*** Keesokan harinya. Fania membuka mata, menatap sekelilingnya. Dia hanya menemukan Ridel yang tertelungkup di samping kasur tempatnya terbaring. Kewaspadaan Ridel, membuatnya langsung menyadari adanya pergerakan dari Fania. Namun, ketakutannya berubah menjadi kebahagiaan ketika melihat Fania membuka mata dan tersenyum lirih kearahnya. "Bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit? Haruskah ku panggilkan dokter?" Ridel langsung menyerbu Fania dengan berbagai pertanyaan. "Apa kau yang menolong ku kemarin? Tapi bagaimana kau mengalahkan banyak orang yang jelas-jelas sangat ahli dalam beladiri?" tanya Fania curiga. "Saat melewati kontrakan mu, aku melihat adanya ketidak beresan. Jadi aku langsung menghubungi teman-teman ojek online ku dulu. Mereka langsung saja beramai-ramai datang ke kontrakan mu. Mungkin karena terkejut banyaknya motor-motor, mereka langsung kabur semua meninggalkan kau yang terbaring tanpa daya di lantai," jawab Ridel berbohong. Sama seperti sebelumnya,
"Aku memiliki tiga identitas. Pertama sebagai pewaris tunggal keluarga Liu. Kedua sebagai Elgan, sosok yang dikenal sebagai raja investasi sekaligus pemain saham tapi menghilang selama tujuh tahun tahun lebih. Ketiga, sosok yang baru kau sebutkan tadi, Misterius Mematikan," jawab Ridel masih terlihat santai. Bukannya percaya, dokter Albert dan sang adik justru tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, apa kau pikir aku akan percaya kalau kau adalah peretas handal yang pernah membantu perusahaan adikku saat mengatasi masalah? Begitu?' 'Dari mana notebook itu berasal? Bukankah tadi dia hanya memegang ponsel?' Ya! Disaat semua mata tertuju pada dua sosok yang sedang mentertawakan-nya, Ridel menekan lima digit angka pada ponsel. Itulah kenapa tak seorang pun menyadari asal muasal notebook yang kini berada dalam genggaman Ridel, termasuk Alex Smith dan Adrian. "Ridel ... Ridel ... apa kau pikir bisa terus-terusan menahan kami di sini? Tidak! Percaya atau tidak, tapi banyak petinggi kepolisi
"Bukankah itu Nadia?!" Ridel mematung, kekasih yang sudah dua tahun bersamanya tengah bersama laki-laki lain! Parahnya, ia melihat mereka tengah berada di butik gaun pengantin yang mewah! "Mau apa mereka di sana?!" Hari ini, Ridel berniat untuk melamar Nadia. Baginya, dua tahun cukup untuk mengenal Nadia dan sekarang dia yakin ingin menikahinya. Namun sayang, kini ia melihat pacarnya itu sedang bersama pria lain yang berpakaian mewah! "Heh gembel! Mau apa kamu masuk ke toko ini!" Dua orang petugas keamanan menghadang Ridel yang merangsek masuk untuk bertemu dengan Nadia. "Pak, biarkan aku masuk! Aku ingin bertemu dengan pacarku!" Mata salah satu petugas keamanan itu mendelik. "Pacar katamu?! Mana mungkin pacar seorang gembel sepertimu bisa masuk ke toko mewah ini!" Lalu, dengan gerakan kasar, petugas keamanan itu mendorong Ridel hingga terjatuh. Cincin yang Ridel beli sebagai kejutan pun jatuh dan membuat tempatnya yang terbuat dari kayu terbelah menjadi dua. "Brengsek! Kau
Bukannya melepaskan Ridel, satpam itu justru menertawakan lelaki yang baru saja datang. "Apa? Kau memanggil pria ini tuan muda? Hahaha!" ujar Satpam menatap rekan kerjanya sambil tertawa. Detik berikut wajahnya berpaling menatap lelaki asing itu, "Bangun woy ... ini bukan negeri dongeng yang akan mengubah seorang lelaki miskin sepertinya, menjadi tuan muda dalam hitungan detik!" sambung satpam itu dan langsung mendorong Ridel ke trotoar jalan. “Pergi kalian dari sini!” Lelaki misterius itu menatap kedua satpam itu dengan penuh amarah, “Berlututlah dan minta maaf kepada Tuan Muda kami sekarang juga! Kalau tidak ... aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dalam hitungan detik! Paham?”. Jangankan berlutut, meminta maaf pun tak dilakukan kedua satpam itu. Justru sebaliknya, mereka tambah meremehkan. “Oh ... aku takut, Tuan Muda. Hamba mohon, maafkan sikap lancang hamba.” Gelak tawa keduanya semakin jelas terdengar. Lelaki misterius yang kesal langsung merogoh ponsel da
Tiba-tiba tamu undangan saling berbisik, pandangan mata mereka tertuju pada proyektor. Ridel terkejut ketika melihat rekaman video yang terlihat pada layar LCD. Dia tak menyangka Fernando akan Mereka ulang adegan yang terjadi didepan toko, saat dia melamar dan ditolak oleh Nadia. Walaupun Ridel tahu itu bukanlah dirinya, tapi dia hanya bisa bungkam karena memanggil kedua satpam untuk menjadi saksi, itu sama saja membongkar identitasnya. Apalagi dalam rekaman itu ditambah video editan ketika seorang lelaki berusaha memaksa Nadia untuk kabur, yang jelas-jelas memperlihatkan wajahnya pada bagian akhir. Saat dia meninggalkan kamar hotel di mana Nadia dan Fernando berada. Itu cukup membuat tamu undangan yakin kalau pria dalam video itu adalah dirinya. Kini semua mata tertuju padanya. Fernando turun dari puade pernikahan, melangkah mendekati Ridel yang diam membisu. Nadia mengekor dibelakangnya. Plak! Tangan Ridel diam-diam membentuk kepalan, berusaha keras menyembunyikan
Pria tua itu berlutut di kaki Ridel. “Aku mohon menikahlah dengan cucuku. Kau adalah harapan terakhirku. Aku sudah tak punya waktu lagi.” Mata Ridel membulat sempurna mendengar permintaan tak masuk akal dari pria tua itu. Namun, tak mau membuat pria tua itu kecewa. Ridel memilih menjelaskannya secara baik-baik. Dia menggenggam pundak pria tua itu dan berkata dengan lembut, “Kek, pernikahan itu bukanlah sesuatu yang dapat diputuskan secara sepihak. Tapi butuh persetujuan dua orang yang saling mencintai. Sebuah pernikahan akan gagal, kalau tak ada cinta diantara pasangannya.” Ridel terkejut ketika melihat air bening berhasil lolos dari pelupuk mata pria tua itu. “Yang dibutuhkan cucuku sekarang, bukanlah cinta, tapi seseorang yang mau menikahinya. Aku hanya membutuhkan cucuku menyetujui operasi itu. Itu saja.” “Apa?” Pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan uang dari saku kemejanya dan membuka jam tangan miliknya, kemudian memberikannya kepada Ridel. “Untuk sekarang aku hanya memiliki
Ridel menatap gadis itu dalam diam, dia ragu memberikan jawaban. Namun, mengingat bagaimana pengorbanan pria tua yang bahkan mengesampingkan kesehatannya, demi memenuhi syarat persetujuan operasi dari sang gadis. Membuat Ridel berpikir ribuan kali untuk menolaknya “Aku bersedia menikahimu, Nona.” Mata gadis itu memicing, bingung dengan pola pikir Ridel. Tapi janji tetaplah janji, dia juga tak ada alasan untuk menolak pernikahan itu apabila Ridel sendiri yakin dengan keputusannya. Setelah mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak, pria tua itu langsung menelepon seseorang. Tak butuh waktu lama, dua orang pria muncul didepan mereka dan mengaku sebagai petugas pencatatan sipil. Selang beberapa detik seorang wanita muncul dan mengaku sebagai pendeta yang akan meneguhkan pernikahan calon pengantin. Didepan para dokter yang menjadi saksi, petugas capil itu menyodorkan berkas untuk di tandatangani Ridel. Fania Sthephani Mauren? Ridel terkejut, ketika membaca marga Mauren yang
Lima belas menit menunggu, tiba-tiba sebuah mobil hitam parkir tepat didepannya. Meskipun dongkol dengan sikap sopir yang membawa mobil secara ugal-ugalan, tapi Ridel memilih diam membisu. Matanya membulat sempurna, ketika kaca mobil turun secara berlahan, hingga memperlihatkan sosok yang berada dibalik kemudi. Ridel terkejut. Dia sama sekali tak menyangka kalau orang yang ditugaskan menemuinya adalah sahabatnya sendiri, Alex Smith. Sudah hampir setahun Alex Smith menerornya agar mau kembali ke rumah, tapi tak diindahkan olehnya. “Masuk ke mobil!” tegas Alex terlihat kesal. Tak mau menarik perhatian banyak orang, Ridel memilih masuk dan menaikkan kaca mobil. Dia membalas tatapan Alex dengan tajam, “Kenapa dari semua orang kepercayaan ayahku, harus kau yang datang? Kenapa kau tak kembali ke perusahaanmu, ha?” “Kau masih tanya kenapa aku tak kembali ke perusahaanku sendiri? Yang benar saja! Kalau bukan gara-gara anak pembangkang sepertimu, aku mungkin sedang bersantai s