Beranda / Romansa / Illegitimate Child / Bagian 55: Latihan Keras, Rehan!

Share

Bagian 55: Latihan Keras, Rehan!

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-20 21:21:49

“Ih, Kak Rehan! Sakit tau!"

Suara melengking yang tidak asing membuat Rehan membuka mata. Tak ada lagi Surtini dan Eka yang tengah bermesraan. Pandangannya justru menangkap wajah kesal Reina.  Sang adik melotot sambil mengelus-elus dahi benjol.

"Reina? Kenapa kamu ada di sini? Mana Surti dan Eka tadi?" cerocos Rehan dengan wajah linglung.

"Apaan, sih, Kak? Mana mungkinlah Kakak Peri sama Kak Eka ada di sini! Ngapain coba mereka ke kamar Kakak," gerutu Reina.

Dia mengerutkan kening melihat Rehan yang tengah melongo. Kakaknya itu tiba-tiba mengedarkan pandangan ke sekeliling, lalu bengong lagi dalam waktu lama. Reina sudah tak tahan dan langsung memukul lengan Rehan dengan cukup kencang.

"Aduh! Sakit, Reina!"

Rehan mendelik tajam. Biasanya, orang lain akan langsung mengkerut jika ditatapnya seperti itu. Namun, Reina jelas sudah kebal dengan pelototan sang kakak. Dia malah melirik sinis.

"Makanya jangan bengong, entar kesambet

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Illegitimate Child   Bagian 56: Cinta

    "Hatsui!!"Surtini mengusap-usap ujung hidungnya. Akibat bergadang mengerjakan tahap akhir skripsinya, dia terkena gejala flu. Dia sampai harus mengenakan masker ke kampus.Eka tiba-tiba melepas jaket dan memasangkannya kepada Surtini. Tentu saja, si gadis pelayan tersentak, lalu merona. Dia tampak rikuh dan gelagapan."Eh, kok dipakaikan ke Surti, Non? Entar Non masuk angin lagi," protesnya."Yang lagi masuk angin itu, kan, kamu." Eka mendekatkan bibir dan berbisik, "Tubuh laki-laki juga lebih kuat."Pipi Surtini kembali merona. Dia berusaha menepis segala harapan yang tumbuh di hati. Setelah insiden penculikan, Eka tidak lagi menyembunyikan tingkah manisnya di depan orang-orang, mungkin karena Clarissa sudah terlanjur tahu. Sebagai gantinya, pemuda itu menjaga Surtini dengan lebih intens.Perhatian-perhatian Eka semakin menyemaikan benih cinta di hati Surtini. Namun, peringatan Mirna selalu terngia

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Illegitimate Child   Bagian 57: Kecurigaan Hastuti

    Surtini tampak mempersilakan Rehan dan Eka duduk, lalu permisi ke dapur untuk membuatkan minuman. Hastuti menggeleng semakin cepat. Senyuman malu-malu, yang ditunjukkan sang adik tadi mengejutkannya. Seandainya, sorot mata penuh perhatian itu ditujukan kepada Rehan maka wajar saja. Namun, Surtini malah terlihat tersipu saat menatap Eka."Tidak mungkin ada yang aneh. Ini pasti karena dulu aku selalu mengacuhkan Surti. Dia jadi lengket sama Eka. Mana mungkin dia suka sesama perempuan, 'kan? Iya, iya, Eka hanya menggantikan peranku sebagai kakak." Perang batin terus berkecamuk. Akhirnya, Hastuti mengangguk-angguk sendiri demi menyingkirkan pikiran negatif. Dia pun cepat menyungging senyuman canggung."Lho, Dek Rehan sudah jemput aja, kuenya baru selesai dibikin. Kami juga belum pada siap-siap," sapa Hastuti. Dia ikut duduk di sofa ruang tamu. "Dek Eka juga mau berpartisipasi, ya?""Mama sudah ngomel-ngomel menyuruh jemput," sahut

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Illegitimate Child   Bagian 58: Kencan

    "Filmnya tadi seru, ya, Non! Kayak canggih-canggih gitu! Coba kalo beneran ada!" komentar Surtini saat keluar dari bioskop. Dia memang baru saja selesai menonton film bergenre sainfiksi bersama Eka. Mereka melakukannya untuk melepas penat usai berjibaku dengan skripsi. Tadi pagi, seluruh persyaratan sudah dikumpulkan, sehingga tinggal menunggu wisuda saja. “Non Eka, kok diem aja? Non enggak suka, ya, film pilihan Surti? Kayaknya, tadi Non ngeliatin poster film yang lain,” cerocos Surtini hampir tanpa jeda. Dia tampak merasa bersalah. Eka tersenyum nakal. “Bukan begitu, aku hanya terlalu terpesona dengan wajah imutmu,” godanya. “Ih, Nona!” gerutu Surtini, membuat Eka tergelak. Sebenarnya, tebakan Surtini benar. Eka ingin memesan tiket film romantis. Pemuda itu pernah membaca buku tentang momen manis yang bisa dihadirkan dari tontonan penuh romansa. Namun, mata Surtini tampak berbinar-binar saat melihat poster film sainfiksi, membuat Eka t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Illegitimate Child   Bagian 59: Pengakuan

    Rasa syukur terucap berulang kali. Ya, Surtini melihat selembar kain butut berdebu terjepit di bawah sofa tua. Surtini semakin gembira saat melihat bekas kaleng cat berisi air sekitar tujuh langkah dari tempatnya duduk. Mungkin ada bagian atap gudang yang bocor, sehingga air hujan tertampung di situ.Sambil masih terus memeluk Eka, Surtini bergeser sedikit demi sedikit. Meskipun sedikit kesusahan, akhirnya dia berhasil meraih kain. Surtini menariknya dengan kuat. Beruntung, kain hanya sobek di bagian ujung. Gadis itu kembali mengesot menuju kaleng cat.“Semoga ini bisa melindungi Non Eka,” gumamnya sambil mencelupkan kain ke kaleng cat.Selanjutnya, Surtini menyelimuti tubuh Eka dengan kain basah. Dia bermaksud menerobos pintu sambil memapah sang “nona”. Namun, baru saja akan berdiri, tangannya digenggam erat oleh Eka. Pemuda itu mendelik tajam.“Apa yang coba kau lakukan, Surti?” Nada suara Eka kembali normal, tidak la

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26
  • Illegitimate Child   Bagian 60: Kejutan dari Eka

    "Aduh, Mbak, kenapa harus dandan segala, sih? Bulu mata palsu ini bikin mata Surti jadi berat enggak bisa dibuka," gerutu Surtini.Dia mengerucutkan bibir yang tengah dipoles dengan lipstik oleh MUA. Hastuti mencubit lengan sang adik dan mendelik tajam. Ocehan Surtini memang hampir membuat kuas lipstik si penata rias menyapu pipi.Ya, hari wisuda sudah tiba. Oleh karena Rukmini dan Hastuti akan menghadiri acara pentingnya, Surtini tidak tidur di apartemen Eka. Mereka semua menginap di hotel tak jauh dari lokasi wisuda. Hastuti sedikit memaksa adiknya agar mau didandani. Meskipun awalnya menolak, Surtini menyerah juga.Akhirnya, sejak subuh, MUA yang dipesan sudah tiba di kamar hotel. Gadis berkulit hitam manis ituberjibaku untuk memoles wajah manis Surtini agar tampak semakin memesona. Untunglah, dia adalah sosok yang penyabar, sehingga tidak terganggu dengan gerutuan klien sepanjang proses make up."Sudah selesai, Mbak," celetuk si penata

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27
  • Illegitimate Child   Bagian 61: Rehan

    Kericuhan pun terjadi. Ruangan menjadi riuh dengan teriakan-teriakan panik. Para peserta wisuda beserta keluarga mereka berhamburan menuju pintu keluar. Panitia acara yang berusaha menenangkan massa tak digubris.Hal tersebut digunakan oleh pelaku penembakan untuk melarikan dengan membaur bersama kerumunan.Beruntung, Rivan sempat melihat si pelaku. Dia langsung meringkusnya di tempat. Namun, kesetian “anjing” Jihan memang tidak main-main. Penjahat tersebut langsung menggigit kapsul berisi racun yang tersembunyi dalam mulutnya.Si pelaku penembakan seketika kelonjotan di tanah. Dia menggelepar-gelepar selama 5 menit sebelum tewas dengan mulut berbusa. Jeritan-jeritan ketakutan pun bersahutan. Kerumunan massa semakin bergegas untuk meninggalkan lokasi. Namun, ada beberapa gadis yang jatuh pingsan.“Ck! Sial!” umpat Rivan sembari meninju tembok.Sementara itu, di dalam gedung Jihan diam-diam tersenyum puas. Meskipun sediki

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Illegitimate Child   Bagian 62: Rivan dan Gilang

    Porsche yang dikemudikan Rivan melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan raya. Meskipun wajah si asisten tampak datar dan kaku, sebenarnya tengah diserang keresahan. Namun, dia mampu menyamarkan segala macam ekspresi. Sementara itu, Gilang yang menjadi penyebab keresahan Rivan duduk di jok belakang sambil membolak-balikkan majalah bisnis.Rivan merasa terintimidasi dengan tindak-tanduk Gilang usai pulang dari rumah sakit. Atasannya itu menolak pengawal dan supir dengan alasan ingin pergi berdua saja. Jadilah, Rivan yang kini mengemudi.“Kau pasti ingin menertawakanku yang begitu pengecut bukan? Bahkan, untuk menemani putraku saja tidak bisa. Begitu Papi meminta kembali untuk mengurus perusahaan, aku langsung pergi, padahal Eka belum sadarkan diri,” celetuk Gilang tiba-tiba memecahkan keheningan yang tadi begitu mencekam.“Tidak mungkin saya berani, Pak Gilang,” sahut Rivan sesopan mungkin.Gilang tergelak. Namun, tawanya itu te

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Illegitimate Child   Bagian 63: Ultimatum Emak

    Tubuh Surtini hampir menghempas lantai. Beruntung, Rehan sempat menahannya. Dia menggendong gadis itu, lalu membaringkannya di sofa. Sementara Eka berusaha duduk dan hendak turun dari ranjang rumah sakit. Rehan mendecakkan lidah. Dia bergegas memegangi tubuh Eka.“Lepaskan aku sialan!” Eka meronta.“Jangan bodoh! Kamu baru saja operasi! Kalau lukanya terbuka lagi, Surtini pasti akan sangat sedih,” tegur Rehan.Eka seketika terdiam. Dia mengepalkan tangan dengan kuat, membenci ketidakberdayaannya kini. Ucapan Rehan memang benar. Saat ini saja, Eka merasakan luka di perutnya terasa amat perih. Dia juga sangat yakin, Surtini yang begitu setia akan menangis histeris jika hal buruk terjadi.“Surtini hanya kelelahan. Dia sangat mencemaskanmu, tidak tidur semalaman, juga makan sedikit sekali. Aku akan mengantarnya pulang. Tante Rukmini dan Mbak Tuti pasti cemas. Apa pengawalmu berjaga dengan baik jika kutinggal sebentar?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30

Bab terbaru

  • Illegitimate Child   Bagian 103: Akhir Cerita Kita (END)

    Untuk Apa lagi kamu ke sini? Hah? Pergi! Pergi!" usir Hastuti dengan mata melotot.Dia begitu emosi. Suaminya sampai kewalahan menyabarkan. Awalnya, mereka hendak mengunjungi Rukmini. Kebetulan, tiba bersamaan dengan kedatangan Eka. Jadilah, Hastuti mengamuk.Keributan itu terdengar sampai ke dalam rumah. Rukmini dan Surtini ke luar rumah dengan tergopoh-gopoh. Melihat gadis yang dicintainya, Eka sempat-sempatnya mengerling nakal. Hastuti langsung berdiri menghalangi.Rukmini menghela napas berat. "Saya mohon pergilah, Nak Eka. Sudah cukup kamu menyakiti putri saya. Tolong jangan ke sini lagi," pintanya.Eka malah mengenggam tangan Rukmini. "Tapi, Ibu ... saya tidak berniat menyakitinya. Saya justru ingin membahagiakannya."Hastuti merangsek maju, melepaskan paksa genggaman tangan Eka. "Dasar gila! Kau pikir kami bodoh! Pulang sana! Pulang!" bentaknya dengan dada turun naik.Dia mendorong Eka dengan kasar. Sebenarnya, dorongan itu tidak terlalu kuat. Namun, Eka memang banyak akalnya d

  • Illegitimate Child   Bagian 102: Pembalasan

    Hanya dalam 6 bulan, Mahardika berhasil mengakuisisi perusahaan utama milik Hartono Group. Seperti perkiraan Eka, ayahnya memang tidak kompeten. Gilang mudah sekali memberikan tanda tangannya, sehingga aset juga bisa diambil alih dengan cepat. Hari ini, Bambang datang ke perusahaan. Namun, tindakannya sudah sangat terlambat. Dia hanya bisa murka kepada sang putra dan menggeram galak ke arah Mahardika yang tersenyum licik. Sementara Eka tentu saja ikut berakting marah."Kenapa Om Dika tega melakukan ini? Padahal, aku percaya Om benar-benar membantu kami!" serunya."Kau itu murid jenius, Eka. Kenapa masalah sepele begini saja malah tertipu?" ejeknya, tentu juga berpura-pura. Mereka justru sudah merencanakan kehancuran Bambang Hartono sejak awal.Brak!Bambang tiba-tiba menggebrak meja. "Puas kau, Mahardika! Ternyata kau sama busuknya dengan ayahmu!" umpatnya.Mahardika tertawa lepas. "Saya sedikit koreksi ucapan Anda, Pak Bambang. Ayah dari Mahardika sama sekali tidak busuk. Tapi, kala

  • Illegitimate Child   Bagian 101: Perangkap

    "Jadi, solusi apa yang kau tawarkan, Eka?""Menjalin kerja sama dengan perusahaan lain yang mumpuni dan mendapat simpati publik. Kita juga bisa menjaminkan beberapa aset," sahut Eka sembari menunjukkan beberapa dokumen.Gilang mengambil dokumen. Dia mengernyitkan kening saat membaca nama perusahaan yang tertulis di kertas. Keraguan menyusup di hati. Perusahaan Keluarga Pratama memang tidak akan menimbulkan masalah. Gilang hanya khawatir Bambang tidak akan menyetujui kerja sama dengan pihak Prasetya. Namun, Eka juga benar. Kedua perusahaan tersebut besar, keuangan stabil, dan mendapat simpati publik karena bersih dari kecurangan dan sering melakukan kegiatan amal. Gilang memijat-mijat keningnya yang mendadak berdenyut."Eka, kakekmu mungkin tidak akan setuju untuk Mahardika Group. Kamu tahu, kan, pendirinya bekas orang kepercayaan Om Danu.""Iya, Pak Gilang. Saya tahu benar perselisihan tak habis-habisnya antara Pak Bambang Hartono dan Pak Langit Prasetya. Tapi, bukankah generasi suda

  • Illegitimate Child   Bagian 100: Titik Balik

    Aula Hotel Blue Sky mulai ramai. Para tamu dari kelas atas saling berbincang. Bisnis atau barang mewah yang menjadi bahan obrolan. Eka tersenyum. Proyek yang telah menyita waktunya sebulan terakhir sukses besar dan pesta hari ini adalah untuk merayakannya.Namun, rasa bangga Eka dengan cepat berubah menjadi kecemasan. Dia tak sengaja melihat sosok familiar di antara para tamu. Gadis yang selama ini dirindu itu tak seharusnya berada di sana. Ya, Surtini tampak sedang sibuk menata kue-kue di meja.Eka memanggil salah seorang staf bagian makanan. "Setahu saya, gadis itu bukan bagian dapur, kenapa ada di sana?" tanyanya sambil menunjuk Surtini."Ah, itu karena Bu Sylvia, Pak. Beliau menambahkan menu kue dari toko kue favoritnya. Gadis itu dari toko kue tersebut," jelas staf."Oh begitu, terima kasih penjelasannya. Kamu bisa kembali bekerja."Staf bagian makanan itu membungkukkan badan, lalu pamit pergi. Eka seketika mendecakkan lidah. Mau seenak apa pun kue di toko Rukmini, mustahil seora

  • Illegitimate Child   Bagian 99: Setia

    Usaha toko kue Rukmini berkembang semakin pesat. Dia bahkan sudah membuka dua cabang. Hastuti sampai mengundurkan diri dari pekerjaannya demi mengelola cabang pertama. Sementara cabang satunya lagi dipegang oleh Surtini. Sudah 3 minggu berlalu sejak hari pembukaan cabang kedua toko kue Rukmini. Pelanggan semakin bertambah setiap harinya. Bahkan, mereka juga sudah menerima pesanan besar beberapa kali. Akibatnya, Surtini menjadi sangat sibuk. Namun, anehnya, dia sering melihat ke jalan raya, sedikit berharap Eka akan tiba-tiba datang. "Ada apa, Mbak Sur?" tegur salah seorang karyawan saat Surtini lagi-lagi tanpa sadar menatap sendu kaca jendela yang menghadap ke jalan raya."Eh, iya, Dek? Apa?""Aku liat dari tadi Mbak Surti liat ke luar terus, kirain ada apaan?"Surtini menyengir lebar. "Aku cuma berharap seseorang datang, tapi kayaknya enggak bakal datang deh."Karyawan itu mengangguk-angguk meskipun masih penasaran. Dia tak mungkin mengorek-ngorek informasi atasan sembarangan. Akhi

  • Illegitimate Child   Bagian 98: Salah Sandera

    Hastuti terlempar menghantam dinding. Surtini menjerit kaget. Tenaga laki-laki dan perempuan secara normal jelas memiliki perbedaan signifikan. Beno tentu bisa dengan mudah membanting putrinya."Mbak Tuti!"Surtini menghambur ke arah Hastuti, mencoba melakukan pertolongan pertama. Namun, baru berhasil menghentikan pendarahan di kening sang kakak, tubuhnya sudah ditarik dengan kasar. Beno mencengkeram kuat lengan Surtini dan menyeretnya paksa."Tunjukan di mana uang yang disimpan Rukmini! Atau kamu akan kujual!" desis Beno tajam di telinga Surtini.Brak!Pintu dibuka paksa dari luar. Lima petugas berseragam merangsek masuk. Beno mengumpat, lalu mencengkeram lengan Surtini dengan lebih kuat. Kuku-kukunya yang panjang dan kehitaman menggores luka di kulit gadis itu."Saudara Beno, menyerahlah! Anda sudah terkepung!" seru salah seorang polisi.Bukannya takut, Beno malah terbahak-bahak. Para polisi mengarahkan moncong senjata, memberikan ancaman. Namun, hal tersebut tidak juga menyurutkan

  • Illegitimate Child   Bagian 97: Keputusan Surtini

    "Aku sangat berterima kasih atas perhatian Mas Rehan, tapi perasaan tidak bisa dipaksakan. Maaf, Mas, aku tidak bisa menerima perasaanmu," tutur Surtini dengan perasaan tak enak hati. Dia tak menyangka perkataan Amira beberapa waktu lalu terbukti kebenarannya. Ternyata, Rehan memang memendam rasa bahkan sejak mereka masih remaja. Menolak cinta pemuda baik tentu menyisakan rasa bersalah dan kecanggungan yang sungguh mencekik. Namun, Surtini juga tidak akan pernah coba-coba dengan perasaan orang lain. Dia tidak mau menerima Rehan dengan masih menyimpan Eka di hati. Hal seperti itu sangat kejam dan tidak adil. Pemuda dengan kualitas sekelas Rehan tak seharusnya menjadi pelarian.Sorot mata Rehan jelas memancarkan kekecewaan, tetapi pemuda itu berusaha tersenyum tegar. "Baiklah, Mas mengerti.”Meskipun menjawab seperti itu, harapan Rehan belum pupus. Dia berpikir Surtini hanya masih terluka. Jika suatu saat gadis itu sudah move on, pasti akan membuka hatinya lagi untuk cinta yang baru.

  • Illegitimate Child   Bagian 96: Menjauh

    Waktu berlalu dengan cepat. Sylvia telah benar-benar masuk ke tim proyek terbaru. Perlahan, dia menjalin keakraban dengan Eka. Taktik yang digunakannya adalah tampil sebagai wanita cerdas dan kreatif. Sylvia berusaha menunjukkan dirinya sudah berubah, tidak akan ada lagi anak manja sombong.Sayangnya, semua itu palsu. Ide-ide brilian yang sering diajukan dan mendapat pujian dari Eka tidak orisinil. Secara rutin, Sylvia berkomunikasi dengan asisten kakeknya yang juga dikenal sebagai jenius.Seperti hari ini, Sylvia kembali datang ke kantor Eka. Dia membawa beberapa dokumen. Surtini sempat melirik sinis, tetapi cepat berpura-pura mengerjakan laporan ketika Eka memberi peringatan lewat isyarat mata."Kalo begini bagaimana, Ka?" tanya Sylvia saat sudah duduk di hadapan Eka. Dia menunjukkan lembar kedua dari dokumen yang dibawanya.Eka membaca isi dokumen. Mata elangnya menelaah setiap baris kalimat. Beberapa kali, dia mengelus dagu. Sylvia mencuri kesempatan untuk memandangi wajah tampan i

  • Illegitimate Child   Bagian 95: Kondisi Memanas

    Ruang wakil direktur Hartono Group terasa mencekam. Dua pria berhadapan dengan topik pembicaraan yang pelik. Eka mengetuk meja dengan ujung pulpennya beberapa kali. Sementara lelaki paruh baya di depannya terus menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan pihak perusahaan mereka, sehingga permasalahan semakin membesar dan dapat menyebabkan proyek harus ditunda atau bahkan dihentikan.“Surti, mana laporan yang kuminta kemarin!” titah Eka dengan wajah dingin.Surtini segera mencarikan laporan yang diminta dan segera menyerahkannya. Eka membuka lembaran dokumen. Mata elangnya tiba-tiba mendelik. Dia mendecakkan lidah."Ini sudah yang ketiga kalinya, Surti! Kenapa mengerjakan ini saja kamu tidak bisa!" bentak Eka sembari menghempaskan dokumen di meja.Sudah seminggu berlalu sejak masalah menimpa proyek yang tengah ditangani Eka. Dia mudah menjadi emosional dan jauh lebih sensitif dibandingkan biasanya. Hampir tak ada karyawan yang lolos dari amukannya. Hari-hari yang lalu, Surtini selal

DMCA.com Protection Status