Laras mengerjapkan mata nya dimana hari sudah pagi, dia belum beranjak namun sudah membuka mata sempurna dia tahu ada beban berat di perut nya tangan kokoh yang melingkar di perut nya dengan erat dia tau siapa tangan itu di ingatan nya masih sangat jelas apa yang terjadi semalam seketika pipinya memerah entah karena malu atau bagaimana yang jelas dia tidak tau harus bersikap seperti apa ketika Vijar bangun nanti.
Seolah itu tidak puas Laras menatap Vijar di samping nya yang nyaman dengan pelukan nya dia tau ini salah namun lelaki ini sulit untuk di tolak alhasil dia hanya bisa pasrah yang penting kesucian nya tidak terenggut.Dia memandangi wajah tampan Vijar alis mata yang tebal, mata yang tajam saat terbuka bibir atas tipis dan bawah yang tebal namun sangat manis jika tersenyum sayang nya Vijar ini irit senyum jadi tidak ada yang tau senyuman nya semanis itu. Rahang yang tegas juga tubuh yang atletis sungguh idaman para wanita. Kenapa juga Laras baru menyadarinyaVijar merasa lucu melihat tingkah Laras yang panik dia malah berbaring santai sambil menumpu kedua tangan nya di belakang sambil melihat ekspresi panik Laras yang mengetuk pintu kamar nya yang malah terlihat gemas di mata Vijar."Sayang, tenang lah! kenapa kamu panik begitu? pintunya kan di kunci mereka tidak akan bisa masuk". ujar Vijar yang terlihat santai.Laras menghampiri Vijar yang malah santai-santai tiduran di ranjang nya."Kak, kok kakak malah santai di saat aku panik gini". kata tak habis pikir dengan jalan pikiran Vijar."Loh! emang nya kakak harus bersikap apa. Kamu ini aneh-aneh aja lagi pula kita tidak melakukan sesuatu apapun kan atau mungkin belum ". Vijar ini menjawab dengan enteng yang reflek membuat Laras memukul lengan Vijar dengan kuat."Aw... kenapa kamu memukul ku". ringisnya sambil memegang lengannya yang tak ada sakit-sakit nya sama sekali dia hanya mendramatisir."Ikh.. lagian mulut kakak itu kalo ngomon
Laras turun ke bawah dan ternyata benar di meja makan hanya ada dirinya dan... Vijar yang sedang menatapnya intens, Laras jadi salah tingkah di buatnya.Ah! ini semua salah Vijar yang terus menahan nya di kamar hingga berakhir mereka di tinggalkan oleh anggota keluarga yang lain di meja makan entah kemana mereka sekarang.Saat sudah sampai dan duduk pun tatapan Vijar tidak lepas dari gadis manis ini terus memandang nya seakan tak ada objek lain yang harus di pandang. Sampai membuat Laras kikuk di buatnya."Kak, makanan nya di depan. Kenapa liatin aku terus?". Laras greget akhirnya bertanya.Vijar terkekeh pelan, "Kamu lebih enak di pandang dari pada yang lain". jawabnya tersenyum simpul.Pipi Laras memerah mendengar itu, dia sudah pernah mendengar pujian itu dari laki-laki yang lain namun dia tak pernah sampai bergetar di dalam hatinya, berbeda dengan Vijar dengan tatapan nya saja mampu membuat nya gugup apalagi rayuannya tapi ah! kembali
Vijar memasuki ruang kerja ayahnya dengan santai di sana Doni sudah duduk di sofa tunggal sambil menopang satu kaki ke kaki lainnya dan menyandarkan punggung nya.Vijar berjalan dengan tegap menghampiri ayahnya yang menatapnya dengan ekspresi datar lalu duduk tak jauh dari ayahnya memandang dengan berani pada lelaki paruh baya itu yang aura nya jelas mendominasi."Ada apa ayah?". tanya Vijar masih tidak sadar dengan kesalahan nya.Doni masih diam mengamati raut wajah anaknya yang sama sekali tidak ada rasa bersalah."Apa kamu tau? kenapa ayah memanggil mu kesini?". tanya Doni langsung.Doni mengerucutkan alisnya bagaimana sih ayahnya ini makanya dia bertanya karena tidak tau, "Tidak tau ayah"."Hm... ayah hanya ingin tau apa kamu bisa menjelaskan apa yang barusan ayah liat tadi?".Benarkan! meski Vijar tidak merasa bersalah tapi dia dapat menduga jika ayah nya pasti ingin bertanya hal itu karena sudah terpergok mau bagai
"Apa mamah udah tau yang sebenarnya?". tanya Doni menatap datar pada istrinya yang sedang dia sidang."Tau apa pah?". Sarah menyangkal pura-pura tidak tahu tapi melihat ekspresi tidak bersahabat dari suaminya dia bisa menebak sesuatu."Kamu membiarkan mereka menjalin suatu perasaan hingga sekarang Vijar dengan beraninya mau menikahi gadis itu". ungkap Doni masih menahan emosi dengan tangan terkepal.Entah mengapa emosi nya memuncak saat mengingat bagaimana perlawanan Vijar padanya yang kekeh ingin menjadikan Laras istri nya.Sarah terkesiap dugaan nya benar, namun dia masih pura-pura tidak tau tentang siapa gadisnya, "Siapa gadis yang papah maksud?".Doni merenggangkan kepalannya saat tau istrinya masih pura-pura dan dia terkekeh, "Kamu masih menyangkalnya, aku yakin tanpa aku beritahu kamu pasti sudah tau siapa gadis itu". ucap Doni membuat jantung Sarah bertalu karena suami nya sangat pintar dalam mencari kebenaran hanya dengan ekspresi wajah."Dan sekarang aku berniat untuk memisahk
"Laras..". Vijar terpaku pada apa yang di depannya, tak ingin membuang waktu Vijar langsung menghempaskan kasar tangan Della yang berada di lengannya tanpa mempedulikan Della yang berteriak marah karena di abaikan, Vijar langsung bergerak menghampiri sang gadis.Laras di ujung sana yang tak berada jauh di depan Vijar terkesiap melihat Vijar yang tergesa-gesa ingin datang menghampiri nya dengan cekatan juga Laras langsung menarik tangan seseorang yang memanggil nya dengan heboh tadi menuju ke luar cafe itu untung saja Laras belum memesan apapun jadi dia tidak apa-apa meninggalkan cafe itu dengan keadaan lenggang."E ehh... ada apa ini? kenapa di tarik-tarik?". temannya yang tidak mengerti tentu saja terkejut dan memekik kaget karena Laras tiba-tiba saja menarik tangan nya padahal dia baru sampai dan ingin memberondong banyak pertanyaan."Ngobrol nya jangan disini di tempat lain aja". Laras menjawab pekikan temannya demi untuk membuat nya diam, namun bukan d
"Berhenti mengikuti ku Della". ucap Vijar penuh penekanan tanpa menatap wajah Della.Della yang melihat itu biasa saja baginya sikap Vijar menjadi terbiasa meski itu di hadapan orang lain sekalipun.Laras yang merasa tidak ada kepentingan dan enggan menanggapi Vijar pun merasa harus pergi selain dia juga ada urusan dengan Sasa jadi lebih baik urusan nya dengan Vijar di tunda dulu."Maaf kak, aku buru-buru aku harus pergi ada hal yang harus aku urus dengan temanku". ucap Laras mencoba melepaskan cekalan tangan Vijar yang rasanya semakin erat."Vijar, kamu dengar kan dia buru-buru jangan memaksakan orang yang tidak ada urusan nya dengan kita". Della menyela membuat Vijar langsung menatap nya tajam.Tidak merasa kah dia kalau dia juga memaksa orang lain untuk menerima nya. Cih memalukan!."Tidak sadar dengan dirimu sendiri, sudah jelas aku menolakmu tapi kamu tetap mengejar ku". kecam Vijar dingin.Laras hanya bisa bergemin
"Sa, tadi itu kakak kamu kan pria yang tampan itu?". tanya Sasa saat sesi makan mereka berakhir dia jadi teringat Vijar yang membuat nya senyum-senyum sendiri."Iya". Laras menjawab singkat."Siapa kan namanya kalau tidak salah Vijar kan". tebaknya karena dia lupa-lupa ingat."Iya Sasa, terus kenapa?". Laras sedang malas membahas pria itu tiba-tiba saja mood nya jadi tidak ingat mengingat pria itu karena baru kemarin berkata manis dan sekarang dia melihat pria itu malah dekat dengan wanita lain."Ikhh kamu sewot banget padahal kan aku cuma pengen nanya". sahut Sasa nyengir."Aku nggak pengen bahas dia". kata Laras tanpa sadar."Kenapa?"."Udahlah kamu jangan banyak tanya dia. Males". Laras memberengut kesal karena Sasa terus menanyai Vijar."Ikhh.. eh tapi yang cewek tadi pacarnya yah!". Laras semakin dongkol saja dengan pernyataan Sasa hatinya kembali merasa tidak nyaman saat mengingat wanita yang be
Sesaat Laras terbuai oleh ciuman Vijar dan tersadar begitu tangan Vijar mulai menyentuh bagian intim tubuh Laras lainnya dia langsung menghentikan Vijar dengan mendorong dada pria itu sekuat tenaga."Kak.. jangan!". ucapnya lirih namun terdengar merdu di telinga Vijar yang mana bukannya mendengarkan ucapan Laras tapi malah pria itu semakin tergoda dengan gadis ini."Aku sudah tidak sabar, aku ingin menikahimu secepatnya". kata Vijar dengan suara parau memandang sayu Laras yang berada di bawah kungkungan nya.Sebelum Vijar berhasil melakukan aksinya Laras terlebih dahulu mendorong lagi dan bahkan Laras sampai duduk hanya untuk membuat Vijar berhenti."Kak... aku tuh lagi marah sama kakak dan kakak seenaknya cium aku". kesal Laras dengan wajah di tekuk.Vijar bukannya merasa bersalah tapi malah terkekeh, dia merasa gadisnya ini sedang cemburu dia jadi senang."Malah ketawa lagi, emang nya aku lagi ngelucu". ketus Laras menatap Vija