"Kak, kenapa sih? jangan begini dong". Laras susah payah menegur Vijar yang terus menatap Rian dengan tajam sedang Rian masih dengan senyum tenang nya namun dalam hati dag dig dug.
"Jadi apa kamu masih ingin mengajaknya pacaran?". tanya Vijar lagi membuat Rian salah tingkah."Em... jika Laras mau, saya bersedia". jawabnya menatap Laras penuh harap. Yang di tatap justru malah mengalihkan pandangan.Sekarang posisi Laras sulit, dia ingin menerima Rian sebagai pacarnya karena dia juga suka pada Rian, namun melihat tatapan intimasi dari Vijar sekaligus mengingat semua ucapan ah ralat lebih ke ancaman dia jadi takut untuk menerima Rian."Jadi kamu masih mau menerima nya Laras?". suara tenang Vijar justru membuat nya merinding pasalnya ucapan itu terasa lebih ke sebuah penolakan.Dengan gugup Laras menggeleng, "Ma_af kakakku benar aku belum boleh pacaran kita berteman aja yah!". ucap nya kemudian membuat Rian tersenyum kecewa sedang Vijar terseSetelah kejadian itu Rian tidak pernah lagi menemui Laras, tidak menyapa apalagi mengajak ngobrol semuanya seperti biasa berjalan seperti orang yang tidak pernah kenal satu sama lain, Laras sangat menyayangkan hal itu dia kira Rian berbeda dari laki-laki sebelumnya yang pernah menyukainya tapi ternyata sama saja dia takut dengan Vijar.Huh! Laras menghela nafas panjang sungguh melelahkan mempunyai kakak yang sangat over padahal hanya kakak angkat tapi sifat over nya terlihat seperti orang yang cemburu ketika mendapati kekasihnya dekat dengan pria lain. Kalau begini caranya kapan Laras bisa punya pacar atau lebih parah nya kapan dia punya suami jika kakak nya saja selalu melarang dirinya dekat dengan laki-laki bahkan punya teman laki-laki saja tidak boleh.Huh menyebalkan memang Vijar."Eh tapi kalau kak Vijar nikah, mungkin keadaan nya jadi beda. Tapi kenapa juga kak Vijar belum nikah sampe sekarang bahkan bawa perempuan ke rumah aja belum pernah punya pac
Malam hari Vijar pulang larut malam, pekerjaan nya akhir-akhir ini membuat nya sangat lelah hingga dia tak sempat bertemu dengan gadisnya dan sekarang dia jadi rindu ingin memeluknya.Malam ini bukannya masuk ke kamar nya dia malah masuk ke kamar Laras yang letaknya di sebelah kamar nya, dia tau pasti di kunci namun dia mempunyai kunci cadangan nya dan selalu membawanya.KLIK suara pintu terbuka Vijar masuk tanpa ragu dan langsung menutup pintu serta mengunci nya, dia berjalan perlahan sambil matanya terus menatap seorang gadis yang tertidur pun sangat cantik di mata nya apalagi melihat cara tidur Laras yang membuat nya langsung ON seketika membuat nya meneguk ludah kasar sedang capek-capeknya malah di suguhkan dengan pemandangan yang membuat hasratnya terpantik.Bagaimana tidak, ini pertama kali Vijar memasuki kamar Laras karena di rasa gadis itu sudah besar dan dia sudah berani ingin mengkhianati nya. CK CK Vijar tidak terima mungkin ini saatny
Laras mengerjapkan mata nya dimana hari sudah pagi, dia belum beranjak namun sudah membuka mata sempurna dia tahu ada beban berat di perut nya tangan kokoh yang melingkar di perut nya dengan erat dia tau siapa tangan itu di ingatan nya masih sangat jelas apa yang terjadi semalam seketika pipinya memerah entah karena malu atau bagaimana yang jelas dia tidak tau harus bersikap seperti apa ketika Vijar bangun nanti.Seolah itu tidak puas Laras menatap Vijar di samping nya yang nyaman dengan pelukan nya dia tau ini salah namun lelaki ini sulit untuk di tolak alhasil dia hanya bisa pasrah yang penting kesucian nya tidak terenggut.Dia memandangi wajah tampan Vijar alis mata yang tebal, mata yang tajam saat terbuka bibir atas tipis dan bawah yang tebal namun sangat manis jika tersenyum sayang nya Vijar ini irit senyum jadi tidak ada yang tau senyuman nya semanis itu. Rahang yang tegas juga tubuh yang atletis sungguh idaman para wanita. Kenapa juga Laras baru menyadarinya
Vijar merasa lucu melihat tingkah Laras yang panik dia malah berbaring santai sambil menumpu kedua tangan nya di belakang sambil melihat ekspresi panik Laras yang mengetuk pintu kamar nya yang malah terlihat gemas di mata Vijar."Sayang, tenang lah! kenapa kamu panik begitu? pintunya kan di kunci mereka tidak akan bisa masuk". ujar Vijar yang terlihat santai.Laras menghampiri Vijar yang malah santai-santai tiduran di ranjang nya."Kak, kok kakak malah santai di saat aku panik gini". kata tak habis pikir dengan jalan pikiran Vijar."Loh! emang nya kakak harus bersikap apa. Kamu ini aneh-aneh aja lagi pula kita tidak melakukan sesuatu apapun kan atau mungkin belum ". Vijar ini menjawab dengan enteng yang reflek membuat Laras memukul lengan Vijar dengan kuat."Aw... kenapa kamu memukul ku". ringisnya sambil memegang lengannya yang tak ada sakit-sakit nya sama sekali dia hanya mendramatisir."Ikh.. lagian mulut kakak itu kalo ngomon
Laras turun ke bawah dan ternyata benar di meja makan hanya ada dirinya dan... Vijar yang sedang menatapnya intens, Laras jadi salah tingkah di buatnya.Ah! ini semua salah Vijar yang terus menahan nya di kamar hingga berakhir mereka di tinggalkan oleh anggota keluarga yang lain di meja makan entah kemana mereka sekarang.Saat sudah sampai dan duduk pun tatapan Vijar tidak lepas dari gadis manis ini terus memandang nya seakan tak ada objek lain yang harus di pandang. Sampai membuat Laras kikuk di buatnya."Kak, makanan nya di depan. Kenapa liatin aku terus?". Laras greget akhirnya bertanya.Vijar terkekeh pelan, "Kamu lebih enak di pandang dari pada yang lain". jawabnya tersenyum simpul.Pipi Laras memerah mendengar itu, dia sudah pernah mendengar pujian itu dari laki-laki yang lain namun dia tak pernah sampai bergetar di dalam hatinya, berbeda dengan Vijar dengan tatapan nya saja mampu membuat nya gugup apalagi rayuannya tapi ah! kembali
Vijar memasuki ruang kerja ayahnya dengan santai di sana Doni sudah duduk di sofa tunggal sambil menopang satu kaki ke kaki lainnya dan menyandarkan punggung nya.Vijar berjalan dengan tegap menghampiri ayahnya yang menatapnya dengan ekspresi datar lalu duduk tak jauh dari ayahnya memandang dengan berani pada lelaki paruh baya itu yang aura nya jelas mendominasi."Ada apa ayah?". tanya Vijar masih tidak sadar dengan kesalahan nya.Doni masih diam mengamati raut wajah anaknya yang sama sekali tidak ada rasa bersalah."Apa kamu tau? kenapa ayah memanggil mu kesini?". tanya Doni langsung.Doni mengerucutkan alisnya bagaimana sih ayahnya ini makanya dia bertanya karena tidak tau, "Tidak tau ayah"."Hm... ayah hanya ingin tau apa kamu bisa menjelaskan apa yang barusan ayah liat tadi?".Benarkan! meski Vijar tidak merasa bersalah tapi dia dapat menduga jika ayah nya pasti ingin bertanya hal itu karena sudah terpergok mau bagai
"Apa mamah udah tau yang sebenarnya?". tanya Doni menatap datar pada istrinya yang sedang dia sidang."Tau apa pah?". Sarah menyangkal pura-pura tidak tahu tapi melihat ekspresi tidak bersahabat dari suaminya dia bisa menebak sesuatu."Kamu membiarkan mereka menjalin suatu perasaan hingga sekarang Vijar dengan beraninya mau menikahi gadis itu". ungkap Doni masih menahan emosi dengan tangan terkepal.Entah mengapa emosi nya memuncak saat mengingat bagaimana perlawanan Vijar padanya yang kekeh ingin menjadikan Laras istri nya.Sarah terkesiap dugaan nya benar, namun dia masih pura-pura tidak tau tentang siapa gadisnya, "Siapa gadis yang papah maksud?".Doni merenggangkan kepalannya saat tau istrinya masih pura-pura dan dia terkekeh, "Kamu masih menyangkalnya, aku yakin tanpa aku beritahu kamu pasti sudah tau siapa gadis itu". ucap Doni membuat jantung Sarah bertalu karena suami nya sangat pintar dalam mencari kebenaran hanya dengan ekspresi wajah."Dan sekarang aku berniat untuk memisahk
"Laras..". Vijar terpaku pada apa yang di depannya, tak ingin membuang waktu Vijar langsung menghempaskan kasar tangan Della yang berada di lengannya tanpa mempedulikan Della yang berteriak marah karena di abaikan, Vijar langsung bergerak menghampiri sang gadis.Laras di ujung sana yang tak berada jauh di depan Vijar terkesiap melihat Vijar yang tergesa-gesa ingin datang menghampiri nya dengan cekatan juga Laras langsung menarik tangan seseorang yang memanggil nya dengan heboh tadi menuju ke luar cafe itu untung saja Laras belum memesan apapun jadi dia tidak apa-apa meninggalkan cafe itu dengan keadaan lenggang."E ehh... ada apa ini? kenapa di tarik-tarik?". temannya yang tidak mengerti tentu saja terkejut dan memekik kaget karena Laras tiba-tiba saja menarik tangan nya padahal dia baru sampai dan ingin memberondong banyak pertanyaan."Ngobrol nya jangan disini di tempat lain aja". Laras menjawab pekikan temannya demi untuk membuat nya diam, namun bukan d
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set