"Vijar, ayah mau bicara dengan mu". ucap Doni saat mereka berpapasan di dalam rumah.
Vijar mengangguk, dia pun mengikuti langkah sang ayah ke ruang kerjanya.Mereka pun masuk masih dengan tatapan datar masing-masing, Doni duduk di meja kerjanya di ikuti Vijar duduk di depan nya."Apa kamu tau maksud ayah ingin bicara denganmu?". tanya Doni basa basi."Sudahlah ayah tidak perlu basa basi langsung saja apa yang ingin ayah bicarakan padaku". jawab Vijar mempersingkat waktu.Doni terkekeh kecil, Vijar benar-benar seperti dirinya duplikat yang tidak bisa di ubah namun untuk urusan masa depan nya dia harus membatasi nya."Perusahaan ayah yang berada di luar negari mengalami masalah serius dan.. ada orang dalam yang telah melakukan kecurangan hingga perusahaan itu di ambang kehancuran. Dan ayah ingin kamu membuktikan usahamu sebagai pemegang perusahaan yang nantinya akan ayah serahkan kepadamu. Apa kamu sanggup?" tanya Doni dengan waAkhirnya Vijar pergi juga ke luar negeri bersama Rendi dan... Della. Vijar terkejut ayah nya tidak bilang kalau Della juga ikut malas sebenarnya tapi sudah terlambat pesawat sudah landing, Vijar sudah duduk dan tiba-tiba Della datang dan ikut duduk di samping nya dan mengatakan kalau dia juga di amanatkan oleh Doni untuk membantu Vijar menyelesaikan urusannya.Vijar juga sudah pamit pada keluarga terutama pada Laras dan dirinya teramat berat meninggalkan wanitanya itu.Vijar berdecak, Della sedari tadi terus menempel padanya walau sudah di beri tatapan tajam dan dingin wanita itu seperti sudah kebal dan tebal muka malah lebih gencar mendekati Vijar yang membuat Vijar sangat muak sekali.Sebelum nya juga Vijar sudah menelfon ayah nya kenapa tidak bilang kalau Della juga ikut tapi jawaban ayahnya sungguh membuat Vijar kesal pasalnya sang ayah lupa jika Della juga harus ikut dengan tujuan belajar mau tidak mau Vijar harus menyetujui karena mereka sudah berada
Setelah memastikan semuanya pergi, Doni melangkah santai ke ruang keluarga dia mendudukkan dirinya di sofa empuk itu lalu memanggil seorang pelayan."Pelayan.., panggilkan Laras dan Saga ke sini. Bilang aku ingin bicara dengan mereka". titahnya tegas."Baik tuan!". pelayan itu mengangguk dan segera melakukan perintah tuan nya untuk memanggil Laras dan Saga.Tok tok tokSuara pintu kamar Laras di ketuk. Laras saat itu sedang menulis dia mendengar seseorang mengetuk pintu dia beranjak untuk membuka pintu."Iya.. sebentar!". sahut Laras sambil berjalan ke depan.Ceklek"Iya ada apa?". tanya Laras yang ternyata seorang pelayan."Saya di perintah tuan untuk memanggil nona menghadap nya di ruang keluarga nona". tutur nya sambil menunduk sopan.Deg.Tiba-tiba jantungnya berdegup, entah mengapa dia mempunyai firasat buruk karena tiba-tiba ayah angkatnya ingin bertemu dengan nya."Kalau boleh t
Setelah perdebatan kecil itu Laras membawa Saga masuk ke kamar nya dan menjelaskan apa saja yang Saga tidak mengerti."Kak, kenapa kakak mau saja kita pergi dari sini? apalagi semua orang nggak ada disini gimana kalau mereka nyariin kita". tanya Saga masih tidak mengerti mencecar berbagai pertanyaan pada kakaknya.Laras yang sedang mengemasi barang-barang nya menoleh pada Saga dengan wajah sendu."Saga, kamu harus paham kita disini itu cuma numpang kita nggak bisa selamanya tinggal di sini. Ayah benar kita ini sudah besar dan kita juga harus tau diri kalau kita harus pergi dari sini". jelas Laras sepelan mungkin."Tapi kak, menurut aku ini cuma sepihak dan aku yakin mamah dan yang lainnya nggak tau jadi aku rasa kita harus bertahan disini sampe mereka pulang". jawab Saga karena jujur dirinya tidak rela jika harus pergi dari rumah ini apalagi meninggalkan mamahnya yang sangat menyayangi nya."Saga kakak mohon kamu ikut kakak yah! kakak cum
Laras masuk ke dalam mobil dimana Saga sudah masuk dengan wajah datar, Laras mengerti namun dia diam tidak ingin bertanya biarlah Saga menenangkan dirinya sendiri.Mobil pun melaju membelah jalanan dan meninggalkan rumah besar yang sudah membesarkan mereka berdua. Laras sangat sadar meski dia mencintai pria itu namun ada tembok besar yang menghalangi mereka untuk bersatu dia hanya memasrahkan diri kepada yang Kuasa jika mereka berjodoh maka mereka akan bersatu bagaimana pun caranya namun jika tidak maka dia harus ikhlas menerima takdir ini maka dari itu dia tidak ingin terlalu berharap pada Vijar meski pria itu mencintai nya.Sungguh sakit sekali rasanya di saat kita mulai menyukai seseorang tapi keadaan tidak bisa membuat kita bersama lebih baik dia meneruskan hidup nya yang masih panjang sambil memikirkan masa depannya juga adik nya. Sepertinya perjalanan masih panjang maka Laras memutuskan untuk tidur mengisyaratkan pikiran nya yang kemana-mana.
"Cari siapa neng?". seseorang bertanya pada Laras yang tengah memandangi rumah sederhana tempat dia kecil tinggal dulu.Laras mengerjap, memperhatikan orang yang bertanya itu, dia melihat sekeliling ada banyak orang yang sedang memperhatikan nya dan Saga dengan tatapan kagum sekaligus penasaran dan Laras sedikit banyak mengenal mengenal mereka semua."Neng di tanya kok malah diam aja!". tegur sang ibu yang bertanya lagi.Dengan mata berkaca-kaca Laras menjawab, "Saya.. cari ibu Martini". jawabnya terbata sedang Saga masih diam saja dengan wajah datarnya karena memang dia belum mengenal mereka semua sudah pasti Saga lupa karena dia di bawa pergi oleh ibunya saat masih berusia dua tahun."Ibu Martini. Ada! kenapa cari ibu saya?". anak dari ibu Martini menyahut yang tak lain adalah bibi Laras.Mereka masih memandang Laras dan Saga dengan wajah yang intens seakan sedang mengingat siapakah gerangan anak-anak remaja ini begitu juga dengan bibi
Bu Martini juga setiap malam selalu menyebut nama anak, menantu dan cucu-cucu nya yang jauh dari jangkauan nya bahkan tidak tau bagaimana nasib mereka setelah orang tua nya sudah tiada meski sudah tau bahwa ada orang yang mengadopsi cucu-cucunya tapi tetap saja dia tidak akan tenang sebelum melihat sendiri bagaimana keadaan cucu-cucunya.Dia selalu berdoa untuk keselamatan cucu-cucunya yang masih kecil saat itu dan selalu merasa bersalah atas ketidaknyamanan Lisa saat tinggal di rumah nya dulu yang mana menyebabkan menantunya itu nekat untuk pergi tanpa anaknya Ari.Kini sekarang di hadapan nya sudah ada dua cucu yang sangat di rindukan dan selalu di khawatirkan nya berada di depan nya dengan tangis yang tertahan ibu Martini ingin duduk ingin meraih mereka berdua namun itu tak sanggup sebelum dirinya terjatuh karena keantusiasan nya semua orang yang ada di situ dengan sigap memegang nya dan membantu ibu Martini untuk bisa meraih Laras dan Saga.Di peluknya
Seorang pria memperhatikan Laras dengan seksama saat ada di tempat pemakaman, dia seperti pernah melihat namun dimana rasa-rasanya dia baru melihat gadis itu di kampung ini apa dia seorang anggota keluarga yang ada di kampung ini dan sedang bertandang kalau iya maka dia harus mencari tau karena sepertinya pria itu jatuh hati pada pandangan pertama."Eh! Tin ngapain kamu bengong aja!". tegur temannya mengagetkan pria yang di panggil tin itu."Tin tin, udah gue bilang jangan panggil gue tin emang nya gue klakson. Panggil gue Martin". gerutu pria yang ternyata bernama Martin dengan misuh-misuh."Lah kan panggilan akhir Lo tin emang salah gitu". temannya membalas bingung."Gue nggak suka, kalau sampe gue denger Lo manggil gue tin lagi gue nggak bakal noleh". ancamnya dengan wajah kesal."Ya ela gitu aja ngambek. Lagian gue perhatiin dari tadi Lo liatin cewek cakep itu mulu, naksir Lo yah!". ungkap temannya yang bernama Baim sembari melihat g
Di belahan negara lain, Vijar mengamuk karena ayahnya memang sudah merencanakan sesuatu dan sesuatu itu adalah untuk memisahkan dirinya dengan gadis nya yaitu Laras, ponsel Laras juga di hubungi sejak tadi tidak tersambung bahkan meski dia sudah mencoba memakai nomor lain anehnya tetap tidak bisa. Apakah Laras mengganti nomor kalau iya kenapa tidak memberitahu nya ini pasti perbuatan ayahnya? ya siapa lagi yang menentang jika bukan ayahnya.Perusahaan yang di kata menurun itu nyatanya baik-baik saja tidak ada kendala apapun, sungguh kenapa dirinya benar-benar bodoh tidak menyadari ayah nya membohongi nya. Sial! dia harus kembali sekarang juga ke Indonesia karena sesuatu pasti terjadi pada Laras."Rendi..". panggil Vijar pada Rendi di seberang ponsel."Baik". sahut Rendi cepat.Tak lama Rendi datang tanpa mengetuk pintu dan dia terkejut bukan main melihat kondisi ruangan tuannya bak kapal pecah."Tuan ada apa ini?". tanya Rendi. Baru beber
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set