Vijar merasa lucu melihat tingkah Laras yang panik dia malah berbaring santai sambil menumpu kedua tangan nya di belakang sambil melihat ekspresi panik Laras yang mengetuk pintu kamar nya yang malah terlihat gemas di mata Vijar.
"Sayang, tenang lah! kenapa kamu panik begitu? pintunya kan di kunci mereka tidak akan bisa masuk". ujar Vijar yang terlihat santai.Laras menghampiri Vijar yang malah santai-santai tiduran di ranjang nya."Kak, kok kakak malah santai di saat aku panik gini". kata tak habis pikir dengan jalan pikiran Vijar."Loh! emang nya kakak harus bersikap apa. Kamu ini aneh-aneh aja lagi pula kita tidak melakukan sesuatu apapun kan atau mungkin belum ". Vijar ini menjawab dengan enteng yang reflek membuat Laras memukul lengan Vijar dengan kuat."Aw... kenapa kamu memukul ku". ringisnya sambil memegang lengannya yang tak ada sakit-sakit nya sama sekali dia hanya mendramatisir."Ikh.. lagian mulut kakak itu kalo ngomonLaras turun ke bawah dan ternyata benar di meja makan hanya ada dirinya dan... Vijar yang sedang menatapnya intens, Laras jadi salah tingkah di buatnya.Ah! ini semua salah Vijar yang terus menahan nya di kamar hingga berakhir mereka di tinggalkan oleh anggota keluarga yang lain di meja makan entah kemana mereka sekarang.Saat sudah sampai dan duduk pun tatapan Vijar tidak lepas dari gadis manis ini terus memandang nya seakan tak ada objek lain yang harus di pandang. Sampai membuat Laras kikuk di buatnya."Kak, makanan nya di depan. Kenapa liatin aku terus?". Laras greget akhirnya bertanya.Vijar terkekeh pelan, "Kamu lebih enak di pandang dari pada yang lain". jawabnya tersenyum simpul.Pipi Laras memerah mendengar itu, dia sudah pernah mendengar pujian itu dari laki-laki yang lain namun dia tak pernah sampai bergetar di dalam hatinya, berbeda dengan Vijar dengan tatapan nya saja mampu membuat nya gugup apalagi rayuannya tapi ah! kembali
Vijar memasuki ruang kerja ayahnya dengan santai di sana Doni sudah duduk di sofa tunggal sambil menopang satu kaki ke kaki lainnya dan menyandarkan punggung nya.Vijar berjalan dengan tegap menghampiri ayahnya yang menatapnya dengan ekspresi datar lalu duduk tak jauh dari ayahnya memandang dengan berani pada lelaki paruh baya itu yang aura nya jelas mendominasi."Ada apa ayah?". tanya Vijar masih tidak sadar dengan kesalahan nya.Doni masih diam mengamati raut wajah anaknya yang sama sekali tidak ada rasa bersalah."Apa kamu tau? kenapa ayah memanggil mu kesini?". tanya Doni langsung.Doni mengerucutkan alisnya bagaimana sih ayahnya ini makanya dia bertanya karena tidak tau, "Tidak tau ayah"."Hm... ayah hanya ingin tau apa kamu bisa menjelaskan apa yang barusan ayah liat tadi?".Benarkan! meski Vijar tidak merasa bersalah tapi dia dapat menduga jika ayah nya pasti ingin bertanya hal itu karena sudah terpergok mau bagai
"Apa mamah udah tau yang sebenarnya?". tanya Doni menatap datar pada istrinya yang sedang dia sidang."Tau apa pah?". Sarah menyangkal pura-pura tidak tahu tapi melihat ekspresi tidak bersahabat dari suaminya dia bisa menebak sesuatu."Kamu membiarkan mereka menjalin suatu perasaan hingga sekarang Vijar dengan beraninya mau menikahi gadis itu". ungkap Doni masih menahan emosi dengan tangan terkepal.Entah mengapa emosi nya memuncak saat mengingat bagaimana perlawanan Vijar padanya yang kekeh ingin menjadikan Laras istri nya.Sarah terkesiap dugaan nya benar, namun dia masih pura-pura tidak tau tentang siapa gadisnya, "Siapa gadis yang papah maksud?".Doni merenggangkan kepalannya saat tau istrinya masih pura-pura dan dia terkekeh, "Kamu masih menyangkalnya, aku yakin tanpa aku beritahu kamu pasti sudah tau siapa gadis itu". ucap Doni membuat jantung Sarah bertalu karena suami nya sangat pintar dalam mencari kebenaran hanya dengan ekspresi wajah."Dan sekarang aku berniat untuk memisahk
"Laras..". Vijar terpaku pada apa yang di depannya, tak ingin membuang waktu Vijar langsung menghempaskan kasar tangan Della yang berada di lengannya tanpa mempedulikan Della yang berteriak marah karena di abaikan, Vijar langsung bergerak menghampiri sang gadis.Laras di ujung sana yang tak berada jauh di depan Vijar terkesiap melihat Vijar yang tergesa-gesa ingin datang menghampiri nya dengan cekatan juga Laras langsung menarik tangan seseorang yang memanggil nya dengan heboh tadi menuju ke luar cafe itu untung saja Laras belum memesan apapun jadi dia tidak apa-apa meninggalkan cafe itu dengan keadaan lenggang."E ehh... ada apa ini? kenapa di tarik-tarik?". temannya yang tidak mengerti tentu saja terkejut dan memekik kaget karena Laras tiba-tiba saja menarik tangan nya padahal dia baru sampai dan ingin memberondong banyak pertanyaan."Ngobrol nya jangan disini di tempat lain aja". Laras menjawab pekikan temannya demi untuk membuat nya diam, namun bukan d
"Berhenti mengikuti ku Della". ucap Vijar penuh penekanan tanpa menatap wajah Della.Della yang melihat itu biasa saja baginya sikap Vijar menjadi terbiasa meski itu di hadapan orang lain sekalipun.Laras yang merasa tidak ada kepentingan dan enggan menanggapi Vijar pun merasa harus pergi selain dia juga ada urusan dengan Sasa jadi lebih baik urusan nya dengan Vijar di tunda dulu."Maaf kak, aku buru-buru aku harus pergi ada hal yang harus aku urus dengan temanku". ucap Laras mencoba melepaskan cekalan tangan Vijar yang rasanya semakin erat."Vijar, kamu dengar kan dia buru-buru jangan memaksakan orang yang tidak ada urusan nya dengan kita". Della menyela membuat Vijar langsung menatap nya tajam.Tidak merasa kah dia kalau dia juga memaksa orang lain untuk menerima nya. Cih memalukan!."Tidak sadar dengan dirimu sendiri, sudah jelas aku menolakmu tapi kamu tetap mengejar ku". kecam Vijar dingin.Laras hanya bisa bergemin
"Sa, tadi itu kakak kamu kan pria yang tampan itu?". tanya Sasa saat sesi makan mereka berakhir dia jadi teringat Vijar yang membuat nya senyum-senyum sendiri."Iya". Laras menjawab singkat."Siapa kan namanya kalau tidak salah Vijar kan". tebaknya karena dia lupa-lupa ingat."Iya Sasa, terus kenapa?". Laras sedang malas membahas pria itu tiba-tiba saja mood nya jadi tidak ingat mengingat pria itu karena baru kemarin berkata manis dan sekarang dia melihat pria itu malah dekat dengan wanita lain."Ikhh kamu sewot banget padahal kan aku cuma pengen nanya". sahut Sasa nyengir."Aku nggak pengen bahas dia". kata Laras tanpa sadar."Kenapa?"."Udahlah kamu jangan banyak tanya dia. Males". Laras memberengut kesal karena Sasa terus menanyai Vijar."Ikhh.. eh tapi yang cewek tadi pacarnya yah!". Laras semakin dongkol saja dengan pernyataan Sasa hatinya kembali merasa tidak nyaman saat mengingat wanita yang be
Sesaat Laras terbuai oleh ciuman Vijar dan tersadar begitu tangan Vijar mulai menyentuh bagian intim tubuh Laras lainnya dia langsung menghentikan Vijar dengan mendorong dada pria itu sekuat tenaga."Kak.. jangan!". ucapnya lirih namun terdengar merdu di telinga Vijar yang mana bukannya mendengarkan ucapan Laras tapi malah pria itu semakin tergoda dengan gadis ini."Aku sudah tidak sabar, aku ingin menikahimu secepatnya". kata Vijar dengan suara parau memandang sayu Laras yang berada di bawah kungkungan nya.Sebelum Vijar berhasil melakukan aksinya Laras terlebih dahulu mendorong lagi dan bahkan Laras sampai duduk hanya untuk membuat Vijar berhenti."Kak... aku tuh lagi marah sama kakak dan kakak seenaknya cium aku". kesal Laras dengan wajah di tekuk.Vijar bukannya merasa bersalah tapi malah terkekeh, dia merasa gadisnya ini sedang cemburu dia jadi senang."Malah ketawa lagi, emang nya aku lagi ngelucu". ketus Laras menatap Vija
"Vijar, ayah mau bicara dengan mu". ucap Doni saat mereka berpapasan di dalam rumah.Vijar mengangguk, dia pun mengikuti langkah sang ayah ke ruang kerjanya.Mereka pun masuk masih dengan tatapan datar masing-masing, Doni duduk di meja kerjanya di ikuti Vijar duduk di depan nya."Apa kamu tau maksud ayah ingin bicara denganmu?". tanya Doni basa basi."Sudahlah ayah tidak perlu basa basi langsung saja apa yang ingin ayah bicarakan padaku". jawab Vijar mempersingkat waktu.Doni terkekeh kecil, Vijar benar-benar seperti dirinya duplikat yang tidak bisa di ubah namun untuk urusan masa depan nya dia harus membatasi nya."Perusahaan ayah yang berada di luar negari mengalami masalah serius dan.. ada orang dalam yang telah melakukan kecurangan hingga perusahaan itu di ambang kehancuran. Dan ayah ingin kamu membuktikan usahamu sebagai pemegang perusahaan yang nantinya akan ayah serahkan kepadamu. Apa kamu sanggup?" tanya Doni dengan wa
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set