Begitu mendengar perkataan Wesley, Winda pun tertegun sejenak. Kemudian, dia menyadari bahwa perkataan rekannya itu tidak salah.Saat ini, Meghan berdiri di atas panggung. Dia melihat orang-orang di bawah panggung, lalu berkata sambil tersenyum, "Terima kasih kepada semua yang bisa menghadiri acara ulang tahun Grup Oswald di tengah kesibukan kalian. Aku mewakili seluruh staf Grup Oswald untuk mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian semua. Aku harap kita semua bisa bersenang-senang malam ini."Usai Meghan melontarkan kata-kata sambutan, pencahayaan di atas panggung tiba-tiba berubah dari cahaya terang menjadi sorotan kecil yang hanya fokus pada panggung. Kemudian, beberapa pelayan terlihat mengangkat piano dari sisi panggung ke bagian tengah.Meghan tidak ingin memberi pengantar lebih lanjut sehingga hanya mengangguk ke arah para hadirin. Setelah itu, Danzel perlahan berjalan keluar dari kerumunan dan naik ke atas panggung. Keduanya pun duduk bersama.Saat ini, orang-orang baru m
Meghan tidak memiliki kewaspadaan apa pun. Sebab, orang-orang ini adalah keluarganya sendiri. Akan tetapi, dia melupakan bahwa pemikiran anggota Keluarga Oswald tidak dapat dipahami oleh orang normal.Saat Monica mendekatinya, dia sengaja meraih pisau oles dari meja, lalu langsung menusuknya ke arah jantung Meghan tanpa ragu-ragu. Hal ini terjadi begitu tiba-tiba, bahkan pelayan di sekitar pun tidak menyadarinya.Ketika Meghan melihat kilatan cahaya dingin di depannya, dia sontak merasa ada sesuatu yang tidak beres. Meghan memang sangat lincah, tetapi nyawanya tetap akan terancam jika responsnya lebih lambat satu detik.Begitu melihat tikaman tersebut, Meghan langsung menggerakkan tubuhnya secara refleks. Kalaupun akan terluka, dia tidak akan membiarkan pisau itu mengenai titik vitalnya.Alhasil, tubuh Meghan tiba-tiba didorong dengan keras pada momen genting ini. Segera setelah itu, terdengar suara beberapa orang yang terperanjat. Begitu menoleh, Meghan mendapati Leona yang mendekat d
Setelah disela oleh Monica, Efendy jadi terdiam. Kemudian, dia melihat Natasya yang duduk dengan tenang di sofa dan menuangkan secangkir teh. Seketika, Efendy langsung mengerti bahwa kedua orang ini pasti telah melakukan sesuatu di pesta itu. Setelah menekan tombol ponsel, terdengar suara Meghan yang sangat marah."Ini ....""Ayah nggak merasa ini kesempatan yang sangat bagus? Aku akan menyimpan rekaman ini, kelak pasti akan sangat berguna!" seru Monica. Kedua orang itu saling memandang, lalu Efendy seakan-akan teringat dengan sesuatu.Wajahnya yang tampak marah tadi, kini berubah menjadi tersenyum semringah. "Putriku memang hebat," pujinya. Saat berkata demikian, Efendy juga melihat Natasya yang tersenyum diam-diam."Tenang saja, Nak. Ayah akan mendukungmu sepenuhnya dalam hal ini," ujar Efendy. Monica memang sedang menunggu pujian dari ayahnya ini. Kini dia merasa sangat bangga. Sejak Meghan kembali, Monica selalu saja ditekan. Sekarang dia telah menemukan kesempatan untuk membalas p
Mendengar pertanyaan itu, Meghan melihat sekilas penampilan wanita di depannya ini. Jika bisa menempati posisi manajer, menandakan bahwa wanita ini punya kemampuan dan pengalaman. Sebenarnya ada banyak sekali orang seperti ini dalam lingkungan kerja. Namun, yang membuat Meghan merasa suka pada Ilene adalah sikapnya yang tetap positif setelah melalui begitu banyak hal yang menerpanya dalam dunia kerja.Bahkan Meghan sendiri juga ragu bisa bersikap sepositif ini. Meghan mengambil cangkir kopi, lalu menyeruputnya dan berkata dengan perlahan, "Punya keberanian, motivasi, dan cedas. Aku suka orang seperti ini. Lagi pula ...."Ucapan Meghan terhenti sejenak saat mengaduk cangkir kopinya lagi. Setelah itu dia melanjutkan, "Lagi pula, pekerjaanmu sangat teliti dan cermat."Ilene mengedip-ngedipkan matanya mendengar pujian Meghan. Seketika, dia tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Sesaat kemudian, dia baru mengambil kontrak itu dan tersenyum tersipu. "Kalau begitu, Bu Meghan tenang saja. Saya a
Ucapan Meghan ini membuat Champ mengubah penilaiannya. Dengan kata lain, Champ sukarela membahas hal ini dengan Meghan ataupun melanjutkan percakapan lainnya. "Kalau begitu, mohon Nona ...."Meghan mendengus dalam hati melihat tatapan Champ. Pria ini memang sangat licik. Dia selalu saja ingin mendapatkan keuntungan terlebih dulu."Namaku Meghan," timpal Meghan."Mohon Nona Meghan tunjukkan padaku," kata Champ dengan tersenyum. Sebelum dia selesai bicara, Meghan sudah menuangkan beberapa anggur untuk dicicipi. Selanjutnya, Meghan benar-benar menjelaskan secara terperinci mengenai anggur yang dicicipinya. Bahkan orang yang tidak sengaja lewat juga menghentikan langkahnya untuk mendengar penjelasan Meghan."Aku benar-benar nggak menyangka. Sudah berkali-kali aku datang ke acara tes anggur seperti ini. Tapi, baru kali ini aku bertemu dengan orang seperti Nona," puji Champ sambil bertepuk tangan.Namun, kekasih yang berdiri di samping Champ tidak tahan lagi diabaikan sedari tadi. Dia langsu
Usai bicara, Meghan mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada Champ. Selanjutnya, dia langsung berbalik dan keluar dari ruangan tanpa menoleh sama sekali. Langkah kakinya sangat stabil bagaikan tidak meminum alkohol sama sekali.Sementara itu, Champ melihat sosok Meghan yang berjalan keluar dengan termenung. Kemudian, dia menunduk melihat kartu nama itu sekilas. Kartu nama itu tampak seperti sebuah kertas biasa, tanpa label perusahaan ataupun nama Meghan. Yang tertera hanya serangkaian nomor ponsel.Sebenarnya, Meghan tidak berencana memberitahukan identitasnya kepada Champ untuk saat ini. Pemikiran orang bisnis biasanya lebih jauh daripada orang awam. Singkatnya, Meghan tidak ingin membuat Champ merasa waswas sebelum proyek ini sudah pasti.Meghan duduk di dalam mobil yang sedang melaju perlahan. Dari kaca spion, Wesley melihat Meghan yang sedang memejamkan matanya untuk beristirahat. Dia bertanya dengan cemas, "Bos nggak apa-apa, 'kan? Apa perlu kubukakan jendela?"Saa
Champ memang agak mabuk, tetapi tidak sampai kehilangan kesadaran sepenuhnya. Dia melihat kedua benda di tangan Meghan sambil memicingkan matanya. Setelah itu, Champ jadi sadar dari mabuknya."Bu Meghan ....""Pak Champ, perusahaan Pak Austin sudah kuakuisisi saat ini. Kontrak yang kalian tandatangani sebelumnya juga akan diambil alih olehku."Awalnya Champ mengira Meghan hanya seorang nona besar dari keluarga kaya biasa. Setelah dilihat dengan jelas sekarang, Champ bahkan ketakutan terhadap Meghan. Setelah bangkit dengan bersusah payah, Champ menelan ludah saat berkata, "Ini ... bukankah masalah ini seharusnya dibahas lebih lanjut lagi ....""Tentu saja."Dikejutkan oleh aura Meghan yang kuat, Champ mengalihkan pandangannya di antara Meghan dan kontrak tersebut."Baik, aku janji pada Bu Meghan akan mendiskusikan ulang masalah ini." Lokasi pertemuan mereka hari ini tidak terlalu berkenan. Champ takut bahwa Meghan akan membocorkan masalah ini. Di sisi lain, Champ tidak ingin memutuskan
Respons Edmund sangat cepat. Kalau tidak, dia pasti sudah keracunan makanan malam ini. Di saat makanan tidak jelas itu menyentuh bibirnya, Edmund langsung meloncat dari kursinya dan berlari ke lantai dua.Di tengah perjalanan, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan pergi ke ruang kerja Danzel. Edmund sudah lama bersahabat dengan Danzel, dia tahu bahwa Danzel punya kebiasaan menyimpan anggur yang berkualitas di ruangan itu.Sesuai dugaannya, terlihat sebotol anggur merah yang baru saja dibuka segelnya di meja samping rak buku. Baik dari segi tempat produksi maupun tahun pembuatannya, anggur ini jelas sekali adalah harta karun.Edmund tersenyum licik, lalu berjalan ke lantai bawah dan mengisi gelas setiap orang dengan anggur ini hingga penuh. Danzel tentu tidak akan keberatan, dia hanya melihat Meghan yang sedang asyik mengobrol dengan Ilene dan Alisa. Danzel merasa sangat senang akan hal ini. Bagaimanapun, Meghan sepertinya sudah lama tidak sesantai ini.Pada akhirnya, semua hidangan di mej