Hari ini matahari terasa sangat membakar. Cahayanya yang menyilaukan, menembus kaca jendela kelas tepat di sebuah kelas yang berada di lantai dua. Dengan penyejuk ruangan dari kipas angin gantung sederhana di langit-langit. Walau sedikit tidak memuaskan, tapi cukup membantu di cuaca panas seperti ini.
Seorang wanita, mengenakan tunik polos coklat susu selutut, terusan celana longgar panjang putih dan berbalut pashmina abu-abu. Berdiri di depan papan tulis, menerangkan materi pelajaran pada para siswi di kelas dengan sangat serius.
Mereka semua adalah siswi, lebih tepatnya para pelajar perempuan. Itu karena tempatnya mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana khusus santriwati.
Kring..kring..
Bel berdering nyaring.
"Baik, kita sudahi materi kita sampai disini. Kalian boleh istirahat"
Para santriwati pun, satu persatu meninggalkan kelas.
Wanita itu pun bergegas membereskan beberapa buku materi mengajarnya dengan rapi ditangan nya dan berjalan keluar kelas.
"Alina!"
Seseorang datang menepuk pundaknya dari belakang. Dan itu adalah namanya...
Alina. Hanya Alina.
Sedikit merasa terkejut, ia menghela nafas kemudian menoleh pada wanita yang baru saja menghampiri nya.
"Maya kau mengagetkan ku!"
Alina dengan sengaja melangkah lebih dekat untuk menyenggol bahu wanita itu. Maya hanya tertawa menerima perlakuannya.
Dan Maya, adalah teman masa kuliah. Sahabat dan sudah seperti keluarga untuk Alina. Keduanya sama-sama berkerudung. Hanya saja Maya jauh lebih relijius dan feminim.
Maya selalu dengan gamis yang membuat nya selalu terlihat anggun dengan lilitan kerudung yang sempurna hingga menutupi dada.
Lain halnya dengan Alina yang tampil modis dengan berbagai macam bentuk lilitan hijab dan pakaian nya yang selalu tampak fashionable.
Sekolah tempat mereka mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana yang terletak di kota Z. Sekolah itu hanya di khususkan untuk perempuan.
Alina mendapatkan saran untuk bekerja di sana oleh Maya yang memperkenalkan nya pada tempat itu.
Maya tau tentang Alina yang sangat membenci pria dan betapa wanita itu menjauhi lingkaran yang ada jenis kelamin tersebut didalamnya.
Meski penghasilan nya tidak terlalu memadai seperti di sekolah elit. Selama ia tidak terhubung dengan pria, itu sudah jauh lebih cukup.
Mereka bergegas ke ruang guru untuk meletakkan buku-buku di tangan mereka. Setelahnya mereka berjalan ke kantin yang sama dengan anak-anak. Mengambil sudut tempat yang kosong, Alina duduk.
Sedangkan Maya pergi memesan pesanan mereka. Sebagai teman akrab, Maya sudah menghafal apa yang di sukai Alina. Jadi ia dapat memesan tanpa harus bertanya lagi.
"Cuaca panas seperti ini sangat membuat gerah!" Keluh Alina.
Ia mengibas-ngibaskan tangannya di sekitar wajahnya yang sudah muncul beberapa titik keringat.
Alina juga dapat merasakan leher nya yang tertutup balutan hijab sudah bercucuran keringat.
"Tepat sekali!"
Maya datang membawa nampan pesanan mereka di atas meja. Ia meletakkan segelas jus jeruk dingin kepada Alina dan teh dingin untuk dirinya. "Minuman dingin sangat membantu untuk situasi seperti ini" Maya meletakkan jus jeruk dingin ke sisi Alina.
Alina bergegas menarik gelas lebih dekat, menarik sedotan ke mulutnya, ia menyeruput minumannya. "Ahh.." Dan dingin es dan segarnya jus jeruk, membuat rasa gerahnya sedikit berkurang. "Sekarang jauh lebih baik" Tukasnya.
Lalu ia mengaduk sedotan di gelas, membuat keributan kecil dari es yang saling bertubrukan.
"Aku sepertinya harus mengambil cuti beberapa hari untuk kembali ke kota Y"
"Kenapa?"
"Nenek ku jatuh sakit, Ia mengabari ku semalam. Tentunya aku harus pulang untuk melihat"
Kota Y adalah tempat Alina berasal. Tidak seperti Maya yang memang berasal dari kota Z. Hanya saja ia melanjutkan studi perguruan tinggi nya di kota Y. Karena itulah mereka berjumpa.
Kota Y dengan Z sangat jauh berbeda.
Kota Y merupakan kota metropolitan yang sudah sangat berkembang pesat dan jauh lebih maju. Tidak seperti kota Z yang masih sangat kurang dalam segi kemajuan nya.
"Kalau begitu pulang lah! Kirim salam ku untuk nenek mu" Tukas Maya yang tentu saja mengenali neneknya Alina. Semasa kuliah dulu, ia sering mendatangi kediaman Alina yang merupakan rumah neneknya.
Ketika waktu istirahat selesai.
Alina dan Maya kembali bersiap untuk mengajar di kelas selanjutnya.
Alina hanya memiliki satu kelas yang tersisa untuk hari itu. Setelahnya ia dapat mengurus cutinya untuk kembali ke kota Y.
___
"Iya nenek! Aku sedang dalam perjalanan pulang"
"Em!"
"Assalamu'alaikum"
Dan Alina menutup telepon nya.
Karena gajinya terbilang cukup kecil, untuk menghemat pengeluaran, Alina mengambil jalur transportasi darat.
Yaitu dengan menaiki kereta api. Jika menggunakan transportasi udara hanya menghabiskan waktu satu jam perjalanan. Karena ia menggunakan jalur darat, tentu jauh lebih lama dari itu.
Karena itu bukan hari libur. Kereta api jauh lebih sepi. Membuat Alina jauh lebih nyaman didalamnya.
Ia duduk seorang diri dengan kepala di miringkan, bersandar ke kaca jendela.
Ia dapat melihat pandangan pepohonan hijau yang masih terlihat asri perlahan-lahan terlewati begitu saja.
Merasakan kecepatan laju kereta api juga waktu yang tanpa sadar, ia sudah sampai di kota Y.
Hari sudah malam. Alina tidak membawa banyak barang karena ia menyimpan beberapa pakaian di rumah neneknya.
Bersama tas tangannya ia keluar dari pemberhentian stasiun kereta api menuju ke jalan luar untuk mencari taksi.
Pada saat itu ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari neneknya lagi.
"Assalamu'alaikum nek..."
"Iya Alhamdulillah Alina sudah sampai"
"Apa?"
"Nenek mengirimkan seseorang menjemput ku?"
"Em! Baiklah"
"Wa'alaikumsalam"
Memandangi ponselnya beberapa detik. Alina tenggelam dalam pikirannya.
'Kenapa nenek mengutus seseorang untuk menjemput ku? '
'Apakah karena nenek mengkhawatirkan ku?'
Menyadari hal itu Alina merasa sangat tersentuh. Tentu saja wanita tua itu mengkhawatirkan nya. Apalagi sekarang sudah malam hari dan terlalu tidak aman untuk seorang wanita berjalan seorang diri.
Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depannya.
Setelah Alina perhatikan, itu adalah Rolls-Royce hitam yang tampak luar biasa setelah dilihat lebih dekat.
Seorang pria berjas hitam keluar dari pintu pengemudi. Datang berjalan kearahnya.
Pria itu menggunakan kacamata hitam yang sedikit mencolok. Warna kulit nya yang putih bersih sedikit bersinar di bawah penerangan lampu jalan.
Ada earphone bluetooth disalah satu telinga nya. Berdiri di hadapannya ia sedikit membungkuk sopan.
"Maaf, apakah anda nona Alina?"
Mengernyitkan dahinya, Alina memberi tatapan tak suka terhadap pria asing di depannya.
Pria ini mengetahui namanya?
Seakan menangkap jelas ketidaknyamanan nya. Pria itu langsung berterus terang.
"Kami adalah orang yang akan menjemput anda"
Alina terdiam sejenak.
Jadi neneknya mengirimkan seorang pria asing ini untuk menjemputnya. Tapi kenapa harus pria?
Bukankah neneknya tau, betapa ia membenci berada di sekitar mereka.
"Sekarang nenek anda sedang di rawat inap di rumah sakit. Kami akan mengantarkan anda ke sana"
Mendengar kata rumah sakit, Alina menjadi panik. Mengeluarkan ponselnya, ia langsung menghubungi neneknya untuk kejelasan.
"Assalamu'alaikum nek!"
"Kenapa nenek tidak mengatakan kalau nenek sedang di rawat di rumah sakit sekarang"
"Jadi, pria asing ini orang yang kau kirim untuk menjemput ku?"
Melihat kepada tampilan dan mobil pria itu. Alina tau pasti pria itu memiliki latar belakang keluarga kaya. Tapi keluarga biasa seperti mereka bagaimana mungkin memiliki hubungan dengan pihak seperti itu.
"Nenek bisa kau katakan siapa nama pria yang menjemput ku?"
"..."
"Assalamu'alaikum"
Panggilan berakhir.
Alina mengangkat wajahnya dengan acuh tak acuh terhadap pria asing di depannya.
"Siapa nama anda?" Alina bertanya untuk memastikan.
Sebenarnya ia sangat ingin menolak untuk di jemput oleh seorang pria. Hanya saja ini adalah kebaikan neneknya yang sudah mengirim seseorang untuk menjemputnya.
Bagaimana bisa ia menolak kebaikan wanita tua itu?
"Saya Bakri nona!"
Itu bukanlah nama yang di sebut neneknya. Sepasang matanya menyipit, menatap tajam kearah pria asing itu.
Merasakan tatapan intens dari wanita di hadapannya. Pria itu sedikit canggung dan berdeham.
"Itu tuan saya, Zayyad didalam sudah lama menunggu. Apa kita bisa pergi sekarang nona?"
"Zayyad?"
Itu adalah nama yang di sebut neneknya.
"Iya nona!" Jawabnya sangat sopan.
Jadi pria asing di depannya ini tidak seorang diri. Ada orang lain didalam mobil?
"Nona?" Pria asing itu masih menunggunya bergegas.
"Em!"
Alina langsung mengambil langkah kedepan untuk melewati pria itu.
Meraih gagang pintu mobil belakang. Alina tanpa sopan bersiap untuk menarik gagang pintu dan masuk.
"Nona sebentar!"
Pria asing itu menahannya.
"Tuan Zayyad menyukai keluasan. Harap nona mengerti dan bermurah hati untuk duduk di depan"
Alina terdiam sejenak. Dan mengangguk kemudian.
Masih mengacuhkan pria asing itu. Ia membuka pintu depan dan duduk.
Dan mobil Roll Royce hitam itu melesat cepat di keramaian kota malam menuju kerumah sakit.
___
Alina sudah sampai di rumah sakit.Dan dalam perjalanan menuju ruang tempat neneknya di rawat meninggalkan dua pria asing di belakangnya.Ia tidak peduli apakah mereka akan mengikuti nya atau tidak.Membuka pintu, ia melihat seorang wanita tua duduk separuh bersandar di ranjang rumah sakit. Ada selang infus yang menusuk nadinya yang menonjol di balik kulitnya yang keriput.Tubuhnya terlihat sedikit kurus.Ia tampak sedang tertawa dengan seorang lawan bicara yang duduk di kursi dekat tempat nya berbaring.Itu adalah seorang pria tua yang berpakaian santai. Separuh rambutnya sudah memutih. Sama seperti neneknya, pria tua itu juga tertawa.Menatap kosong kearah mereka. Alina menyembunyikan ketidaksukaan nya pada pria tua asing itu.'Kenapa begitu banyak pria yang ku temui sejak tadi?' Batin Alina."Nenek!"
Memutar kran air di wastafel, Alina membasahi wajahnya. Menatap ke cermin, ia merenungi wajahnya yang sudah basah. Dinginnya air sedikit meredakan amarahnya. Menampung sedikit air lagi ditangannya, Alina membasahi wajahnya lagi. Setelah ia merasa benar-benar tenang, Alina mematikan kran.Menyobek beberapa helai tisu, Alina mengeringkan wajah dan tangannya dengan itu. Alina pun kembali ke bangsal tempat neneknya di rawat. Dan menemukan neneknya tidak ada disana."Nona apakah anda cucu dari pasien ibu Erina?"Seorang perawat yang melihat keberadaan nya disana langsung bertanya. Alina mengangguk kan kepalanya."Iya, dimana nenek saya sekarang?""Nenek anda sudah di pindahkan ke ruang VIP. Mari saya antar"Alina pun mengikuti kemana perginya perawat tersebut. Dalam hati ia sedikit bertanya- tanya. Kenapa neneknya dipindahk
Alina berjalan dengan linglung di sepanjang lorong rumah sakit. Tatapannya kosong dan pikirannya masih melayang ke pembicaraannya yang baru saja terjadi dengan dokter yang merawat neneknya. "Nenek anda menderita penyakit yang termasuk langka yaitu Sindrom mielodisplasia atau yang disebut juga praleukimia. Ini terjadi saat sumsum tulang memproduksi sel darah yang abnormal atau cacat. Lama-kelamaan sel-sel darah tersebut akan meningkat lebih banyak mengalahkan sel-sel darah yang normal atau sehat. Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan beberapa masalah lainnya pada kondisi tubuh seperti anemia, pendarahan berlebih dan sebagainya" Saat itulah Alina tau, bahwa neneknya telah berbohong padanya tentang penyakitnya. Mendengar itu matanya terus berkaca-kaca. "Apakah nenek saya berkemungkinan besar untuk di sembuhkan dari kelainan tersebut?" "Tentunya kita akan mencoba yang terbaik untuk itu. Karena kasus yang terjadi pada nenek anda adalah '
Alina baru saja selesai makan siang, setelah menyuapi neneknya makan yang sekarang sudah tertidur.Berjalan ke sofa, ia berbaring santai dengan meluruskan kedua kakinya.Mengambil ponselnya ia langsung menghubungi Maya untuk mengabari pernikahan nya yang akan di adakan dalam minggu ini di rumah sakit."Assalamu'alaikum""May, aku akan menikah dalam minggu ini""Aku serius!""Iya, aku sama sekali tidak bercanda""Dengan pria asing yang di jodohkan nenek ku""Aku sudah bertemu sekali dengan nya""Tidak! Biasa-biasa saja""Kau dapat mengambil cuti beberapa hari untuk menemani ku?""Terimakasih Maya!""Assalamu'alaikum"Tepat setelah Alina mengakhiri panggilan.Pintu kamar di buka seseorang. Yang mengejutkan Alina itu adalah asisten pribadinya Zayyad.Merajut sepasang alisnya, Alina bertanya dalam diam. Untuk apa ia datang kemari?"Nona Alina!" Sapa nya sopan."Em" Alina
Hari-hari pun berlalu begitu saja. Begitu cepat dan tak terasa. Alina sudah memperpanjang masa cutinya. Sedangkan Maya teman dekatnya, kemarin baru saja tiba ke kota Y. Ketika mendengar kabar pernikahan Alina, ia segera mengurus cutinya. Dan hari yang paling tidak diinginkan Alina, akhirnya tiba. Alina tidak lagi mampu mengelak nya. Tepat di sebuah ruang yang di dominasi warna putih dan aroma obat-obatan. Di situlah tempat berlangsungnya ijab qobul. Yang mana di sebuah bangsal rumah sakit tempat neneknya dirawat. Seorang penghulu dan beberapa kerabat tak lama lagi akan hadir memenuhi tempat itu. Tentunya jumlah hadirin sangat di batasi, karena bagaimanapun tempat itu adalah rumah sakit. Dan semua dilakukan dengan sangat biasa. Termasuk penampilan Alina saat ini yang h
"Sah!" Seru beberapa saksi yang di undang untuk menyaksikan pernikahan mereka. "Alhamdulillah" Semua orang di dalam bangsal saling memanjatkan syukur. Saat itulah Maya membimbing Alina keluar dari balkon kembali ke dalam. Di sana sudah ada beberapa orang yang menyesaki tempat itu. Alina dapat melihat tatapan bahagia neneknya yang bahkan mata tuanya tampak berkaca-kaca karena terharu. Hal yang sama juga terjadi pada Irsyad, kakeknya Zayyad yang tampak sangat puas dan bahagia melihat cucunya yang akhirnya menikah. Beberapa orang yang di undang sebagai saksi pernikahan pun segera undur diri. Karena ini rumah sakit, mereka tidak mungkin berlama-lama. Meminta izin saja untuk ijab kabul di tempat ini saja sangat susah. Jadi karena
"Bagaimana pun situasi saya tidak sama dengan seseorang yang tidak terbiasa berjalan kaki. Seseorang yang tidak terbiasa berjalan kaki itu hanya memikirkan aktivitas itu melelahkan, tapi situasi saya berbeda. Pikiran buruk saya terbentuk karena pengalaman masa lalu saya" Mendengar penuturan Zayyad. Malazi mau tidak mau menganggukkan kepalanya setuju. "Tapi bagaimana pun juga pada akhirnya anda butuh pembuktian untuk menyangkal pikiran buruk anda terhadap wanita" Dan konsultasi mereka pun berakhir sampai disitu. Zayyad kembali ke villa tempatnya tinggal. Hanya untuk melihat dua wanita asing sudah berada di dalam sana bersama kakeknya. "Zayyad, mulai hari ini mereka akan tinggal di villa mu" Zayyad hanya membalas perkataan kakeknya dengan mengangguk. Sedangkan Alina membantu neneknya beristirahat di kamar yang sudah di siapkan. Alina sangat bersyukur dengan fakta penyakit neneknya masih dalam tahap stadium awal. Jadi kemungkinan
Tepat pukul sembilan malam. Bel depan vila berbunyi, memecah keheningan rumah besar yang sunyi. Zayyad yang baru saja meminum segelas air putih dari dapur, mengkerut kan kening.Siapa yang datang di malam hari seperti ini? Ponsel di saku jubah tidurnya bergetar. Zayyad mengambil nya. Ada sebuah pesan dari security vila nya. 'Pak, Tuan Irsyad ada di depan!' Pesan singkat itu membuat sepasang alis Zayyad terjalin rumit. Perasaan nya buruk.Untuk apa kakek kemari larut malam seperti ini? Memasukkan kembali ponselnya di saku jubah tidurnya. Zayyad bergegas ke pintu depan. Tepat ketika pintu di buka, seorang pria tua sudah berdiri di sana dengan seulas senyum. "Untuk apa kakek kembali lagi?" Selama ia tinggal seorang diri di vila nya. Pria tua itu sangat jarang menginap di tempatnya. Ia mengatakan bahwa tempat tinggal nya sendiri adalah yang terbaik.kakek kembali bukan untuk menginap kan? "Ada pemadaman listrik di tempat kakek, jadi malam ini
Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma
Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a
Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh
Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m
Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"
Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya
"Nenek, engga lama lagi cicit mu akan segera lahir" Alina tersenyum dan berbicara seorang diri. Alina mengelus perut besarnya dan wajahnya terus menoleh ke samping. Seakan-akan ada neneknya yang duduk tepat disebelah nya.Pemandangan dari ruang tamu itu, diam-diam di intip oleh Maya dan Zayyad. Maya menghela nafas berat dan menoleh pada Zayyad, "Kau lihat sendiri kan!" Maya bersuara pelan tapi tak mengurangi emosi marah dan kesal yang terukir jelas di raut wajahnya, "Sebulan sudah berlalu lagi dan Alina masih saja begitu. Zayyad, apa kau akan terus membiarkannya seperti ini?"Zayyad diam, memilih untuk tidak berkata apa-apa. Bukan hanya Maya yang mengkhawatirkan keadaan psikis Alina tapi dirinya pun juga. Hanya ia memutuskan untuk yakin, percaya dan sabar menanti. Kalau Alina akan segera menjadi Alina yang dulu— istrinya yang arogan, keras kepala dan tangguh."Kalau bukan karena aku menghargai keputusanmu sebagai suami dari Alina. Aku pasti akan memb
Delapan bulan akhirnya berlalu sudah. Aura ibu hamil dari seorang Alina kian sempurna. Emosinya pun tampak jauh lebih stabil dari trimester pertama dan kedua. Perut Alina membesar dan itu cukup besar nyaris membuat Maya curiga kalau dugaannya itu benar. Bayi yang dikandung sahabatnya itu adalah kembar.Banyak baju yang Alina tidak muat memakainya dan nyaris sobek. Alhasil Zayyad membeli banyak baju khusus untuk ibu hamil buat Alina yang masih tinggal di rumah almarhum neneknya itu.Zayyad mengira kondisi Alina akan segera membaik, tapi ternyata sebaliknya. Istrinya itu mulai berhalusinasi kalau Erina masih hidup dan masih bersama dengan mereka di rumah kecil itu."Kamu udah siap buat buburnya?" Alina datang ke meja makan dan melihat Zayyad yang baru saja menghidangkan semangkuk bubur hangat."Sudah" Zayyad tersenyum. Ada setitik kesedihan jauh di dasar mata coklat bening itu."Kalau begitu aku bawa ke kamar nenek ya" Alina mengambil mangkuk bubur d
Tiga hari setelah kabar duka itu. Para kerabat dari pihak Irsyad dan rekan Erina berdatangan ke vila Zayyad setiap malamnya untuk membaca Yasin. Termasuk dengan Maya dan keluarganya yang sudah hadir sejak hari pemakaman. Mereka menginap di vila Zayyad membantu Zayyad mengurus segala keperluan.Zayyad benar-benar lemah tak bertenaga dengan keadaan ini. Sepasang matanya terlihat kuyu dan tubuhnya mengurus. Ia sedih dengan kepergian Erina yang begitu mendadak. Salah seorang wanita di samping Alina yang baru-baru ini menjadi pengecualian dari rasa takutnya.Zayyad pun tak berdaya menghadapi dua orang yang di sayangi nya yang jelas begitu drop dengan kenyataan pahit ini. Kakeknya terus jatuh bangun tak sadarkan diri dan Alina yang sampai hari ini menolak kenyataan kalau Erina sudah meninggal.Tepat di hari pemakaman, kakeknya tersungkur jatuh mencium tanah dan Alina mengurung diri seharian di kamar neneknya dengan sepiring nasi goreng yang sudah basi. Nasi goreng yan