Share

04.

Penulis: Qoi_hami
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rani menoleh mendengar suara yang begitu akrab di telinga. Dunianya seakan berhenti pada saat itu. Ela, sahabatnya tiba-tiba datang dan menyapanya dengan begitu ramah. Rani terdiam, lidahnya kelu, bibirnya pun tak bisa lagi mengucapkan sebait tanya atau sapa. Netranya menyorot tajam pada sepasang tangan yang saling bertaut. Tangan itu, tangan yang sama yang setiap kali memberikan uluran bantuan di kala dia berada dalam putusnya harapan. Tangan itu adalah tangan yang sama, yang setiap kali mengusap punggungnya, menenangkan di saat tangis datang tidak diundang. Lalu kenapa, tangan itu memegang erat tangan Azlan-nya.

Kebetulan macam apa ini? Kenapa Tuhan mempermainkan jalan hidupnya sedemikian kencang? Kenapa tak sekalian angin puting beliung datang, membawanya menjauh dari orang-orang di dekatnya yang penuh kemunafikan. Rani benci keadaannya saat ini. Rani enggan untuk mencari kebenarannya lagi. Rani telah kalah, bahkan tanpa tahu kapan genderang perang itu ditabuh. Rani menyerah, bahkan tanpa diberikan kesempatan untuk bertarung yang sesungguhnya.

"Sepertinya kamu cukup terkejut dengan keberadaanku di sini. Well, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepadamu. Atas kesempatan yang kamu berikan kepadaku untuk menjadi Rani."

Angela berkata sembari mendaratkan pantatnya di sofa. Tak lupa Azlan pun duduk di sampingnya.

Mata Rani mengembun, belum cukupkah Tuhan memisahkannya dengan Azlan, belum cukupkah dia harus kehilangan kebebasan. Kenapa harus sahabat baiknya yang menjadi pengantin bayangan ataukah dirinya yang menjadi pengantin bayangan itu sendiri.

"Kenapa ?"

Setelah bertempur dengan segala rasa yang berkecamuk di dalam dada, akhirnya keluar juga satu tanya yang berputar-putar di dalam kepala Rani sedari kemarin.

"Harusnya aku yang bertanya kepadamu, Deswita Maharani. Kenapa kamu tidak mencari tahu dulu, siapa orang yang kamu dekati malam itu?"

Rani mencoba mengingat malam yang disebut oleh Ela, sapaan akrabnya untuk Angela. Namun, apa yang disebut oleh Ela itu tak terekam oleh memorinya. Terlalu banyak kenangan manis yang pernah dia lukis bersama Azlan. Bahkan malam-malam yang bisa dia hitung dengan jari. Terlalu sedikit memang, tetapi begitu berkesan.

"Bukankah aku sudah memberimu waktu selama lima tahun untuk bersama dengan Azlan?"

Sebuah pertanyaan yang mampu memporak porandakan keyakinan Rani akan sebuah kesetiaan juga kasih sayang. Rani menatap Ela penuh rasa ingin tahu, dia memang kecewa dengan gagalnya pernikahannya dengan Azlan, tetapi kenyataan yang baru dia dapatkan nyatanya lebih menusuk dan menghancurkan seluruh kekuatan yang tersisa pada dirinya.

"Azlan adalah pria yang sudah dijodohkan denganku sejak kecil, kami saling mencintai. Namun, tiba-tiba kamu datang dan menghancurkan segalanya."

Rani membekap mulutnya sendiri, menahan lolongan menyedihkan yang nyaris saja dia keluarkan. Kenyataan itu terasa begitu pahit. Rani kembali teringat bagaimana dia menceritakan hari-hari bahagia bersama Azlan kepada Ela. Tapi itu bukan suatu kesengajaan, dia tidak tahu menahu tentang hubungan Ela degan Azlan.

"Sudahlah, tidak perlu mendramatisir keadaan. sekarang aku adalah istri sah dari seorang Azlan. Kamu adalah istri bayangan !" Putus Angela. Terdengar kejam, tetapi juga membingungkan.

"Tetapi kamu bertindak ilegal, pernikahan kalian tidak sah. Azlan mengucap janji kepadaku, bukan kepadamu."

"Apa peduliku?" Balas Angela sengit, saat itu Rani melihat banyak sekali luka di mata itu. Luka dan kekecewaan yang mungkin sudah menjadi dendam di antara mereka. Luka yang tercipta tanpa kesengajaan dari Rani.

"Bukankah selama ini kamu juga menganggap ku tidak ada? Menceritakan bagaimana Azlan dengan menggebu-gebu dan penuh rona kebahagiaan? Aku sakit, bodoh!" Maki Angela.

"Kamu bisa saja bicara jujur, jika memang Azlan adalah cinta pertama yang sering kamu ceritakan padaku. Aku akan memilih mundur." Rani masih berusaha menjelaskan baik-baik. Meskipun jika dipikir kembali itu tidak adil untuknya.

"Kamu memang hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri," ucap Angela dengan sorot mata penuh rasa sakit. Azlan mengusap-usap lengannya dengan begitu manis. Mencoba menenangkan sang istri, ah lebih tepatnya seorang perebut suami orang.

Jangan ditanya lagi bagaimana perasaan Rani. Jika saja ada pintu ajaib milik Doraemon, wanita itu memilih pergi dan menghilang secepat dan sejauh mungkin. Sesak dan perih itu begitu terasa.

Selin Bagaskara terlihat tersenyum samar. Wanita paruh baya itu seperti sedang menonton drama korea kesukaannya. Melihat Rani terpuruk dan menyesal adalah tujuannya.

"Az, apa benar yang dikatakan oleh Ela? Apa kamu tidak sedikitpun melihat dan mempertimbangkan hubungan kita selama lima tahun ini?"

Rani masih berharap Azlan akan memberikan kata penghiburan di tengah rasa sakit dan sekarat yang dia rasakan saat ini. Setidaknya dia bisa memiliki secercah keyakinan, bahwa orang terdekatnya selama lima tahun ini bukan monster. Namun, alangkah terkejutnya ia, ketika dengan tanpa rasa bersalah Azlan malah menyudutkannya.

"Pertanyaan bodoh. Jika aku tidak mencintai Angela, tidak mungkin aku menikahinya bukan?"

"Kenapa kau tidak jujur saja sejak awal? Aku bisa untuk mundur," jawab Rani mulai kesal.

Ya, dirinya begitu kesal begitu tahu hidupnya selama ini dipermainkan oleh orang-orang itu.

Lebih menyesal lagi karena dia baru mengetahuinya sekarang. Sikap Azlan membuatnya begitu kecewa, kenapa selama ini pria itu seakan-akan menerima kehadirannya. Padahal ada wanita lain yang sudah memilikinya.

"Aku tidak bisa menolak permintaan calon istriku," jawabnya sembari tertunduk. Ada rasa sakit yang dirasakan oleh Azlan. Namun, dia tidak boleh lemah. Rani bukanlah orang yang pantas untuk dia perjuangkan.

Rani tidak bisa berkata-kata lagi. Semua orang di sampingnya adalah monster. Monster yang dengan segala kelicikannya berusaha menghancurkan Rani tanpa sisa. Apakah dia harus menyerah saat ini ? Rani tidak bisa berpikir apapun.

"Sudahi urusan kalian dan ingat jangan sampai hal seperti ini tercium oleh media!" Suara bariton itu membungkam mulut tiga orang yang masih beradu argumen. Mereka bertiga menoleh dan mendapati sang kepala keluarga, Adi Bagaskara berdiri dan menatap tajam ke arah Rani. Sungguh penegasan yang sangat kentara sekali, bahwa hanya Ranilah yang dia peringatkan untuk tutup mulut. Setelah mengucapkan itu, Adi dan Selin Bagaskara memilih masuk ke dalam istananya.

Kembali tiga anak manusia itu saling bergelut dengan pikirannya masing-masing. Angela dengan rasa iri dan dendamnya, Azlan dengan rasa bersalah yang coba dia tutupi kuat-kuat, sementara Rani berada dalam jurang kematian yang begitu menyakitkan.

"Jika kalian ingin pamer kemesraan, tolong hargai aku yang sedang sekarat ini,"ucap Rani tiba-tiba.

"Kamu minta dihargai berapa?Bukankah selama ini kamu layaknya jalang yang tidak berharga,-

"Ups ... maafkan kelancanganku ini," lanjut Angela tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Rani mengepalkan tangannya. Hinaan demi hinaan dilontarkan Angela pada Rani. Namun, gadis itu memilih diam.

"Baiklah, apa ada yang ingin kau tanyakan dari surat kontrak itu?"

"Tidak," jawab Rani ketus.

"Waow ... kamu memang wanita cerdas, Rani."

Angela memberikan applaus dan mendekati Rani. Mendekatkan bibirnya pada telinga Rani dan berbisik.

"Mulai besok pagi, kamu akan menjadi pembantu di sini."

Bab terkait

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   05.

    Pagi ini semua terlihat berbeda, kehidupan yang kemarin indah kini berganti gundah. Mentari yang kemarin cerah kini berganti mendung yang bergelayut manja di langit. seolah ikut merasakan suramnya hari-hari yang akan dilalui oleh Rani ke depannya. Akhir tahun yang kelabu. Pagi ini, Rani masih bebas dari perjanjian kontrak. Sekarang masih hari Minggu, Rani masih bebas untuk melakukan apapun sendirian. Tanpa Azlan dan juga Angela di sekitarnya.Wanita berdarah blasteran itu memiliki wajah yang begitu cantik. Bentuk muka sedikit lonjong dan mata biru teduhnya selalu bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya. Jangan lupakan rambut sedikit pirang yang menegaskan kecantikan wanita itu. Namun ternyata di balik kecantikan itu, ada banyak sekali luka yang dia sembunyikan. Dia adalah wanita yang kehilangan kasih sayang orang tua sedari kecil. Hidup sebatang kara karena orang tuanya meninggal. Selain kedua orang tuanya, dia tidak mengenal siapapun lagi. Beruntung rumahnya dekat dengan panti as

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   06.

    Sejauh apapun kamu berlari, rasanya tetap akan sama saja ketika kamu belum bisa berdamai dengan rasa sakit itu sendiri. Rani tertegun mendengar pertanyaan Ron. Bukan dia tidak berniat untuk melarikan diri. Bukan pula dia akan terus bertahan di sini. Namun, ada sebuah harapan yang terpelihara dalam diam. Bertunas kecil jauh di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Rani sadar diri, dia tidak akan menyirami harapan itu. Biarlah semua berjalan sesuai dengan yang digariskan. Wanita itu terlalu pintar mengolah rasa, saat dunianya hancur lebur, dia tetap berdiri tegak menyambut dunianya yang baru. Dunia yang begitu kejam memperlakukan manusia seperti dirinya."Hai, kamu melamun Ran?""Kenapa kamu begitu baik sementara bosmu begitu jahat?" Ron menatap perempuan di sebelahnya dengan sendu. Andai saja perempuan itu tahu, bagaimana kelakuannya yang sebenarnya. Mungkin dia pun akan menjadi sasaran kemarahannya."Bukankah setiap manusia punya pilihan? Aku dan Azlan punya pilihan masin

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   07

    "Jangan melepaskan pelukanmu, Ron," pinta Rani. Ron menjadi serba salah, bagaimana dia bisa berada di tengah situasi seperti ini. Sebagai seorang laki-laki sulit baginya menahan keinginan naluriahnya. Rani semakin merapatkan dirinya ke tubuh Ron. Ada kenyamanan tersendiri saat mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh sahabatnya. Pikiran Rani melayang, membayangkan kedekatan dua anak manusia yang saling berbagi kasih lewat sentuhan nyata."Apa kamu tidak suka ku peluk?" tanya Rani."Ah, itu ... ak- aku ....""Kamu kenapa? Bukankah hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan kalian?""Tapi kamu it,-""Aku kenapa? Bukankah seperti ini para wanita jalang di luar sana menggoda pria seperti kalian?"Rani menarikan jemari tangannya di dada Ron yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Meskipun terhalang oleh kaos yang dikenakan pria itu. Namun, sensasinya membuat Ron harus menahan nafasnya."Kenapa Ron? Kenapa harus Angela? Apa karena dia lebih cantik?" tanya Rani dengan nafas memburu menahan ledaka

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   08.

    Azlan bukanlah orang yang tidak punya perasaan. Egonya yang tinggi terasa direndahkan ketika mengetahui Rani bahkan sudah bersama dengan Ron. Mungkin saja saat ini mereka sedang ah ... shit !!!! Azlan mengumpat dengan keras membayangkan Ron menjamah tubuh gadisnya. Ya, Maharani adalah gadisnya, miliknya yang tidak boleh disentuh oleh siapapun."Kau mau kemana, sayang?""Aku ada pekerjaan.""Ini kan hari Minggu, Sayang. Lagi-lagi Angela, istri palsunya itu membuatnya merasa kesal. Kemana-mana harus laporan seperti anak kecil. Belum lagi permintaanya yang terkadang tidak masuk akal. Azlan benar-benar pusing memikirkan nasip pernikahannya yang masih seumur jagung."Ya sudah, pergilah!"Azlan lega akhirnya dibebaskan untuk pergi. Bagaimanapun juga dia butuh tempat untuk bernafas lega tanpa harus dikekang seperti tadi. Azlan bergegas mengeluarkan mobil mewahnya dari garasi. Dia bingung harus mencari dua penghianat itu kemana. Azlan kembali menghubungi Ron. Hingga sepuluh kali panggilan pria

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   09.

    Ron jelas telah menabuh genderang perang, tetapi itu bukanlah sebuah ancaman bagi Azlan. Ancaman yang sebenarnya adalah tentang nama baik Bagaskara. Bagaimana jika ada orang lain yang tahu bahwa Bagaskara melakukan kebohongan publik yang begitu besar. Bukankah sudah jelas itu akan menghancurkan reputasi keluarganya. Belum lagi keluarga Parker pasti tidak terima. Azlan mungkin terlalu dangkal berpikir bahwa Ron dan Rani adalah dua orang yang bisa dia kendalikan. Nyatanya Ron maupun Rani mampu menerabas pagar menyakitkan itu. "Lepaskan!"Rani menghempaskan tangan Azlan sekuat tenaga. Mata Azlan pun menatap Ron yang mengatakan bahwa Rani adalah wanita yang bebas."Kamu mungkin lupa satu hal, Rani. Kamu telah menandatangani surat perjanjian kontrak itu," ucap Azlan mengingatkan Rani."Dalam surat kontrak tidak disebutkan bahwa aku tidak boleh menjalin hubungan dengan pria lain. Jadi jangan menyalahkan aku tentang ini semua."Azlan tersenyum mengejek dan berkata,"Aku baru tahu sisi Rani

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   10.

    Rani bahkan tidak menyangka bagaimana pertanyaan bodoh itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya sendiri. Tentu saja sekarang wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Sebenarnya Ron ingin tertawa, ada juga gadis secantik dan sepintar Rani tetapi polosnya minta ampun."Apakah kamu keberatan kalau aku ingin bersamamu?""Tidak ... tidak bukan begitu maksudku?""Lalu?""Aku hanya mengkhawatirkan nantinya Azlan akan kembali melukaimu?""Jadi kamu mengkhawatirkan aku?""Tidak juga," jawab Rani. "Jadi maksudmu bagaimana?" sergah Ron sedikit geram. Geram pura-pura tentu saja."Ya, mau bagaimana lagi. Kita terjebak dalam posisi yang sulit. Calon suamiku menikah dengan sahabatku dengan menggunakan identitasku. Otomatis aku dikenal sebagai istri seorang Azlan Bagaskara. Kau tahu itu? Itu artinya aku harus menjaga jarak denganmu, supaya kamu tidak dianggap pembinor," jelas Rani begitu lancar."Bukankah itu bagus?" Ron bertanya tentang hal yang tak masuk akal. Bagaimana bisa pria itu menyebut pembi

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   11.

    Angela menatap Maharani dengan penuh kebencian. Bagaimana mungkin selama ini dia berbagi kekasih dengan seorang wanita rendahan seperti itu."Itu adalah tamparan buat perempuan jalang sepertimu," ucapan Rani memicu darah di tubuh Angela memanas, matanya menatap begitu tajam ke arah Rani. "Kaulah wanita jalang itu, yang masuk ke dalam hubunganku dan Azlan. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu menghubungi suamiku."Rani tersenyum sinis. Sudah tidak ada lagi hangat dan rekatnya persahabatan. Keduanya telah dihancurkan oleh sebuah keegoisan. "Silahkan kamu bilang pada suami tercintamu untuk melepaskan aku dari surat kontrak menyebalkan itu. Maka dengan senang hati aku akan pergi dari kehidupan kalian."Rani mendekat ke arah Angela dan berbisik lirih di telinganya, "Atau kamu takut? aku akan merebut suamimu kembali. Tentu saja dia akan sangat mengharapkan aku. Aku adalah wanita mahal, tidak gampang mendapatkan tubuhku, tidak seperti mu!"Rani sudah lelah mengalah dan mengerti. Jadi

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   12.

    "Kerja sama seperti apa?""Masuklah, tak elok seorang perempuan cantik dan elegan sepertimu, marah-marah di depan rumah orang." Ucapan Rani seperti memuji, tapi sebenarnya adalah sebuah ejekan. Sebenarnya selain cantik, tidak ada kelebihan apapun pada wanita pongah itu.Angela menatap Ron tajam. Rani yang tahu segera saja berkata dengan santai."Ron adalah pihak yang netral, dia sahabatku sekaligus sahabat Azlan. Anehnya dia tidak mengetahui hubungan kalian berdua. Ya anggap saja kalian memang menyembunyikan hubungan kalian selama ini," kata Rani dengan nada santai.Sontak ucapan Rani membuat Angela semakin melebarkan matanya. Namun sebelum dia membela diri, Rani sudah kembali bersuara."Tenanglah, aku bisa menjahit mulutnya jika dia membocorkan rahasia kita pada Azlan."Angela bernafas lega. Setidaknya dia bisa memegang ucapan Maharani. Pria itu tidak akan membocorkan hubungan kerja sama mereka."Katakan apa maumu?" tanya Angela ketus. Kini terlihat sekali bagaimana watak wanita itu

Bab terbaru

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   12.

    "Kerja sama seperti apa?""Masuklah, tak elok seorang perempuan cantik dan elegan sepertimu, marah-marah di depan rumah orang." Ucapan Rani seperti memuji, tapi sebenarnya adalah sebuah ejekan. Sebenarnya selain cantik, tidak ada kelebihan apapun pada wanita pongah itu.Angela menatap Ron tajam. Rani yang tahu segera saja berkata dengan santai."Ron adalah pihak yang netral, dia sahabatku sekaligus sahabat Azlan. Anehnya dia tidak mengetahui hubungan kalian berdua. Ya anggap saja kalian memang menyembunyikan hubungan kalian selama ini," kata Rani dengan nada santai.Sontak ucapan Rani membuat Angela semakin melebarkan matanya. Namun sebelum dia membela diri, Rani sudah kembali bersuara."Tenanglah, aku bisa menjahit mulutnya jika dia membocorkan rahasia kita pada Azlan."Angela bernafas lega. Setidaknya dia bisa memegang ucapan Maharani. Pria itu tidak akan membocorkan hubungan kerja sama mereka."Katakan apa maumu?" tanya Angela ketus. Kini terlihat sekali bagaimana watak wanita itu

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   11.

    Angela menatap Maharani dengan penuh kebencian. Bagaimana mungkin selama ini dia berbagi kekasih dengan seorang wanita rendahan seperti itu."Itu adalah tamparan buat perempuan jalang sepertimu," ucapan Rani memicu darah di tubuh Angela memanas, matanya menatap begitu tajam ke arah Rani. "Kaulah wanita jalang itu, yang masuk ke dalam hubunganku dan Azlan. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu menghubungi suamiku."Rani tersenyum sinis. Sudah tidak ada lagi hangat dan rekatnya persahabatan. Keduanya telah dihancurkan oleh sebuah keegoisan. "Silahkan kamu bilang pada suami tercintamu untuk melepaskan aku dari surat kontrak menyebalkan itu. Maka dengan senang hati aku akan pergi dari kehidupan kalian."Rani mendekat ke arah Angela dan berbisik lirih di telinganya, "Atau kamu takut? aku akan merebut suamimu kembali. Tentu saja dia akan sangat mengharapkan aku. Aku adalah wanita mahal, tidak gampang mendapatkan tubuhku, tidak seperti mu!"Rani sudah lelah mengalah dan mengerti. Jadi

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   10.

    Rani bahkan tidak menyangka bagaimana pertanyaan bodoh itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya sendiri. Tentu saja sekarang wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Sebenarnya Ron ingin tertawa, ada juga gadis secantik dan sepintar Rani tetapi polosnya minta ampun."Apakah kamu keberatan kalau aku ingin bersamamu?""Tidak ... tidak bukan begitu maksudku?""Lalu?""Aku hanya mengkhawatirkan nantinya Azlan akan kembali melukaimu?""Jadi kamu mengkhawatirkan aku?""Tidak juga," jawab Rani. "Jadi maksudmu bagaimana?" sergah Ron sedikit geram. Geram pura-pura tentu saja."Ya, mau bagaimana lagi. Kita terjebak dalam posisi yang sulit. Calon suamiku menikah dengan sahabatku dengan menggunakan identitasku. Otomatis aku dikenal sebagai istri seorang Azlan Bagaskara. Kau tahu itu? Itu artinya aku harus menjaga jarak denganmu, supaya kamu tidak dianggap pembinor," jelas Rani begitu lancar."Bukankah itu bagus?" Ron bertanya tentang hal yang tak masuk akal. Bagaimana bisa pria itu menyebut pembi

DMCA.com Protection Status