Share

Bab.18

Penulis: Qoi_hami
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.

Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.

Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron.

Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

"Harusnya kamu sadar diri."

Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya.

"Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku."

"Apa maksudmu? aku hanya menjalankan apa yang ditugaskan untukku. Aku lelah berteriak marah dan memberontak. Sekarang aku akan dengan senang hati menikmati peranku. Apapun itu."

Angela duduk di sebelah Rani dan menatapnya penuh keangkuhan. Rani memutar bola matanya malas. Rasanya sangat malas sekali berurusan dengan Angela yang keras kepala.

"Aku akan ikut pertemuan ini."

Rani menoleh.

"Bukankah sikapmu seperti ini terlihat sangat kekanak-kanakan?" cibir Rani.

"Bilang saja kamu takut bersaing denganku."

"Aku tidak perlu bersaing apapun denganmu, bagaimanapun juga tetap akulah pemenangnya," sahut Rani dengan tenang. Angela mengepalkan tangannya tidak terima. Namun, dia tidak ada waktu untuk berdebat hal itu dengan Rani. Wanita itu memilih mengambil ponselnya dan menelpon Aslan, mengabarkan bahwa dirinya telah siap.

Tak berselang lama, 2 buah mobil tampak masuk ke halaman. Rani bangkit dari duduknya untuk menyambut Azlan. Terlihat 2 orang pria turun dari mobil masing-maasing. Angela tersenyum lebar.

"Asisten cocoknya sama asisten saja, tidak pantas dengan Bos." Angela mendahului Rani dan segera mendekati mobil Azlan. Sementara Rani yang sempat terpaku segera menguasai dirinya dan bergegas menuju mobil yang satunya. Ron tersenyum lebar menyambutnya.

"Kita mau kemana Nyonya?"

"Jangan menggodaku, Ron.

"Kau terlihat bahagia di sini?"

"Bagaimana kalau kamu menculik aku dan membuatku merasakan bahagia yang sebenarnya."

"Dengan senang hati, Tuan Putri."

Ron mempersilahkan Rani untuk masuk ke dalam mobil. Pria itu memperlakukan Rani begitu romantis layaknya seorang kekasih. Setelah memastikan Rani sudah masuk ke dalam mobil, Ron segera menutup pintu dan berjalan memutar untuk masuk ke belakang kemudi.

"Apa kita akan melarikan diri sekarang saja, Nyonya?"

"Itu terlalu cepat. Aku masih sangat ingin bermain dengan tikus kecil itu."

"Hah, itu butuh waktu yang lama," keluh Ron. Rani tergelak melihat reaksi Ron mengingatkannya akan film kartun anak kecil berkepala botak.

Pelan-pelan Ron mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Azlan yang berjalan terlebih dahulu.

"Apa keluarga parker ada yang datang?"

"Sepertinya iya," jawab Ron.

"Apa yang akan terjadi jika aku dikenalkan sebagai istri Azlan?"

"Kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk menekan kedua musuhmu itu," kata Ron datar.

"Kau memang cerdik, Ron. Ku dengar tuan parker tidak suka miliknya disentuh kaum jelata."

"Parker adalah keluarga paling arogan di kota ini, sementara Bagaskara adalah keluarga dominan diantara pengusaha yang lain."

"Rasanya tidak sabar untuk membuat mereka merasa malu dengan perbuatan busuknya."

"JIka kamu masih ingin bermain, ku sarankan jangan terburu-buru. Tenanglah, aku akan selalu ada di barisan depan untukmu," kata Ron.

"Uluh-uluh ... kamu terlalu manis Ron. Jangan terlalu manis, bisa-bisa nanti aku akan menggigit mu."

Keduanya tertawa bersama.

Sementara di mobil yang ada di depannya, Angela merajuk. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa ibu mertuanya akan menyuruhnya tinggal di rumah saja. Padahal itu adalah pertemuan penting yang sengaja dilakukan pada siang hari.

"Apa yang kamu dan ibumu lakukan itu menyakitkan," kata Angela dengan marah.

"Bukankah kamu sendiri yang meminta untuk merahasiakan statusmu terlebih dahulu?"

"Tapi bukan berarti dengan membawa Rani ikut dalam pertemuan itu," ucapnya kesal.

"Keluarga Parker semua hadir di sana, kamu tahu sendiri papaku sudah tahu pernikahan kita. Makanya dia menggelontorkan dana tidak sedikit untuk perusahaan Bagaskara," lanjut Angela.

Azlan mendadak menginjak rem, kenapa dia bisa kecolongan seperti ini? Ayah Angela datang, tentu saja dia tidak mungkin mengenalkan Rani sebagai istrinya. Bisa-bisa dia digantung oleh mertuanya itu.

"Kamu mau membunuhku?" bentak Angela.

"Maaf, tetapi apakah yang kamu bilang tadi benar?"

"Perkataan yang mana?"

"Ayahmu," kata Azlan sembari menatap manik Angela.

"Aku sudah bicara dengan papa, makanya aku memaksamu untuk menjemput ku di rumah."

"Kamu tidak mungkin memperkenalkan Rani di dapan papaku," lanjut Angela.

Azlan terlihat tegang, dia sangat takut reputasinya di depan semua relasi bisnis dapat terpengaruh oleh berita miring tentangnya.

"Tak perlu tegang, lakukanlah seperti rencana kita. Biar papa menjadi urusanku," Angela berusaha menenangkan suaminya. Sebenarnya wanita itu pun merasakan kekhawatiran yang sama, tetapi dia berharap masih bisa mengendalikan papanya. Semoga saja tidak terlambat.

Akankah sandiwara mereka terbongkar?

Bab terkait

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Pernikahan Palsu

    Gadis itu masih menatap nanar ke arah telivisi di depannya. Acara salah satu stasiun telivisi swasta sedang menyiarkan secara live pernikahan Azlan Bagaskara dan pengantin perempuannya bernama Deswita Maharani. Bahkan nama sang gadis itu masih tertera di layar telivisi dengan jelas. Membuat sang pemilik nama merasa bingung juga marah. Bagaimana dia bisa menikah, sementara tubuhnya ada di sebuah ruangan asing yang bahkan dia tidak tahu ada di belahan bumi mana. Dia baru tahu saat dia terbangun tadi.Rani, gadis cantik dan polos itu langsung terperanjat saat bangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu. Pandangannya menatap setiap sudut ruangan yang asing, ranjang yang asing juga bau parfum asing yang tercium di hidungnya. Seperti aroma seorang pria. Namun Rani tidak terlalu fokus memikirkan itu karena tiba-tiba dia mendengar samar-samar suara televisi.Ketika dia menoleh, didapatinya sebuah siaran telivisi yang menayangkan secara live pernikahan kekasihnya, Azlan Bagaskara. Ya, seharu

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   02.

    Ron tidak menjawab, hatinya teriris perih melihat sahabatnya hancur di depan matanya sendiri. Dia merasa punya andil dalam hal ini, membuat Rani harus hancur dan terpuruk. Ron mengumpat Azlan dalam hati. Hanya demi keuntungan yang tak seberapa dia menggadaikan kebahagiaan.Ron yakin, Azlan akan menyesalinya suatu saat nanti. Dia akan memastikan itu terjadi.Sekarang tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali bertindak diam-diam. Tidak ada pilihan lain, dia hanya bisa melindungi Rani semampu dirinya. "Ron, siapa wanita itu?" Pertanyaan Rani membuatnya menoleh.Ron menggeleng sebagai jawabannya. Dirinya memang benar-benar tidak tahu siapa perempuan yang menjadi istri sahabatnya. Dia hanya tahu wanita itu bernama Angela. Siapa sebenarnya Angela dia tidak tahu. "Jangan membohongiku, Ron.""Aku benar-benar tidak tahu, Ran. Jangan memaksaku untuk mengatakan apa yang tidak aku tahu.""Kamu menyembunyikan semuanya bertahun-tahun dariku. Apa aku masih bisa percaya kepadamu?" tanya Rani sengit.

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   03

    "Dimana Rani ? Aku harus menemuinya sekarang." Pria berwajah tampan dan mempunyai rahang tegas itu bertanya dengan mata yang berkilat marah. Bagaimana dia tidak marah, rencana bulan madunya harus gagal total gara-gara ancaman Rani."Dia tidak ada di sini, Az.""Lalu di mana? Bukankah aku menyuruhmu untuk menjaganya agar tidak kabur?" Wajah pria itu terlihat sangat marah. Matanya semakin tajam mengintimidasi sang sahabat. Ron seperti tidak mengenal Azlan sama sekali."Kau benar-benar tidak punya hati pada wanita itu. Kena-""Minggir ! Aku mau melihatnya." Azlan mendorong Ron agar menjauh dari pintu kamar yang digunakan untuk menyekap Rani. Brak.Pintu langsung terbuka sempurna.Azlan mengedarkan matanya ke seluruh penjuru kamar. Namun, dia tidak menemukan Rani ada di sana. Dengan wajah memerah, Azlan segera keluar. Tatapan tajam bak mata elang itu mengarah ke Ron Ibrahim. Tersangka utama hilangnya Rani. Azlan tidak akan memberikan toleransi apapun pada Ron, jika Rani benar-benar per

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   04.

    Rani menoleh mendengar suara yang begitu akrab di telinga. Dunianya seakan berhenti pada saat itu. Ela, sahabatnya tiba-tiba datang dan menyapanya dengan begitu ramah. Rani terdiam, lidahnya kelu, bibirnya pun tak bisa lagi mengucapkan sebait tanya atau sapa. Netranya menyorot tajam pada sepasang tangan yang saling bertaut. Tangan itu, tangan yang sama yang setiap kali memberikan uluran bantuan di kala dia berada dalam putusnya harapan. Tangan itu adalah tangan yang sama, yang setiap kali mengusap punggungnya, menenangkan di saat tangis datang tidak diundang. Lalu kenapa, tangan itu memegang erat tangan Azlan-nya.Kebetulan macam apa ini? Kenapa Tuhan mempermainkan jalan hidupnya sedemikian kencang? Kenapa tak sekalian angin puting beliung datang, membawanya menjauh dari orang-orang di dekatnya yang penuh kemunafikan. Rani benci keadaannya saat ini. Rani enggan untuk mencari kebenarannya lagi. Rani telah kalah, bahkan tanpa tahu kapan genderang perang itu ditabuh. Rani menyerah, bahka

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   05.

    Pagi ini semua terlihat berbeda, kehidupan yang kemarin indah kini berganti gundah. Mentari yang kemarin cerah kini berganti mendung yang bergelayut manja di langit. seolah ikut merasakan suramnya hari-hari yang akan dilalui oleh Rani ke depannya. Akhir tahun yang kelabu. Pagi ini, Rani masih bebas dari perjanjian kontrak. Sekarang masih hari Minggu, Rani masih bebas untuk melakukan apapun sendirian. Tanpa Azlan dan juga Angela di sekitarnya.Wanita berdarah blasteran itu memiliki wajah yang begitu cantik. Bentuk muka sedikit lonjong dan mata biru teduhnya selalu bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya. Jangan lupakan rambut sedikit pirang yang menegaskan kecantikan wanita itu. Namun ternyata di balik kecantikan itu, ada banyak sekali luka yang dia sembunyikan. Dia adalah wanita yang kehilangan kasih sayang orang tua sedari kecil. Hidup sebatang kara karena orang tuanya meninggal. Selain kedua orang tuanya, dia tidak mengenal siapapun lagi. Beruntung rumahnya dekat dengan panti as

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   06.

    Sejauh apapun kamu berlari, rasanya tetap akan sama saja ketika kamu belum bisa berdamai dengan rasa sakit itu sendiri. Rani tertegun mendengar pertanyaan Ron. Bukan dia tidak berniat untuk melarikan diri. Bukan pula dia akan terus bertahan di sini. Namun, ada sebuah harapan yang terpelihara dalam diam. Bertunas kecil jauh di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Rani sadar diri, dia tidak akan menyirami harapan itu. Biarlah semua berjalan sesuai dengan yang digariskan. Wanita itu terlalu pintar mengolah rasa, saat dunianya hancur lebur, dia tetap berdiri tegak menyambut dunianya yang baru. Dunia yang begitu kejam memperlakukan manusia seperti dirinya."Hai, kamu melamun Ran?""Kenapa kamu begitu baik sementara bosmu begitu jahat?" Ron menatap perempuan di sebelahnya dengan sendu. Andai saja perempuan itu tahu, bagaimana kelakuannya yang sebenarnya. Mungkin dia pun akan menjadi sasaran kemarahannya."Bukankah setiap manusia punya pilihan? Aku dan Azlan punya pilihan masin

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   07

    "Jangan melepaskan pelukanmu, Ron," pinta Rani. Ron menjadi serba salah, bagaimana dia bisa berada di tengah situasi seperti ini. Sebagai seorang laki-laki sulit baginya menahan keinginan naluriahnya. Rani semakin merapatkan dirinya ke tubuh Ron. Ada kenyamanan tersendiri saat mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh sahabatnya. Pikiran Rani melayang, membayangkan kedekatan dua anak manusia yang saling berbagi kasih lewat sentuhan nyata."Apa kamu tidak suka ku peluk?" tanya Rani."Ah, itu ... ak- aku ....""Kamu kenapa? Bukankah hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan kalian?""Tapi kamu it,-""Aku kenapa? Bukankah seperti ini para wanita jalang di luar sana menggoda pria seperti kalian?"Rani menarikan jemari tangannya di dada Ron yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Meskipun terhalang oleh kaos yang dikenakan pria itu. Namun, sensasinya membuat Ron harus menahan nafasnya."Kenapa Ron? Kenapa harus Angela? Apa karena dia lebih cantik?" tanya Rani dengan nafas memburu menahan ledaka

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   08.

    Azlan bukanlah orang yang tidak punya perasaan. Egonya yang tinggi terasa direndahkan ketika mengetahui Rani bahkan sudah bersama dengan Ron. Mungkin saja saat ini mereka sedang ah ... shit !!!! Azlan mengumpat dengan keras membayangkan Ron menjamah tubuh gadisnya. Ya, Maharani adalah gadisnya, miliknya yang tidak boleh disentuh oleh siapapun."Kau mau kemana, sayang?""Aku ada pekerjaan.""Ini kan hari Minggu, Sayang. Lagi-lagi Angela, istri palsunya itu membuatnya merasa kesal. Kemana-mana harus laporan seperti anak kecil. Belum lagi permintaanya yang terkadang tidak masuk akal. Azlan benar-benar pusing memikirkan nasip pernikahannya yang masih seumur jagung."Ya sudah, pergilah!"Azlan lega akhirnya dibebaskan untuk pergi. Bagaimanapun juga dia butuh tempat untuk bernafas lega tanpa harus dikekang seperti tadi. Azlan bergegas mengeluarkan mobil mewahnya dari garasi. Dia bingung harus mencari dua penghianat itu kemana. Azlan kembali menghubungi Ron. Hingga sepuluh kali panggilan pria

Bab terbaru

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   12.

    "Kerja sama seperti apa?""Masuklah, tak elok seorang perempuan cantik dan elegan sepertimu, marah-marah di depan rumah orang." Ucapan Rani seperti memuji, tapi sebenarnya adalah sebuah ejekan. Sebenarnya selain cantik, tidak ada kelebihan apapun pada wanita pongah itu.Angela menatap Ron tajam. Rani yang tahu segera saja berkata dengan santai."Ron adalah pihak yang netral, dia sahabatku sekaligus sahabat Azlan. Anehnya dia tidak mengetahui hubungan kalian berdua. Ya anggap saja kalian memang menyembunyikan hubungan kalian selama ini," kata Rani dengan nada santai.Sontak ucapan Rani membuat Angela semakin melebarkan matanya. Namun sebelum dia membela diri, Rani sudah kembali bersuara."Tenanglah, aku bisa menjahit mulutnya jika dia membocorkan rahasia kita pada Azlan."Angela bernafas lega. Setidaknya dia bisa memegang ucapan Maharani. Pria itu tidak akan membocorkan hubungan kerja sama mereka."Katakan apa maumu?" tanya Angela ketus. Kini terlihat sekali bagaimana watak wanita itu

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   11.

    Angela menatap Maharani dengan penuh kebencian. Bagaimana mungkin selama ini dia berbagi kekasih dengan seorang wanita rendahan seperti itu."Itu adalah tamparan buat perempuan jalang sepertimu," ucapan Rani memicu darah di tubuh Angela memanas, matanya menatap begitu tajam ke arah Rani. "Kaulah wanita jalang itu, yang masuk ke dalam hubunganku dan Azlan. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu menghubungi suamiku."Rani tersenyum sinis. Sudah tidak ada lagi hangat dan rekatnya persahabatan. Keduanya telah dihancurkan oleh sebuah keegoisan. "Silahkan kamu bilang pada suami tercintamu untuk melepaskan aku dari surat kontrak menyebalkan itu. Maka dengan senang hati aku akan pergi dari kehidupan kalian."Rani mendekat ke arah Angela dan berbisik lirih di telinganya, "Atau kamu takut? aku akan merebut suamimu kembali. Tentu saja dia akan sangat mengharapkan aku. Aku adalah wanita mahal, tidak gampang mendapatkan tubuhku, tidak seperti mu!"Rani sudah lelah mengalah dan mengerti. Jadi

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   10.

    Rani bahkan tidak menyangka bagaimana pertanyaan bodoh itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya sendiri. Tentu saja sekarang wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Sebenarnya Ron ingin tertawa, ada juga gadis secantik dan sepintar Rani tetapi polosnya minta ampun."Apakah kamu keberatan kalau aku ingin bersamamu?""Tidak ... tidak bukan begitu maksudku?""Lalu?""Aku hanya mengkhawatirkan nantinya Azlan akan kembali melukaimu?""Jadi kamu mengkhawatirkan aku?""Tidak juga," jawab Rani. "Jadi maksudmu bagaimana?" sergah Ron sedikit geram. Geram pura-pura tentu saja."Ya, mau bagaimana lagi. Kita terjebak dalam posisi yang sulit. Calon suamiku menikah dengan sahabatku dengan menggunakan identitasku. Otomatis aku dikenal sebagai istri seorang Azlan Bagaskara. Kau tahu itu? Itu artinya aku harus menjaga jarak denganmu, supaya kamu tidak dianggap pembinor," jelas Rani begitu lancar."Bukankah itu bagus?" Ron bertanya tentang hal yang tak masuk akal. Bagaimana bisa pria itu menyebut pembi

DMCA.com Protection Status