataan Diandra kepada Hans.

“Hentikan!” perintah Hans tegas dan memberikan tatapan nyalang kepada Diandra yang hendak kembali menanggapi aduan Felix.

Felix mendengkus dan menatap geram Diandra yang kini semakin lebar menarik salah satu sudut bibirnya. Ia memutuskan turun dari pelaminan dan lebih memilih untuk menikmati hidangan yang tersaji. Ia berani menjamin jika pernikahan sahabatnya akan sangat jauh dari kata harmonis dan bahagia, mengingat alasan yang mendasari mereka menikah.

•••

Diandra tengah melepaskan gaun mewahnya dibantu Lavenia, gadis yang kini menjadi adik iparnya. Ia lebih dulu meninggalkan acara resepsi pernikahannya karena kakinya terasa sangat lelah berdiri, ditambah lagi dengan kondisinya yang tengah hamil muda. Setelah berganti dengan pakaian tidur dan Lavenia meninggalkannya, ia membersihkan make up yang membuat wajahnya semakin terlihat cantik.

Keinginannya untuk segera beristirahat setelah menjalani rangkaian acara pernikahan, terpaksa ditangguhkan ketika mendengar pintu utama kamarnya diketuk. Dengan enggan ia keluar kamar dan menghampiri pintu utama untuk melihat siapa yang mengetuknya.

“Silakan, Ma,” ucap Diandra sopan ketika melihat Allona–ibu mertuanya berdiri sambil tersenyum setelah pintu dibuka.

“Kedatangan Mama ke sini hanya untuk memastikan keadaanmu baik-baik saja, mengingat seharian ini kamu sudah mengikuti serangkaian acara pernikahan,” Allona memulai berbasa-basi ketika menduduki sofa di ruang tamu kamar Diandra dan Hans. Untuk kenyamanan Diandra, Allona sengaja menjadikan deluxe suite dengan dua buah kamar tidur terpisah sebagai kamar pengantin.

“Memang sangat melelahkan, tapi aku baik-baik saja, Ma,” jawab Diandra jujur.

“Dee, Mama tahu kalian menikah bukan atas dasar cinta, melainkan nyawa yang sedang berkembang di rahimmu. Namun, Mama tetap berharap pernikahan kalian langgeng hingga tua.” Allona menatap Diandra dengan sorot mata penuh keibuan. “Dee, jangan pernah memusingkan apa pun yang orang pikirkan dan bagaimana sikap mereka terhadapmu. Mereka hanyalah penonton di tengah-tengah pertunjukkan saja, tidak mengikuti alur cerita yang sebenarnya dari awal,” imbuhnya menasihati.

Diandra tersenyum mendengar nasihat ibu mertuanya. Meski wanita elegan di hadapannya ini mengetahui siapa kekasih sebenarnya sang anak, tapi beliau tidak menghakiminya. “Tenang saja, Ma. Mama tidak usah mengkhawatirkan hal seperti itu, lagi pula aku bukan tipe yang mudah terintimidasi oleh sikap orang lain,” beri tahunya.

“Baguslah jika kamu mempunyai pemikiran seperti itu, Nak. Mama lega mendengarnya. Sekarang istirahatlah, Sayang.” Allona berdiri dan memeluk menantunya sebelum kembali ke kamarnya.

Allona dan Diandra menoleh ketika mendengar pintu dibuka dari luar, yang ternyata dilakukan oleh Hans.

“Mama hanya memastikan keadaan Diandra,” ujar Allona ketika melihat putranya mengernyit.

Setelah Allona keluar, Hans langsung membanting pintu utama kamarnya dengan keras sehingga membuat Diandra yang hendak menuju kamar tidurnya terkejut. Dengan kasar Hans melepas tuxedo-nya dan melemparkannya ke sofa, sebelum memasuki kamar mandi di dalam kamar tidurnya sendiri untuk membersihkan diri.

Diandra langsung mengunci pintu setelah berada di dalam kamar tidurnya. Diandra mematikan lampu di nakas agar matanya lebih cepat terpejam, karena ia sudah sangat mengantuk dan lelah.

Di ruangan lain, Hans yang sudah selesai membersihkan diri keluar kamar mandi. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Seandainya Deanita yang bersanding dengannya di pelaminan, sudah pasti ia akan sangat bahagia, sesuai harapannya selama ini. Namun, sangat disayangkan kenyataannya sungguh berbeda. Hans berjanji tidak akan pernah memperlakukan Diandra sebagai istrinya, meski wanita itu telah resmi dinikahinya. Ia akan tetap menganggap wanita itu hanyalah orang asing yang telah lancang menjadi pengacau di kehidupannya.

•••

Diandra menggeliat, perlahan ia membuka matanya yang masih cukup berat. Ia bersandar pada kepala ranjang dan beberapa kali menguap karena masih mengantuk. Ia mengamati sekeliling kamarnya dan keadaannya masih seperti semalam. Setelah melakukan peregangan ringan pada tubuhnya, ia menuruni ranjang dan menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi. Puas menghirup segarnya udara pagi, Diandra berniat ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Cepat keluar. Jangan biarkan Mama dan adikku terlalu lama menunggu!” Mendengar perkataan tidak bersahabat seseorang di balik pintu kamarnya membuat Diandra mendengkus. Tanpa memberikan balasan, ia langsung melenggang menuju kamar mandi.

Di tempat lain, tepatnya di ruang tamu yang tersedia di dalam deluxe suite mereka, Hans menunggu Diandra keluar dari kamar tidur pribadinya. Sambil menunggu, ia memeriksa ponsel untuk melihat email yang dikirimkan sekretarisnya. Ia memang tidak mengambil cuti, karena semua keperluan yang berhubungan dengan pernikahannya sudah diurus oleh ibunya. Apalagi pernikahannya ini bukan dengan wanita yang dicintainya, jadi ia tidak terlalu memikirkannya.

“Ratna, siapkan semua dokumen untuk meeting siang nanti. Saya akan ke kantor setelah istirahat makan siang,” Hans memberi perintah kepada sekretarisnya melalui ponsel.

Tidak lama setelah Hans menutup pembicaraan dengan sekretarisnya, Diandra yang sudah selesai membersihkan diri keluar dari kamar tidur pribadinya. Tanpa repot saling menyapa, Hans berdiri dari duduknya. Ia mendahului menuju pintu utama kamar karena kehadiran mereka telah ditunggu oleh Allona dan Lavenia di restoran untuk sarapan bersama.

•••

Hanya Allona yang bersikap ramah dan mengajak Diandra berinteraksi ketika sarapan. Hans sangat sibuk dengan ponselnya, sedangkan Lavenia terlihat fokus menikmati makanannya. Sebelum menikah, Diandra memang mempunyai hubungan yang kurang bagus terhadap kakak beradik yang kini tengah sarapan bersamanya, terutama Hans. Tentu saja yang menjadi alasan karena sifat serta sikap Diandra sangat berbeda dengan Deanita, kakaknya sekaligus kekasih Hans dan sahabat Lavenia. Bahkan, semasih menjadi kekasih Deanita pun, Hans pernah beberapa kali bersitegang dengannya. Meski Diandra tidak pernah bersitegang dengan Lavenia, tapi tetap saja hubungan mereka kurang akrab.

“Dee, semoga nanti kamu betah ya tinggal di rumah kami,” ucap Allona setelah menyelesaikan sarapannya.

“Wanita ini tidak akan tinggal di rumah keluarga kita, Ma. Aku akan mencarikannya tempat tinggal lain.” Perkataan frontal Hans membuat Allona dan Lavenia terkejut, sedangkan Diandra hanya menggigit bibir bagian dalamnya untuk meredam kegeramannya. Bahkan, ia mengepalkan tangannya yang berada di atas pangkuannya.

“Apa maksud perkataanmu, Hans? Dee sekarang telah resmi menjadi istrimu dan sudah pasti ia harus tinggal di rumah kita,” protes Allona tegas. “Ingat, Hans, kalian baru menikah kemarin, jadi jangan memancing pertengkaran,” imbuhnya mengingatkan.

“Memang benar wanita ini sekarang berstatus sebagai istriku, tapi tetap saja ia hanya penghancur hubungan orang,” Hans membalas perkataan Allona dengan pandangan menusuk ke arah Diandra.

“Sebenarnya kamu sendiri yang menghancurkan hubunganmu dengan Dea, Hans. Mengapa pondasi cinta kalian sangat rapuh? Jika kalian memiliki rasa saling percaya yang tinggi dan menerima semua kekurangan sekaligus kelebihan masing-masing, maka malapetaka ini tidak akan terjadi,” Allona memberikan pendapatnya tentang hubungan putranya.

“Dengan kata lain, Mama membela dan membenarkan tindakan menjijikkan wanita ini?” Hans geram dan menunjuk Diandra.

“Kak!” Lavenia menegur Hans karena bersikap kasar kepada sang ibu.

Allona terpancing oleh perkataan Hans. “Menjijikkan? Mana yang lebih menjijikkan dibandingkan perbuatanmu?” sindirnya menusuk. “Seharusnya kamu berpikir matang-matang sebelum memutuskan untuk memperkosa Dee. Mengapa kamu tidak menggunakan akal sehatmu untuk memikirkan akibat dari perbuatan bejatmu kepada Dee, hah?!” Allona kembali bersuara penuh kegetiran ketika melihat putranya hanya bungkam.

“Tenang, Ma,” Lavenia menenangkan emosi ibunya yang terpancing oleh provokasi Hans.

“Yang patut kamu persalahkan dari kejadian ini adalah Mama, Hans. Andai Mama tidak memohon kepada Sonya agar ia mau berdamai atas kecelakaan yang melibatkanmu dan merenggut nyawa sepupunya, Mama yakin Diandra tidak akan bertindak sejauh itu.” Dengan penuh penyesalan Allona menatap wajah datar Diandra. Untung saja mereka memilih tempat tertutup yang disediakan restoran untuk sarapan.

“Kalian hanya dipisahkan oleh status. Selain itu, kesempatan kalian untuk kembali bersama juga masih sangat terbuka lebar. Sangat berbeda denganku yang dipisahkan oleh alam dan sudah tidak mungkin untuk kembali bersama,” akhirnya Diandra membuka suara setelah merasa cukup menjadi seorang pendengar. Ia tetap mengepalkan tangannya agar rasa sesak di hatinya perlahan mengurai.

Diandra menatap tajam Hans yang masih mengetatkan rahangnya setelah mendengar perkataan Allona. “Aku mau berlutut dan memohon kepada Dea agar ia bersedia menjadi kekasihmu kembali. Aku juga bersedia mengganti semua biaya yang keluargamu keluarkan untuk pernikahan ini. Namun, apakah kamu bisa mengembalikan keperawananku, Tuan? Apakah kamu bisa membuat Wira kembali ke sisiku?” pintanya menantang dengan tatapan menusuk.

Setelah hening sejenak, Diandra kembali bersuara dengan penuh penekanan, “Bisakah Anda melakukannya, Tuan?”

“Dee,” panggil Allona lembut. Ia menyadari perasaan menantunya pasti sangat terluka oleh semua perkataan Hans.

Diandra menulikan telinganya terhadap panggilan ibu mertuanya. “Kehilanganmu tidak sebanding dengan yang aku alami, Tuan Hans Kenneth Narathama,” ucapnya dengan suara bergetar dan penuh amarah. “Pembunuh!” Diandra memilih pergi tanpa memedulikan reaksi ketiga orang tersebut atas kata tajam yang meluncur begitu saja dari mulutnya.

 “Meskipun aku tidak menyukai kepribadian Dee, tapi rasa kecewaku atas sikap dan perbuatanmu jauh lebih besar, Kak,” ucap Lavenia sebelum menyusul Allona yang tengah mengejar Diandra.

Hans mengusap wajahnya dan mengembuskan napasnya kasar. Ia tidak pernah bermimpi atau memimpikan berada di situasi seperti ini. Situasi yang benar-benar membuat pikirannya terkuras. Impiannya menikah dengan Deanita harus tergantikan oleh adik dari wanita yang dicintainya itu, karena balas dendamnya membuahkan kehadiran janin.

Beberapa bulan lalu Hans memperkosa Diandra setelah membuat wanita itu terlebih dulu tidak sadar. Bahkan, saking dikuasai dendamnya, Hans menyetubuhi Diandra beberapa kali tanpa pengaman dan melepaskan benihnya langsung ke dalam rahim wanita tersebut. Alasan Hans tega melakukan perbuatan kasar tersebut adalah untuk memberikan balasan kepada Diandra yang secara sengaja menjebaknya di sebuah kamar hotel. Perbuatan Diandra membuat Deanita secara sepihak membatalkan pertunangannya setelah menerima kiriman video menjijikkan tersebut yang sengaja direkam oleh wanita itu.

Setelah ditelusuri, Hans mengetahui jika wanita yang bersamanya di video tersebut merupakan mantan simpanan Felix, sahabatnya sendiri. Tanpa mengulur waktu ia dan sahabatnya tersebut langsung mencari keberadaan wanita itu untuk melakukan konfrontasi. Tidak memerlukan waktu lama untuk menemukan dalang yang bersembunyi di baliknya, karena Felix mengancam akan menyakiti adik dari wanita tersebut.

Upaya Hans dalam menemukan dalang dari video tersebut ternyata tidak mengubah keputusan Deanita. Wanita itu tidak ingin kembali padanya dan tetap membatalkan pertunangan yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hans yang dikuasai amarah pun melakukan perbuatan bejatnya kepada Diandra, tanpa memikirkan konsekuensinya ke depan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Potato Peach
awal lika liku hubungan yg agak ribet
goodnovel comment avatar
hada Hada
haaah..hans playing victim..dia yg merkosa dia bilang dee menjijikkan ..hans laki2 sampah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Imperfect Partner   Chapter 2

    Diandra Calistha, wanita semampai yang merupakan putri bungsu dari keluarga Sinatra. Dee–sapaannya, sudah menyelesaikan kuliahnya di jurusan fashion design, dan kini tengah menjadi seorang freelancer di sebuah butik. Diandra memutuskan meninggalkan rumah karena muak terhadap perlakuan tidak adil orang tuanya, seolah di mata mereka hanya seorang Deanita Aurora Sinatra yang berhak menerima kasih sayang.Mendapat perlakuan seperti itu dari orang tuanya ternyata membuat Diandra tumbuh menjadi anak pemberontak dan keras kepala. Ia sering mendatangi kelab malam untuk bersenang-senang dan mengalihkan pikirannya dari situasi memuakkan di rumahnya. Bahkan, ia sering pulang dalam keadaan mabuk. Untungnya setelah keluar dari kediaman keluarganya, perlahan tapi pasti sikap dan kebiasaannya berubah. Bahkan, ia menjadi sosok yang mandiri dan tidak pernah lagi mengunjungi kelab malam untuk bersenang-senang atau sekadar mencari hiburan.Perubahan sikap Diandra tentu saja ada campur

  • Imperfect Partner   Chapter 3

    Karena semua barang-barangnya masih di rumah Helena, Diandra terpaksa mengenakan kembali pakaiannya yang kemarin malam setelah mandi. Diandra tersenyum tipis kepada Bi Harum yang menyadari kehadirannya. Kemarin malam ia tidak sempat berbasa-basi dengan wanita paruh baya yang kini tengah berkutat di dapur menyiapkan sarapan.“Bagaimana tidurnya, Nyonya? Bibi harap nyenyak ya.” Dengan ramah Bi Harum mulai mencari bahan obrolan.“Nyenyak, Bi,” Diandra menjawabnya tidak kalah ramah. “Bi, panggil saja aku Dee. Aku tidak pantas dipanggil Nyonya,” pintanya sebelum mengisi gelasnya dengan air putih.Bi Harum menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Bibi tidak berani, Nyonya,” beri tahunya.Diandra hanya mengendikkan bahu menanggapinya. “Terserah Bibi saja kalau begitu,” balasnya tidak peduli.“Jangan marah ya, Nyonya,” Bi Harum meminta permakluman.Diandra tersenyum kecil mendengar permintaan Bi Harum. “Kalau begitu panggil aku senyaman Bibi saja. Oh ya

  • Imperfect Partner   Chapter 4

    Setelah kejadian menguras emosi beberapa hari lalu di taman, Diandra merasa sedikit lebih lega. Hubungannya dengan Deanita pun berangsur membaik, meski masih sedikit dingin. Bahkan, untuk memperbaiki hubungannya, Deanita berjanji akan mewakili orang tuanya menghadiri acara wisudanya. Saat Deanita menyampaikan janjinya, Diandra hanya menanggapi dengan bersikap apatis. Padahal di lubuk hatinya, ia sangat berharap sang kakak menepati janjinya.Diandra meregangkan ke atas kedua tangannya ketika selesai memeriksa desain gaun malam yang akan diperlihatkan dan dipresentasikannya besok siang kepada Mbak Santhi, pemilik butik tempatnya bekerja sebagai freelancer. Diandra mendesah ketika menyadari air di gelasnya telah habis, padahal ia sedang haus. Ia juga menghela napas berat saat melihat jam meja digital di samping kotak pensilnya yang memperlihatkan angka satu. Dengan malas ia merapikan meja kerjanya sebelum berdiri dan keluar kamar. Ia ingin ke dapur untuk minum air sekaligus mengi

  • Imperfect Partner   Chapter 5

    Damar mengernyit saat mendengar permintaan atasannya yang sangat tidak biasa. Ia diminta membeli bunga mawar berwarna pink sebanyak 99 tangkai. Andai saja Damar tidak mengetahui kondisi Hans yang tengah dipengaruhi oleh hormon kehamilan Diandra, sudah pasti ia akan menertawakan atasannya tersebut. Selain menjadi atasannya, Hans juga merupakan sahabatnya. Persahabatannya memang tidak sedekat antara hubungan Hans dengan Felix, mengingat perbedaan status mereka.Damar menyadari jelas posisi dan statusnya. Ia hanyalah seorang anak asisten rumah tangga yang sangat beruntung diizinkan tinggal di kediaman keluarga Narathama. Sebelumnya ia tinggal bersama ayahnya yang menderita gagal ginjal di sebuah kontrakan kecil, sedangkan ibunya bekerja di kediaman orang tua Hans sebagai asisten rumah tangga. Awalnya orang tua Hans beberapa kali meminta ayahnya agar bersedia tinggal di salah satu paviliun keluarga Narathama yang letaknya di belakang kediaman utama, tapi sang ayah menolaknya karen

  • Imperfect Partner   Chapter 6

    Di tengah-tengah aktivitasnya menonton televisi di kamar setelah menyelesaikan pekerjaan kantor yang dibawanya ke rumah, Hans kembali merasakan perutnya lapar. Dengan malas Hans beranjak dari posisi nyamannya di atas ranjang. Ia berniat ke dapur mencari camilan untuk mengganjal rasa laparnya, karena tidak mungkin membangunkan Bi Harum yang sedang beristirahat, apalagi kini sudah tengah malam.Hans tersenyum ketika tiba di dapur dan membuka kulkas karena menemukan kotak makanan berukuran tanggung berisi potongan-potongan nugget yang siap digoreng. Ia yakin nugget tersebut sengaja dibuat Bi Harum seperti yang sering dilakukannya di kediaman Narathama. Tanpa membuang waktu, Hans langsung memanaskan minyak dan mengeluarkan kotak tersebut dari kulkas. Ia akan menggoreng semuanya agar rasa laparnya hilang.“Aku kira nugget udang, ternyata ayam,” Hans bergumam saat mencicipi nugget yang sudah ditiriskan. “Tapi enak juga,” komentarnya.Setelah semua nugget tersebut matang

  • Imperfect Partner   Chapter 7

    Diandra tidak memusingkan pertemuannya yang tanpa sengaja dengan Hans dan Deanita di kafe seminggu lalu. Ia dan Hans pun tidak pernah berkomunikasi meski tinggal di atap yang sama. Untungnya Bi Harum tidak jadi kembali ke kediaman Narathama, setelah Allona marah besar mengetahui keputusan Hans. Selain itu, Allona juga kecewa padanya karena tidak memberitahukan mengenai acara wisudanya.Diandra tengah memeriksa kembali barang yang akan dibawanya ke kediaman Narathama sambil menunggu kedatangan Lavenia menjemputnya. Karena Hans sedang ada perjalanan bisnis ke Jepang selama beberapa hari ke depan, jadi Diandra diminta tinggal di kediaman Narathama oleh Allona. Awalnya ia menolak permintaan Allona, mengingat di rumah sudah ada Bi Harum yang akan menemaninya. Namun, akhirnya ia menyanggupinya setelah mendengar Allona meminta Lavenia menemaninya. Selain itu, Bi Harum juga diminta ikut ke kediaman Narathama untuk sementara waktu.“Nyonya, Nona Ve sudah datang,” Bi Harum memberi

  • Imperfect Partner   Chapter 8

    Hans menginstruksikan Damar agar langsung menuju kediaman Narathama setelah mereka tiba di bandara. Ia akan memberikan oleh-oleh yang sudah dibelinya terlebih dulu kepada ibu dan adiknya, sekaligus ingin makan siang bersama. Selain itu, ia juga ingin memberi kabar menggembirakan kepada keluarganya tersebut mengenai hasil pertemuannya di Jepang. Setelah berhasil melebarkan sayap perusahaannya di Singapura dan Thailand, kini usahanya dalam merambah Jepang pun sudah membuahkan hasil seperti yang diharapkan.“Dam, nanti kamu bicarakan saja dengan Mama mengenai konsep pesta perusahaan tahun ini. Apa pun konsep yang Mama mau, aku akan menyetujuinya,” ujar Hans sambil melihat keluar jendela.“Baik, Tuan,” jawab Damar. Ia mengernyit ketika melihat mulut Pak Amin, sopir di kediaman Narathama berbicara tanpa bersuara. Seperti menyampaikan sesuatu padanya, tapi takut diketahui Hans. “Apa yang ingin dikatakannya?” batinnya bertanya-tanya.“Dam, nanti tolong temui Dea dan berik

  • Imperfect Partner   Chapter 9

    Merasa jenuh dengan suasana tempat tinggalnya, Diandra berencana berkunjung ke rumah neneknya dan menginap di sana selama beberapa hari. Ia sangat merindukan udara sejuk di sekitar rumah neneknya yang memang berada di dataran tinggi, lebih tepatnya di Puncak, Bogor. Awalnya Diandra akan pergi sendirian, tapi saat ia memberitahukan rencananya kepada Helena, sahabatnya tersebut ingin mengantar dan menemaninya. Meski sempat menolak, tapi pada akhirnya Diandra mengizinkan setelah Helena bersikukuh ingin mengantar dan menemaninya. Andaikan hari libur, ia juga ingin mengajak Mayra dan Sonya, agar mereka sama-sama bisa menikmati sejuknya udara pegunungan.“Bi, aku berangkat dulu ya,” Diandra berpamitan setelah Helena menjemputnya.“Hati-hati, Nyonya. Kabari Bibi jika Nyonya sudah sampai,” pinta Bi Harum sebelum Diandra memasuki mobil Helena.Diandra mengangguk dan tersenyum. “Nanti pulangnya aku belikan Bibi oleh-oleh,” ucapnya sambil melambaikan tangannya setelah berada

Bab terbaru

  • Imperfect Partner   Extra Part 5 - Finished

    Kehamilan kedua Diandra kini telah berusia tujuh bulan. Jika sesuai dengan perkiraan dokter, maka dua bulan lagi Diandra akan melahirkan anak keduanya. Diandra merasakan perbedaan yang sangat mencolok antara kehamilannya yang sekarang dengan sewaktu mengandung Hara. Saat mengandung Hara dulu, ia masih bisa leluasa bergerak walau kandungannya sudah tergolong tua. Namun, kini yang terjadi adalah kebalikannya. Selain nafsu makannya yang meningkat drastis, ia pun sekarang tergolong pemalas, termasuk dalam urusan berdandan. Jika saat mengandung Hara dulu Diandra sangat suka menggunakandressbermotif, tapi tidak dengan sekarang. Pada kehamilannya sekarang ia lebih suka dan nyaman menggunakanjumpsuittanpa motif. Warna-warna yang lebih diminatinya kini pun warna netral, terutamanavy.Kehamilan Diandra kini juga membuatnya sungguh berat membuka mata, apalagi beranjak dari ranjang. Bahkan, sekarang ia sangat mudah sekali mengantuk

  • Imperfect Partner   Extra Part 4

    Setelah permintaan maaf Hans saat Hara demam, hubungan Diandra dengan suaminya tersebut kembali seperti sedia kala. Kini sudah dua bulan Diandra dan Hans mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara, sejauh ini kinerjanya pun terlihat memuaskan. Walau Hara terlihat nyaman dengan Fitri,babysitter-nya, tapi Diandra dan Hans tetap ikut mengawasi putrinya tersebut. Dengan adanya Fitri, Diandra menjadi sangat terbantu. Contohnya saat mengajak Hara bertemu dengan klien, karena sudah ada Fitri yang akan menemani anaknya tersebut. Namun, hari ini Diandra terpaksa harus membawa Hara ke kantor suaminya karena Fitri tengah pulang kampung, sedangkan dirinya ada pertemuan penting dengan salah satu klien eksklusifCatharina Queen.Setelah usai bertemu dengan klien dan menyelesaikan urusan lainnya, Diandra langsung melajukan mobilnya kembali ke kantor Hans guna menjemput Hara. Ia sangat berharap Hara tidak merecoki Papanya b

  • Imperfect Partner   Extra Part 3

    Sejauh ini liburan Hans bersama Diandra dan Hara di pulau Lombok berjalan lancar. Hans sangat menikmati setiap kebersamaannya dengan istri dan sang anak. Dari bangun tidur hingga matanya terpejam kembali, ia bersama istri dan anaknya tak pernah berjauhan. Selain itu, Hans juga berhasil membujuk Diandra agar mempekerjakan seorangbabysitteruntuk Hara. Setelah kembali ke Jakarta nanti, ia dan Diandra akan mendatangi yayasan penyalurbabysitteryang terdidik serta terlatih untuk dipekerjakan. Selama enam hari berada di Lombok Hans bersama keluarga kecilnya sudah banyak mengunjungi tempat wisata, tentu saja yang aman untuk Hara. Selesai makan siang nanti ia sudah harus mengajak istri dan anaknya kembali ke Jakarta, mengingat waktu liburan mereka telah usai.Berhubung Hara telah bangun, Hans dan Diandra akan mengajak buah hatinya tersebut berenang sambil menikmatifloating breakfast. Hans memang sengaja mencari vil

  • Imperfect Partner   Extra Part 2

    Diandra tak pernah mengetahui cerita rumah tangganya akan seperti apa dan bagaimana. Yang ia lakukan hanyalah menjalani sekaligus menikmati setiap kebersamaan dengan suami, anak, dan keluarganya. Dalam hidupnya kini tak ada yang lebih penting dari kebersamaannya dengan suami dan anaknya. Walau mendapat dukungan penuh dari Hans untuk dirinya menjadi wanita karier, tapi ia tetap harus memprioritaskan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Kedua tugas tersebut sudah menjadi harga mati dalam hidupnya, terutama tumbuh kembang sang buah hati. Ia tidak ingin keegoisan menghancurkan keharmonisan rumah tangganya, merenggut tawa bahagia sang anak dan suaminya.Diandra terkejut sesaat ketika sepasang tangan tiba-tiba meremas penuh kelembutan kedua pundaknya. Ia menerima kecupan di bibirnya setelah mendongak untuk melihat wajah suami tercintanya di belakang tubuhnya yang sedang berkutat dengansketchbook. Diandra memejamkan mata saat menerima pijatan lembut d

  • Imperfect Partner   Extra Part 1

    Tidak terasa sudah enam bulan Diandra dan Hans menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya. Walau Hans dan Diandra sepakat menunda memberikan adik kepada Hara, bukan berarti tidak ada agenda percintaan dalam hari-hari mereka menjalani kehidupan sebagai suami istri. Sejak itu pula Hans membuat kamar pribadinya bersama Diandra menjadi kedap suara.Seperti sekarang, cucuran keringat telah membasahi tubuh Diandra dan Hans setelah keduanya berhasil meraih puncak pelepasan bersama, sekaligus menyudahi kegiatan panas mereka dalam menggapai kenikmatan. Lenguhan pelan Diandra terdengar saat Hans memutuskan untuk melepas penyatuan bagian bawah tubuh mereka secara perlahan. Hans menghela napas, kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping sang istri. Dengan sisa tenaganya, Hans menarik tubuh Diandra dan membawa ke dalam dekapannya. Tidak lupa ia juga mendaratkan kecupan penuh kelembutan di kening dan bibir sang istri, sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atasservice

  • Imperfect Partner   Chapter 45 - The End

    Berhubung hari ini Hans tidak pergi ke kantor, ia mengambil alih tugas Diandra dalam mengurus Hara. Seusai memandikan dan mendandani Hara, ia menemani sang buah hati bermain sambil menunggu kedatangan istrinya dari membeli kebutuhan rumah tangga bersama Lavenia. Awalnya, ia menawarkan diri ingin mengantar sekaligus menemani Diandra berbelanja, tapi tawarannya tersebut ditolak oleh istrinya dengan alasan Hara tidak ada yang menjaga di rumah. Sebenarnya Hara bisa saja mereka ajak, tapi Hans lebih memilih mengalah dan menuruti keinginan sang istri daripada berdebat hanya karena hal sepele.Meski sudah mendapatkan haknya sebagai seorang suami dari Diandra, Hans tetap memegang teguh komitmennya. Ia tidak akan pernah memaksakan keinginannya kepada sang istri. Buktinya, ia menyetujui saat Diandra mengutarakan niatnya ingin memakai kontrasepsi sebagai upaya dalam menunda kehamilan. Bahkan, ia sendiri yang mengantar sang istri ke rumah sakit dan ikut menemui dokter untuk berkonsultasi

  • Imperfect Partner   Chapter 44

    Diandra menatap pantulan tubuhnya yang telah berbalutlingeriejenischemisepada cermin di kamar mandi. Meski pada awalnya sederet keraguan dan pemberontakkan memenuhi benaknya atas hadiah yang akan ia berikan kepada Hans, tapi akhirnya Diandra berani mengambil keputusan setelah memantapkan hatinya. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi kemarin ia langsung pergi keoutletkhususlingerie, dan pilihannya jatuh pada pakaian sensual yang kini dikenakannya.Sebelum keluar dari kamar mandi dan beralih menuju dapur, Diandra mengenakannight robe-nya kembali untuk melapisilingerieyang membalut tubuhnya. Sesampainya di dapur, ia mengambilcakeulang tahun yang telah disiapkannya tadi, kemudian menyalakan beberapa lilin di atasnya. Ia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati menuju ruang kerja sang suami agar api pada lilin tetap menyala.Meliha

  • Imperfect Partner   Chapter 43

    Hans segera membuka mata, saat merasakan tempat tidur di sebelahnya kosong. Walau penerangan di kamarnya terbatas, ia tidak memerlukan waktu lama untuk menemukan keberadaan sang istri. Hans mengambil ponsel yang ia letakkan pada nakas di sampingnya untuk melihat jam sebelum menuruni ranjang dan berjalan menuju balkon, tempat istrinya sedang berdiri sambil bersidekap. Tidak lupa ia membawa selimut untuk Diandra.Setelah menggeser pintu dan menyibakkan tirai yang menjadi pemisah antara kamar tidur dengan balkon, Hans langsung menyampirkan selimut pada pundak Diandra. Ia memeluk tubuh sang istri dari belakang supaya lebih hangat. Ia semakin mengeratkan pelukannya ketika tidak mendapat perlawanan atau penolakan dari Diandra.“Kenapa bangun, hm?” Diandra memukul punggung tangan Hans karena bibir suaminya tersebut mulai berulah menggodanya, dengan mengendus dan mengecup berulang kali leher mulusnya.“Karena a

  • Imperfect Partner   Chapter 42

    Diandra dan Hans sangat menikmati perannya menjadi orang tua. Keduanya pun kompak dalam pola pengasuhan Hara. Seiring pertumbuhannya, selain menjadi lebih cerewet, kini Hara juga semakin aktif dalam bergerak sehingga membuat Diandra dan Hans meningkatkan pengawasannya terhadap aktivitas sang buah hati.Walau merasa lelah setelah berkutat dengan tumpukan pekerjaannya di kantor, saat berada di rumah Hans akan selalu meluangkan waktunya sebentar untuk berinteraksi bersama Hara. Bahkan, karena saking lelahnya, Hans sering ketiduran ketika tengah menemani anaknya bermain. Alhasil, hal tersebut kadang membuat sang buah hati menjadi kesal sendiri karena merasa terabaikan.Ketika memasuki kamar tidur Hara, Diandra terkejut sekaligus terharu melihat pemandangan di hadapannya. Ia mendapati Hans duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang sambil memeluk Hara di pangkuannya. Suami dan anaknya tersebut juga terlihat sama-sama sudah memejamkan ma

DMCA.com Protection Status