5 tahun kemudian
Laras kini sudah memasuki kelas 11 SMA di sekolah tempat Vijar dan Gio dulu, Saga kelas 7 SMP, Gio sedang menyelesaikan kuliah nya yang sudah tahap terakhir, Gio ini memang cerdas maka dari itu dia cepat menyelesaikan kuliah nya begitu juga dengan Vijar yang kini sudah menduduki jabatan tertinggi di perusahaan ayahnya. Sebagai anak pertama tentu saja Vijar akan menjadi pewaris utama dari seluruh aset kekayaan Doni baru setelah itu Gio namun Doni sudah membaginya rata.Akan tetapi untuk Laras dan Saga, Doni hanya sekedar memberi tak ada hak waris untuk mereka tapi tidak apa Laras dan Saga tetap tidak berkecil hati karena tidak mendapat warisan toh dia juga tidak memikirkannya sudah di beri hidup layak dan di sekolah kan saja mereka sudah sangat bersyukur maruk sekali jika ingin meminta lebih tapi kalau di beri sih tidak apa-apa.Laras sedang berdiri di depan cermin, sekarang dia sudah besar sudah menjadi gadis yang cantik dan manis, sekaranPada akhirnya Laras di antar oleh Vijar, pria itu jelas tidak mau kalah dengan anak kemarin sore dan tidak ada yang bisa membantahnya termasuk kedua orangtuanya dan sebagai gantinya Saga yang di antar oleh Rian karena sekolah mereka satu arah.Sepanjang jalan Laras cemberut, dia bersedekap dada, bibirnya maju satu senti namun hal itu malah membuat Vijar menahan senyum karena baginya Laras menggemaskan sekarang. Dia kesal dengan Vijar yang seenaknya mengatur nya, padahal dia ingin pedekate dengan Rian crush nya tapi Vijar malah menghalangi nya."Udah jangan cemberut terus, ilang nanti cantiknya". kata Vijar sambil mengacak rambut Laras.Laras menepis tangan Vijar di kepala nya dan berdesis kesal, "Kakak nih apa-apaan sih! Rian itu dari pagi-pagi sekali kesini buat jemput aku asal kakak tau rumahnya jauh dari sini kak". sungut nya kesal."Itu salahnya kenapa juga dia mau datang jauh-jauh cuma mau jemput kamu di sekolah kan bisa ketemu". timpal Vijar dengan wajah tidak bersalah nya."Ih!
Vijar memasuki perusahaan yang di pimpin ayahnya yang semakin berkembang pesat, sejak Vijar ikut andil dalam perkembangan nya.Pria itu dengan serius menekuni aktivitas nya sekarang dan jarang sekali berkumpul bersama teman-teman nya hanya dengan Rendi yang setiap hari bertemu karena dia menjadi asisten pribadi Vijar sekarang sedang yang lain memilih dengan usahanya sendiri.Tok tok tok Tiba-tiba pintu di ketuk dan saat Vijar mempersilahkan masuk, pintu di buka dan langsung menampilkan sosok cantik dan seksi berjalan anggun dan senyum terus mengembang ke arah Vijar. Vijar masih belum menyadari siapa yang masuk karena fokusnya hanya pada laptop di depannya."Hay". sampai sebuah suara yang tak asing menyambut telinga nya.Vijar mendongak dan mata nya sedikit terkejut melihat siapa yang datang namun kembali tenang."Della? kenapa kamu bisa ada disini?". tanyanya bersikap santai."Aku.. tentu saja aku bekerja di sini. Sebagai sekretaris mu.". jawabnya dengan senyum sensual."Siapa yang me
"Laras...". panggil Rian saat Laras sudah keluar dari kelasnya.Laras yang di panggil pun menoleh mencari asal suara lalu setelah dapat dia segera menghampiri Rian."Rian, kamu udah ada disini?". tanya Laras soalnya yang lain baru pada keluar dia sudah nangkring di sini menunggu nya."Ya bisalah kan aku sengaja biar bisa pulang bareng kamu". balas Rian dengan senyum tipis nya yang mampu membuat Laras terpana."Ya udah ayo!".Laras dan Rian pun pulang menggunakan motor sport Rian. Rian dan Laras memang murid biasa yang tidak terkenal atau populer di sekolah mereka namun keberadaan nya juga patut di apresiasi lebih tepatnya hanya Rian saja dia orang yang cukup kaya dan pintar di sekolah itu dia juga tampan dan banyak yang ingin menjadi pacarnya tapi Rian memilih Laras yang notabene hanya murid dengan otak pas-pasan meski dia dari keluarga orang kaya."Ras, kita makan dulu yuk sebelum pulang, laper nih!". ajak Rian penuh harap pada
"Kak, kenapa sih? jangan begini dong". Laras susah payah menegur Vijar yang terus menatap Rian dengan tajam sedang Rian masih dengan senyum tenang nya namun dalam hati dag dig dug."Jadi apa kamu masih ingin mengajaknya pacaran?". tanya Vijar lagi membuat Rian salah tingkah."Em... jika Laras mau, saya bersedia". jawabnya menatap Laras penuh harap. Yang di tatap justru malah mengalihkan pandangan.Sekarang posisi Laras sulit, dia ingin menerima Rian sebagai pacarnya karena dia juga suka pada Rian, namun melihat tatapan intimasi dari Vijar sekaligus mengingat semua ucapan ah ralat lebih ke ancaman dia jadi takut untuk menerima Rian."Jadi kamu masih mau menerima nya Laras?". suara tenang Vijar justru membuat nya merinding pasalnya ucapan itu terasa lebih ke sebuah penolakan.Dengan gugup Laras menggeleng, "Ma_af kakakku benar aku belum boleh pacaran kita berteman aja yah!". ucap nya kemudian membuat Rian tersenyum kecewa sedang Vijar terse
Setelah kejadian itu Rian tidak pernah lagi menemui Laras, tidak menyapa apalagi mengajak ngobrol semuanya seperti biasa berjalan seperti orang yang tidak pernah kenal satu sama lain, Laras sangat menyayangkan hal itu dia kira Rian berbeda dari laki-laki sebelumnya yang pernah menyukainya tapi ternyata sama saja dia takut dengan Vijar.Huh! Laras menghela nafas panjang sungguh melelahkan mempunyai kakak yang sangat over padahal hanya kakak angkat tapi sifat over nya terlihat seperti orang yang cemburu ketika mendapati kekasihnya dekat dengan pria lain. Kalau begini caranya kapan Laras bisa punya pacar atau lebih parah nya kapan dia punya suami jika kakak nya saja selalu melarang dirinya dekat dengan laki-laki bahkan punya teman laki-laki saja tidak boleh.Huh menyebalkan memang Vijar."Eh tapi kalau kak Vijar nikah, mungkin keadaan nya jadi beda. Tapi kenapa juga kak Vijar belum nikah sampe sekarang bahkan bawa perempuan ke rumah aja belum pernah punya pac
Malam hari Vijar pulang larut malam, pekerjaan nya akhir-akhir ini membuat nya sangat lelah hingga dia tak sempat bertemu dengan gadisnya dan sekarang dia jadi rindu ingin memeluknya.Malam ini bukannya masuk ke kamar nya dia malah masuk ke kamar Laras yang letaknya di sebelah kamar nya, dia tau pasti di kunci namun dia mempunyai kunci cadangan nya dan selalu membawanya.KLIK suara pintu terbuka Vijar masuk tanpa ragu dan langsung menutup pintu serta mengunci nya, dia berjalan perlahan sambil matanya terus menatap seorang gadis yang tertidur pun sangat cantik di mata nya apalagi melihat cara tidur Laras yang membuat nya langsung ON seketika membuat nya meneguk ludah kasar sedang capek-capeknya malah di suguhkan dengan pemandangan yang membuat hasratnya terpantik.Bagaimana tidak, ini pertama kali Vijar memasuki kamar Laras karena di rasa gadis itu sudah besar dan dia sudah berani ingin mengkhianati nya. CK CK Vijar tidak terima mungkin ini saatny
Laras mengerjapkan mata nya dimana hari sudah pagi, dia belum beranjak namun sudah membuka mata sempurna dia tahu ada beban berat di perut nya tangan kokoh yang melingkar di perut nya dengan erat dia tau siapa tangan itu di ingatan nya masih sangat jelas apa yang terjadi semalam seketika pipinya memerah entah karena malu atau bagaimana yang jelas dia tidak tau harus bersikap seperti apa ketika Vijar bangun nanti.Seolah itu tidak puas Laras menatap Vijar di samping nya yang nyaman dengan pelukan nya dia tau ini salah namun lelaki ini sulit untuk di tolak alhasil dia hanya bisa pasrah yang penting kesucian nya tidak terenggut.Dia memandangi wajah tampan Vijar alis mata yang tebal, mata yang tajam saat terbuka bibir atas tipis dan bawah yang tebal namun sangat manis jika tersenyum sayang nya Vijar ini irit senyum jadi tidak ada yang tau senyuman nya semanis itu. Rahang yang tegas juga tubuh yang atletis sungguh idaman para wanita. Kenapa juga Laras baru menyadarinya
Vijar merasa lucu melihat tingkah Laras yang panik dia malah berbaring santai sambil menumpu kedua tangan nya di belakang sambil melihat ekspresi panik Laras yang mengetuk pintu kamar nya yang malah terlihat gemas di mata Vijar."Sayang, tenang lah! kenapa kamu panik begitu? pintunya kan di kunci mereka tidak akan bisa masuk". ujar Vijar yang terlihat santai.Laras menghampiri Vijar yang malah santai-santai tiduran di ranjang nya."Kak, kok kakak malah santai di saat aku panik gini". kata tak habis pikir dengan jalan pikiran Vijar."Loh! emang nya kakak harus bersikap apa. Kamu ini aneh-aneh aja lagi pula kita tidak melakukan sesuatu apapun kan atau mungkin belum ". Vijar ini menjawab dengan enteng yang reflek membuat Laras memukul lengan Vijar dengan kuat."Aw... kenapa kamu memukul ku". ringisnya sambil memegang lengannya yang tak ada sakit-sakit nya sama sekali dia hanya mendramatisir."Ikh.. lagian mulut kakak itu kalo ngomon