Apartemen milik Fajar sangat mewah hanya saja tidak tertata dengan rapi, jendelanya menghadap ke pantai yang sangat indah. Dua buah kamar tidur, sebuah kamar yang terletak di depan lengkap dengan kamar mandi di dalamnya. Yang satu lagi lumayan besar dengan kamar mandi di luar. Zahira merasa kagum dengan apartemen ini, maklumlah dia hanyalah orang miskin dengan kondisi rumah yang sederhana. Zahira teringat kedua orang tuanya, namun sesuai pesan ibunya dia harus taat kepada suami jika suaminya mengizinkan barulah dia bisa bertemu orang tuanya."Kamarmu di sebelah sana, tapi ingat selama orang tuaku ada kamu di kamar utama bersamaku," bisik Fajar.Zahira tak menyahut, dia lebih memilih memasukkan koper ke dalam kamar utama. Fajar tak bisa protes karena orang tuanya tengah bersama mereka."Kak Ira bisa masak nggak?" tanya Pandu sambil melongokkan kepalanya di balik pintu."Bisa, Pandu mau makan apa?" Zahira balik bertanya. "Apa saja deh yang penting kak Ira yang masak!" jawab Pandu.Set
Zahira mengantar mertuanya sampai ke basement. Setelah memastikan mobil yang di tumpangi mereka hilang dari pandangannya barulah dia naik kembali ke lift menuju apartemennya. Dia mengetuk pintunya perlahan dan tak lama kemudian pintu terbuka."Pindahkan semua pakaianmu ke kamar sebelah!" kata Fajar sambil berlalu.Zahira tak bersuara dan masuk ke kamar mengambil semua pakaiannya lalu memindahkannya. Sebelum dia masuk ke kamarnya terdengar suara suaminya."Jangan lupa masak yang enak, nanti malam Akila akan datang ke sini!"Zahira tersenyum kecut, dia menyadari statusnya sebagai istri yang tak di inginkan. Zahira menyusun satu persatu pakaiannya di dalam lemari. Kamar ini sudah lebih dari cukup ketimbang kamarnya di rumah. Zahira mengamati sekeliling kamar lalu mulailah dia membenahi semuanya. Dia ingin menyulap kamar itu agar terlihat lebih menarik. Zahira memindahkan lemari di samping jendela agar kamarnya terlihat luas."Setelah ini aku akan menata ruang tamu, ku harap kak Fajar sud
Zahira sedang menyiapkan makan malam di meja, setelah itu dia mengajak suaminya dan Akila untuk makan malam. Akila menuju ruang makan sambil menggandeng tangan Fajar bagaikan pasangan suami istri. Suasana malam ini seakan terbalik, siapa nyonya rumah yang sebenarnya dan siapa tamu bahkan lebih miris lagi Zahira dilarang makan bersama mereka. "Sepertinya malam ini aku ingin makan berdua saja denganmu!" Kata Akila dengan suara sedikit nyaring. Fajar menatap sebentar wajah Zahira yang hendak siap untuk duduk di depan mereka, ada rasa yang tidak enak menyelimuti hatinya. Namun melihat wajah Akila yang cemberut akhirnya dia berkata dengan suara pelan. "Tolong tinggalkan kami berdua!" Zahira segera berdiri dan meninggalkan ruang makan dengan perasaan kesal. Mau marah tetapi dia ingat siapa sebenarnya dirinya. Zahira merenungi nasibnya yang tidak beruntung ini, teringat olehnya pesan ibunya. "Apapun yang terjadi, kau harus selalu menaati suamimu!" Dadanya serasa sesak, dia mengakui jik
Zahira menutup pintu kamar perlahan, tatapan Fajar tadi seakan meyakinkan hatinya jika suaminya itu tahu norma agama. Setelah memakai cream malam Zahira membaringkan tubuhnya di atas kasur, matanya sulit terpejam. Suara manja Akila membuatnya ingin muntah, dia lalu menutup telinganya dengan headset lalu memutar sholawat pengantar tidur.Di luar Akila masih enggan masuk ke dalam kamar walau Fajar sudah menyuruhnya berulang kali.“Cepatlah tidur!”“Aku masih ingin bersamamu!” Rengek Akila dengan manja.“Masih ada waktu besok sayang.”Fajar terus membujuk Akila agar segera masuk ke dalam kamar, melihat tingkah Akila yang terus-terusan nempel padanya membuatnya takut kebablasan. “Oh ya, terkait permintaan ibumu, kira-kira apa solusinya?” tanya Akila saat dia teringat perkataan Fajar sebelumnya.“Nantilah kita pikirkan jalan keluarnya, masih terlalu dini untuk membicarakan hal itu!” Fajar terlihat enggan membahas masalah anak.“Aku punya usul!”“Apa?”“Bagaimana jika kita melakukan insemi
Zahira harus ekstra sabar menghadapi dua pasangan kekasih ini, andai bukan karena aturan agama maka dia tak akan perduli apapun yang dilakukan oleh dua sejoli itu. Dia tak ingin kecipratan dosanya.Zahira kembali membersihkan piring kotor yang di tinggalkan begitu saja oleh sepasang kekasih itu. Setelah menaruh piringnya di tempat cucian Zahira kembali ke ruang makan untuk menikmati sarapan pagi.Tengah menikmati sarapannya, Fajar datang bersama Akila dengan saling bergandengan tangan. "Aku akan ke kantor, kemungkinan sore baru pulang!" Zahira tak bersuara dan hanya mengangguk pelan, dia sebenarnya ingin melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri tapi melihat Akila yang bergelayut manja membuatnya terus mengunyah makanannya."Sayang, dasimu sedikit bengkok. Sini aku perbaiki!" ucap Akila.Zahira melirik dengan sudut matanya, lalu tertawa. Tentu saja hal itu membuat Akila tersinggung."Dasar udik, belum pernah melihat orang pakai dasi ya? Huh!" Sindir Akila.Zahira tak mau kalah, "O
Pandu bangun dari tidurnya dan segera keluar dari kamar, wajahnya terlihat cerah. "Mama...aku sudah sembuh!" kata Pandu sambil berlari memeluk ibunya.Nagita meraba dahi anaknya, ternyata benar panasnya sudah turun."Alhamdulillah, berarti kita gak perlu ke dokter lagi!" ucap Nagita."Sebaiknya tetap ke dokter ma, mungkin dokter bisa meresepkan vitamin untuknya!' saran Zahira."Memangnya Pandu sakit apa?" tanya Fajar yang segera melonggarkan dasinya.Dia berniat untuk tak kembali lagi ke kantor, dia tak ingin ibunya mencurigainya. Biarlah Akila ngambek sedikit saja dari pada menghadapi kemarahan ibunya itu malah lebih fatal."Aku gak mau ke dokter ma, kan ada kak Ira. Aku mau kak Ira ikut kita ke rumah dari pada di sini, kak Fajar mengabaikannya!"Anak kecil saja bisa membaca situasi apalagi Nagita. Fajar mendelik gusar ke arah adiknya, ingin rasanya dia menjitak kepala adiknya itu agar tak sok tau."Ya kalau nggak mau ya sudah, nanti mama hubungi dokter keluarga kita. Pandu kan deka
Sebagai seorang istri, Zahira ingin menjalankan perannya dengan baik walau satu yang tak bisa dilakukannya yaitu melayani suami di tempat tidur. Dia tahu hukum agama, tapi diapun memegang teguh perjanjian yang mereka sepakati bersama.Sikap Akila yang terlalu berlebihan membuat Zahira jengah, jika di tanya dia sama sekali tak menyukai Fajar walau pria itu sangat tampan. Zahira punya dunianya sendiri, dia terobsesi ingin menghasilkan uang sendiri dan membantu perekonomian keluarga.Kini menghadapi intimidasi dari Akila membuatnya harus bertindak, saat ini dia adalah nyonya rumah. Dia mau lihat bagaimana reaksi Fajar jika dia mengusir Akila.Saat sedang memasak, Akila datang mencari masalah lagi."Rupanya kau memang cocok tinggal di dapur!"Zahira menoleh, "Oh ya? Setidaknya istri yang baik itu selain mahir di dalam kamar juga harus mahir di dapur!""Oh kau pikir bisa menjadi nyonya Fajar? Hahaha...ngaca penjual pakaian bekas, kau sangat tidak level dengannya!" kata Akila sambil berkaca
Fajar memilih nongkrong di taman sebelah apartemen, dia mengirim pesan pada Zahira agar jangan terprovokasi dengan Akila. Zahira yang membaca pesan suaminya merasa lucu, mereka adalah pasangan yang sah tetapi kini mereka bagaikan sepasang selingkuhan. [Jangan khawatir kak, aku akan berdiam diri di dalam kamar sampai kau kembali].Fajar merasa aneh dengan dirinya, di sisi lain dia sangat mencintai Akila namun di sisi lain dia mengkhawatirkan Zahira.[Satu hal lagi, kalau mau keluar jangan berdandan seperti tadi lagi].Hah? Zahira tertawa tanpa suara, antara senang karena suaminya memperhatikannya dan merasa risih dengan statusnya.[Iya...pulanglah kak, ku dengar Akila mencari kakak].Mendapat balasan seperti itu membuat hati Fajar menjadi tidak enak. Rasanya dia ingin ngobrol berdua dengan Zahira, mungkin harus di mulai dengan saling berkirim pesan seperti ini. Tapi kenyataannya Zahira seakan merasa terganggu dengan pesannya.Menjelang malam Fajar kembali ke apartemen, dia di sambut d
Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na
Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,
Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin
Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a
Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b
Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak
Pemberitahuan mendadak dari Akila kepada kedua orang tuanya membuat mata mereka terbelalak."Apa kau gila? Siapa pria itu dan apa pekerjaannya?" tanya ibu tiri Akila yang bernama Kinara.Akila dan Armando yang sepakat ingin menikah hari ini juga meminta restu kedua orang tua Akila. Armando masih mampir membeli cincin sebagai mahar untuk Akila sehingga membiarkan calon istrinya itu pergi lebih dulu ke rumah orang tuanya."Dia laki-laki pilihanku Bu!" jawab Akila."Lalu Fajar?""Dia mengkhianatiku, dia sudah menikah Bu!" jawab Akila sendu.Tak lama kemudian mobil Armando berhenti di halaman rumah Akila, dengan santainya Armando turun dari mobil lalu mengucapkan salam ketika masuk ke rumah Akila."Pria ini?" tanya Kinara sambil matanya melirik ke sebuah mobil yang cukup mewah di depan rumahnya. "Kenalkan nama saya Armando!" Armando mengulurkan tangan untuk berjabat.Lalu Akila mempersilakan Armando untuk duduk. Kinara seakan pernah melihat sosok pria ini tetapi dia lupa dimana pernah be
Armando tak melihat Akila, dia lalu meletakkan baju yang baru saja di belinya itu di dalam kamar, dan satunya lagi di simpannya di lemari. kemudian dia keluar. Matanya melihat album foto di lemari telah bergeser, pastilah Akila sudah melihatnya. Armando menuju ke kamarnya dan mandi lalu mengganti bajunya dengan kaus oblong dan celana pendek, sesaat dia menatap tubuhnya di cermin. Senyum tipis tersungging di bibirnya, hari ini dia berencana untuk menemui seseorang yang suatu saat akan bisa merubah hidupnya. Saat ini Armando belum ingin mengingat masa lalu, dia segera bergegas keluar dan menemukan Akila yang sudah duduk dalam diam sambil mengenakan baju yang tadi di belinya."Kau sudah siap rupanya, ayo aku akan mengantarmu pulang!"Akila malah memilih duduk di ruang tengah sambil memperhatikan sekeliling."Kenapa?" tanya Armando lalu duduk di samping Akila."Maaf aku tadi sempat membuka album fotomu!""Oh itu, tidak apa-apa!""Apakah kau tinggal sendirian? Sepertinya aku pernah meliha
Akila tak terima dengan apa yang baru saja di dengarnya, ini tidak mungkin. Semudah itukah Fajar melupakannya dan malah memilih gadis penjual baju bekas. Dendam kini bersemayam di hati gadis itu, dia pulang dengan amarah yang meluap. Akila melampiaskan amarahnya dengan pergi ke club malam."Hallo cantik, sepertinya kau sedang putus cinta!" tegur seorang pria bertato tatkala melihat Akila menenggak beberapa gelas minuman keras.Akila melirik sesaat pria yang duduk begitu saja disampingnya."Jangan ganggu aku...dia sudah merebutnya....huhuhu...!" "Kau mabuk sayang, mari aku akan mengantarmu pulang!" tawar pria itu.Akila menolaknya dia masih ingin menghabiskan minuman di meja namun pria itu segera menyingkirkannya. "Hei...kembalikan!" Teriak Akila saat minumannya di singkirkan. Dia berdiri memukul pria itu namun tangannya hanya bisa terkulai dan dia jatuh ke dalam pelukan pria bertato itu.Pria bertato bernama Armando, dia membopong tubuh Akila menuju mobilnya. Akila terus meracau."Z