Share

Bab 4: JANGAN MENGINTIP!

Penulis: Sylus wife
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 13:37:55

Kaelen kembali ke ruangan dengan tampilan yang lebih tertutup. Kali ini, sebuah jaket kain wol berwarna gelap menggantung di bahunya, dipakai asal-asalan hanya menutupi punggungnya, seperti tirai yang menggantung malas untuk menyembunyikan tonjolan bokong yang tegas di balik celana hitamnya.

Bagian depan tubuhnya masih dibalut kemeja putih, kancing atas kini tertutup rapi. Kombinasi kemeja dan jaket memberikan kesan semi formal, namun tetap bergaya khas anak muda—berantakan, tapi memikat.

Kaelen berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada, matanya menyipit penuh perlawanan. "Begini? Puas sekarang?"

Kamila menyelipkan tangan di saku, tatapannya menurun ke bawah, langsung terpaku pada celana hitam yang membungkus kaki Kaelen dengan ketat, seolah kain itu langsung dilukis di kulitnya. Ia mengangkat alis, sudut bibirnya terangkat nakal. "Apa tidak ada celana yang lebih longgar? Kenapa setiap kali bertemu, kau selalu pakai celana lakban?"

Kaelen tersenyum bangga, memperbaiki posisi berdirinya seolah memamerkan lebih jelas apa yang diprotes Kamila. "Ini ciri khasku," katanya dengan nada penuh percaya diri. "Lagipula, siapa yang peduli? Tidak ada yang melihat bagian bawah."

Kamila tertawa kecil, langkahnya mendekat. Matanya berkilau penuh tipu muslihat. "Yakin?"

"Ya, yakin!" Kaelen merespon cepat, tetapi nada suaranya mulai terdengar goyah.

Kamila mengangguk pelan, senyum penuh arti menghiasi wajahnya.

Kaelen mengangkat tangan menyerah. "Baiklah! Baiklah! Aku ganti lagi!" gumamnya, lalu bergegas pergi seperti anak kecil yang dihukum untuk kedua kalinya.

Kamila memperhatikan punggung Kaelen saat dia berjalan menuju ruang ganti, dan tanpa sadar pandangannya tertarik ke bawah. Gerakan luwes Kaelen membuat celana itu memperlihatkan lekukan bokongnya yang menonjol, setiap langkah mengukir garis yang tak seharusnya terlihat begitu detail.

Merasa wajahnya mulai memanas, Kamila akhirnya bergerak cepat. Ia meraih ujung jaket yang melorot dari punggung Kaelen dan tanpa peringatan mengikatnya di pinggang pria itu. "Begini lebih baik."

Kaelen tersentak, tangannya segera meraba belakang tubuhnya, menelusuri jaket yang kini menutupi bagian yang menjadi pusat perhatian. "Apa ... sangat kelihatan dari belakang tadi?"

Kamila memasang wajah polos, matanya menyipit penuh godaan. "Entahlah ... Kalau wanita lain yang melihatnya, mungkin mereka sudah menampar bokongmu karena gemas."

Kaelen membeku. Pipi yang tadinya hanya bersemu merah kini memanas bagai api yang tak dapat dipadamkan. Ingatan tentang beberapa penggemarnya yang pernah menepuk bokongnya saat sesi fan meeting melintas di benaknya. Rasa malu bercampur marah menjalar hingga ke ujung telinga.

Tanpa berkata sepatah kata lagi, ia langsung berlari menuju ruang ganti, meninggalkan Kamila dengan langkah yang lebih cepat dari sebelumnya.

Kamila tertawa kecil, menggelengkan kepala dengan penuh rasa puas. "Dasar...," bisiknya pelan, sebelum berjalan santai di belakang Kaelen, seperti seorang bodyguard yang menjaga dengan mata waspada.

Ruangan besar itu dipenuhi dengan cermin tinggi yang berbaris sepanjang dinding. Lampu-lampu bulat memancarkan cahaya hangat, memantulkan kilau dari deretan peralatan makeup yang tertata rapi di atas meja kayu berlapis kaca. Aroma halus parfum bercampur dengan wangi foundation memenuhi udara, menghadirkan kesan profesional dan glamor.

Kamila melangkah santai ke tengah ruangan, memilih kursi rias dengan punggung tinggi, lalu menjatuhkan dirinya dengan elegan di atasnya. Ia menyilangkan kaki, mengayunkannya pelan sambil menatap Kaelen dengan pandangan penuh teka-teki. "Ganti celanamu yang lebih sopan. Aku tunggu di sini, ya."

Kaelen, yang sudah mulai pasrah dengan perintah Kamila, hanya mengangguk tanpa perlawanan. "Iya, iya. Tunggu saja. Jangan ke mana-mana." Dengan langkah enggan, ia berjalan menuju bilik ruang ganti yang terletak di sudut, menyibakkan tirainya dengan satu gerakan halus sebelum menghilang ke baliknya.

Saat suasana menjadi sunyi, senyum tipis terukir di bibir Kamila. Pikirannya dipenuhi rasa penasaran yang membara. Seolah suara kecil di benaknya berbisik menggoda, “Ada idol tampan sedang ganti baju di balik tirai itu.” Matanya bergerak liar, dan tanpa pikir panjang, ia bangkit dari kursi dengan langkah ringan seperti bayangan yang menari dalam kegelapan.

Jantungnya berdegup kencang saat ia mendekat ke pintu ruang ganti. Jemarinya menyentuh permukaan kayu yang hangat, lalu dengan perlahan, matanya menyusup ke celah sempit lubang kunci. "Aku ingin lihat … sedikit saja...," desisnya pelan.

Tiba-tiba suara yang familiar—keras dan penuh peringatan—membelah keheningan. "JANGAN MENGINTIP!" Kaelen berteriak dari dalam, suaranya menggema hingga membuat Kamila melompat seperti tertangkap basah mencuri permen di depan penjaga toko. Ia tersentak mundur, tertawa kecil, lalu menutup mulut dengan tangan untuk menahan kegembiraan yang meluap-luap. Pipinya memerah karena geli. Kaelen yang pemalu benar-benar terlalu lucu untuk dilewatkan.

Tak butuh waktu lama sebelum tirai kembali tersingkap. Kaelen melangkah keluar, dan kali ini penampilannya membuat udara di ruangan terasa lebih berat. Celana biru tua bahan yang membalut kakinya tidak terlalu ketat, tetapi cukup membentuk keindahan otot kakinya yang panjang dan proporsional.

Di bagian atas, ia mengenakan kemeja putih berenda yang menghiasi dadanya dengan sentuhan klasik, disempurnakan oleh jas biru tua yang kontras namun senada dengan warna rambut dan warna celananya yang berkilauan. Lekukan pinggangnya terlihat jelas, sempurna tanpa cela, memancarkan kombinasi antara pesona elegan dan sensualitas yang memabukkan.

Mata Kamila membesar. Bibirnya sedikit terbuka, dan ia nyaris tersedak napasnya sendiri. Dengan cepat, ia menekan jari di bawah hidung, seolah mencegah darah mimisan yang hampir tumpah. "Astaga, itu … sempurna." Ia menelan ludah dengan sulit, tatapannya tak kunjung lepas dari tubuh Kaelen. "Sekarang, ayo kita dandani wajah tampanmu itu."

Kaelen menyeringai tipis, matanya berkilat penuh percaya diri, tetapi rona merah masih tersisa di pipinya. "Cuma wajah?" tanyanya dengan nada yang penuh godaan.

Kamila menggeleng dengan tawa pelan, mengambil kuas makeup dengan gerakan mantap. "Jangan mulai. Kau sudah cukup membuatku terancam mimisan."

Bab terkait

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 5: Dandan saja sendiri!

    Kamila memegang kuas dengan jari-jarinya yang cekatan, menyapukan lembut ke wajah Kaelen. Kulitnya halus seperti porselen, lembut bagai beludru yang memantulkan kilauan cahaya lampu di sekeliling ruangan. Ia memejamkan matanya, dan saat itu hanya terlihat bulu matanya yang lentik melengkung sempurna, seperti sayap kupu-kupu yang tengah beristirahat. Setiap helainya begitu hitam dan tebal, hampir seperti lukisan yang dibuat dengan kuas paling halus. "Kak Kaelen...." Suara Kamila nyaris seperti bisikan, penuh kelembutan dan ketenangan. Kaelen membuka matanya perlahan, menunjukkan sepasang pupil biru tua yang begitu dalam dan menawan. Matanya menyerupai lautan pada malam gelap, penuh misteri dan daya pikat yang memerangkap siapa pun yang berani memandang terlalu lama. Dengan gerakan kecil namun penuh makna, ia memutar bola matanya ke atas, memperlihatkan bulu matanya yang semakin menjuntai, memikat seperti ranting willow yang menari di bawah embusan angin musim panas. Kamila menahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 6: Rencana Kaelen

    Kaelen duduk dengan santai di kursi rias, sementara Kamila berdiri di belakangnya, tangan terampilnya sibuk menata rambut pria itu. Rambut biru tua Kaelen yang bergelombang mengingatkan Kamila pada gulungan ombak di laut saat badai, liar tetapi memancarkan pesona yang sulit untuk tidak diperhatikan. Dengan gerakan lembut, Kamila merapikan poni Kaelen, memastikan setiap helainya berada di tempat yang sempurna."Omong-omong," suara Kaelen memecah keheningan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau kepikiran untuk melamar jadi MUA di sini?"Kamila berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku dipecat dari agensi tempatku bekerja." Ucapannya terkesan ringan, tetapi Kaelen dapat menangkap nada getir yang terselip di sana.Kaelen memiringkan kepalanya, alisnya terangkat. "Dipecat?" ulangnya, nada suaranya penuh keterkejutan. "Kenapa?"Kamila hanya mengangkat bahu kecil, berusaha menutupi emosinya. "Tidak tahu, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa dipecat," jawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 1: Melamar Pekerjaan, Atau Melamarku?

    Usapan lembut kuas bedak membelai pipi seorang pria tampan yang duduk tenang di kursi rias, seolah dirinya adalah kanvas sempurna untuk sebuah mahakarya. Kulitnya halus, pipi tirus, dan rahang yang tegas membentuk garis-garis simetris pada wajah yang tampak seperti pahatan patung karya seniman legendaris. Hidung mancung dan bibir tebalnya yang sedikit berwarna merah muda menambah kesan memesona pada sosok yang hampir mustahil terabaikan. Kamila menarik napas dalam. Jari-jarinya yang lentik menggenggam kuas dengan percaya diri. Gerakan tangannya halus namun penuh kendali, menyapu eye shadow ke kelopak mata pria itu. Ia mengamati bagaimana pria tersebut memejamkan matanya perlahan—sepasang mata biru yang memukau, seperti langit musim panas tanpa awan. Untuk sejenak, Kamila merasa terperangkap dalam pesona yang tak boleh dimiliki. Ia segera menepis pikiran itu dan melanjutkan pekerjaannya. Sapuan terakhir kuas meninggalkan bayangan cokelat gelap yang menonjolkan tatapan misterius pada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 2: Kita CLBK Lagi, Tidak?

    "Apa katanya tadi?" suara Kamila melengking, penuh dengan nada kesal yang berusaha ia tekan, meski gagal total. Tatapan matanya tajam, pupil cokelatnya menatap Kaelen dengan sorot penuh kekesalan dan rasa jengah. Kaelen mengangkat bahu dengan santai, seolah sedang menonton drama yang menyenangkan. Senyumnya kecil, tapi cukup menusuk harga diri. "Yah... Siapa tahu kau menyesal karena dulu memutuskan hubungan kita waktu masih SMK. Mungkin sekarang kau datang memohon agar kita CLBK." Kamila memutar bola matanya dengan gerakan dramatis. "Tuan idol yang terhormat," katanya, menyuarakan setiap kata dengan penuh penekanan, "saya di sini hanya untuk melamar pekerjaan. Bukan melamarmu. Mengerti?" Dengan gerakan cepat, ia menggumamkan sumpah serapah pelan yang hampir seperti desisan. "Sialan... Lagi pula, mana ada melamar posisi jadi MUA harus minta persetujuan idolnya dulu?" Kaelen menyeringai lebih lebar, senyum puas yang penuh kemenangan. "Tentu saja harus. Perusahaan ini kan aku yang pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 3: Masih seperti anak kecil.

    Kaelen melipat kedua tangannya di depan dada, matanya memancarkan kekesalan, dan bibirnya yang penuh memanyun dengan gaya cemberut yang terlihat hampir lucu. "Jahat! Aku sudah berharap padahal!" suaranya terdengar seperti anak kecil yang baru saja kehilangan permen favoritnya. Kamila mengangkat alis, matanya bersinar penuh kemenangan. "Oh, maaf. Aku lupa. Harapan tidak seharusnya kau gantungkan padaku, kak Kaelen. Kau pasti tahu itu." Sebelum Kaelen bisa membalas, suara seseorang memecah keheningan. "Kaelen, kau belum bersiap?" Seorang pria dengan rambut cokelat keabu-abuan muncul di ambang pintu, langkahnya mantap dan penuh wibawa. Sebagian poni rambutnya menjuntai menutupi salah satu matanya, menambah kesan misterius pada wajah tampannya. Dia berjalan mendekat dengan tatapan yang memeriksa Kaelen dari ujung kepala hingga kaki. "Kau bilang mau mengadakan fan meeting di Mall Jayakarta. Kenapa belum bersiap juga?" Kaelen, masih tenggelam dalam emosinya, hanya menoleh dengan tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 6: Rencana Kaelen

    Kaelen duduk dengan santai di kursi rias, sementara Kamila berdiri di belakangnya, tangan terampilnya sibuk menata rambut pria itu. Rambut biru tua Kaelen yang bergelombang mengingatkan Kamila pada gulungan ombak di laut saat badai, liar tetapi memancarkan pesona yang sulit untuk tidak diperhatikan. Dengan gerakan lembut, Kamila merapikan poni Kaelen, memastikan setiap helainya berada di tempat yang sempurna."Omong-omong," suara Kaelen memecah keheningan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau kepikiran untuk melamar jadi MUA di sini?"Kamila berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku dipecat dari agensi tempatku bekerja." Ucapannya terkesan ringan, tetapi Kaelen dapat menangkap nada getir yang terselip di sana.Kaelen memiringkan kepalanya, alisnya terangkat. "Dipecat?" ulangnya, nada suaranya penuh keterkejutan. "Kenapa?"Kamila hanya mengangkat bahu kecil, berusaha menutupi emosinya. "Tidak tahu, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa dipecat," jawa

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 5: Dandan saja sendiri!

    Kamila memegang kuas dengan jari-jarinya yang cekatan, menyapukan lembut ke wajah Kaelen. Kulitnya halus seperti porselen, lembut bagai beludru yang memantulkan kilauan cahaya lampu di sekeliling ruangan. Ia memejamkan matanya, dan saat itu hanya terlihat bulu matanya yang lentik melengkung sempurna, seperti sayap kupu-kupu yang tengah beristirahat. Setiap helainya begitu hitam dan tebal, hampir seperti lukisan yang dibuat dengan kuas paling halus. "Kak Kaelen...." Suara Kamila nyaris seperti bisikan, penuh kelembutan dan ketenangan. Kaelen membuka matanya perlahan, menunjukkan sepasang pupil biru tua yang begitu dalam dan menawan. Matanya menyerupai lautan pada malam gelap, penuh misteri dan daya pikat yang memerangkap siapa pun yang berani memandang terlalu lama. Dengan gerakan kecil namun penuh makna, ia memutar bola matanya ke atas, memperlihatkan bulu matanya yang semakin menjuntai, memikat seperti ranting willow yang menari di bawah embusan angin musim panas. Kamila menahan

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 4: JANGAN MENGINTIP!

    Kaelen kembali ke ruangan dengan tampilan yang lebih tertutup. Kali ini, sebuah jaket kain wol berwarna gelap menggantung di bahunya, dipakai asal-asalan hanya menutupi punggungnya, seperti tirai yang menggantung malas untuk menyembunyikan tonjolan bokong yang tegas di balik celana hitamnya. Bagian depan tubuhnya masih dibalut kemeja putih, kancing atas kini tertutup rapi. Kombinasi kemeja dan jaket memberikan kesan semi formal, namun tetap bergaya khas anak muda—berantakan, tapi memikat. Kaelen berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada, matanya menyipit penuh perlawanan. "Begini? Puas sekarang?" Kamila menyelipkan tangan di saku, tatapannya menurun ke bawah, langsung terpaku pada celana hitam yang membungkus kaki Kaelen dengan ketat, seolah kain itu langsung dilukis di kulitnya. Ia mengangkat alis, sudut bibirnya terangkat nakal. "Apa tidak ada celana yang lebih longgar? Kenapa setiap kali bertemu, kau selalu pakai celana lakban?" Kaelen tersenyum bangga, memperbaiki posisi b

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 3: Masih seperti anak kecil.

    Kaelen melipat kedua tangannya di depan dada, matanya memancarkan kekesalan, dan bibirnya yang penuh memanyun dengan gaya cemberut yang terlihat hampir lucu. "Jahat! Aku sudah berharap padahal!" suaranya terdengar seperti anak kecil yang baru saja kehilangan permen favoritnya. Kamila mengangkat alis, matanya bersinar penuh kemenangan. "Oh, maaf. Aku lupa. Harapan tidak seharusnya kau gantungkan padaku, kak Kaelen. Kau pasti tahu itu." Sebelum Kaelen bisa membalas, suara seseorang memecah keheningan. "Kaelen, kau belum bersiap?" Seorang pria dengan rambut cokelat keabu-abuan muncul di ambang pintu, langkahnya mantap dan penuh wibawa. Sebagian poni rambutnya menjuntai menutupi salah satu matanya, menambah kesan misterius pada wajah tampannya. Dia berjalan mendekat dengan tatapan yang memeriksa Kaelen dari ujung kepala hingga kaki. "Kau bilang mau mengadakan fan meeting di Mall Jayakarta. Kenapa belum bersiap juga?" Kaelen, masih tenggelam dalam emosinya, hanya menoleh dengan tatapan

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 2: Kita CLBK Lagi, Tidak?

    "Apa katanya tadi?" suara Kamila melengking, penuh dengan nada kesal yang berusaha ia tekan, meski gagal total. Tatapan matanya tajam, pupil cokelatnya menatap Kaelen dengan sorot penuh kekesalan dan rasa jengah. Kaelen mengangkat bahu dengan santai, seolah sedang menonton drama yang menyenangkan. Senyumnya kecil, tapi cukup menusuk harga diri. "Yah... Siapa tahu kau menyesal karena dulu memutuskan hubungan kita waktu masih SMK. Mungkin sekarang kau datang memohon agar kita CLBK." Kamila memutar bola matanya dengan gerakan dramatis. "Tuan idol yang terhormat," katanya, menyuarakan setiap kata dengan penuh penekanan, "saya di sini hanya untuk melamar pekerjaan. Bukan melamarmu. Mengerti?" Dengan gerakan cepat, ia menggumamkan sumpah serapah pelan yang hampir seperti desisan. "Sialan... Lagi pula, mana ada melamar posisi jadi MUA harus minta persetujuan idolnya dulu?" Kaelen menyeringai lebih lebar, senyum puas yang penuh kemenangan. "Tentu saja harus. Perusahaan ini kan aku yang pu

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 1: Melamar Pekerjaan, Atau Melamarku?

    Usapan lembut kuas bedak membelai pipi seorang pria tampan yang duduk tenang di kursi rias, seolah dirinya adalah kanvas sempurna untuk sebuah mahakarya. Kulitnya halus, pipi tirus, dan rahang yang tegas membentuk garis-garis simetris pada wajah yang tampak seperti pahatan patung karya seniman legendaris. Hidung mancung dan bibir tebalnya yang sedikit berwarna merah muda menambah kesan memesona pada sosok yang hampir mustahil terabaikan. Kamila menarik napas dalam. Jari-jarinya yang lentik menggenggam kuas dengan percaya diri. Gerakan tangannya halus namun penuh kendali, menyapu eye shadow ke kelopak mata pria itu. Ia mengamati bagaimana pria tersebut memejamkan matanya perlahan—sepasang mata biru yang memukau, seperti langit musim panas tanpa awan. Untuk sejenak, Kamila merasa terperangkap dalam pesona yang tak boleh dimiliki. Ia segera menepis pikiran itu dan melanjutkan pekerjaannya. Sapuan terakhir kuas meninggalkan bayangan cokelat gelap yang menonjolkan tatapan misterius pada

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status