Usai bicara, Meghan mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada Champ. Selanjutnya, dia langsung berbalik dan keluar dari ruangan tanpa menoleh sama sekali. Langkah kakinya sangat stabil bagaikan tidak meminum alkohol sama sekali.Sementara itu, Champ melihat sosok Meghan yang berjalan keluar dengan termenung. Kemudian, dia menunduk melihat kartu nama itu sekilas. Kartu nama itu tampak seperti sebuah kertas biasa, tanpa label perusahaan ataupun nama Meghan. Yang tertera hanya serangkaian nomor ponsel.Sebenarnya, Meghan tidak berencana memberitahukan identitasnya kepada Champ untuk saat ini. Pemikiran orang bisnis biasanya lebih jauh daripada orang awam. Singkatnya, Meghan tidak ingin membuat Champ merasa waswas sebelum proyek ini sudah pasti.Meghan duduk di dalam mobil yang sedang melaju perlahan. Dari kaca spion, Wesley melihat Meghan yang sedang memejamkan matanya untuk beristirahat. Dia bertanya dengan cemas, "Bos nggak apa-apa, 'kan? Apa perlu kubukakan jendela?"Saa
Champ memang agak mabuk, tetapi tidak sampai kehilangan kesadaran sepenuhnya. Dia melihat kedua benda di tangan Meghan sambil memicingkan matanya. Setelah itu, Champ jadi sadar dari mabuknya."Bu Meghan ....""Pak Champ, perusahaan Pak Austin sudah kuakuisisi saat ini. Kontrak yang kalian tandatangani sebelumnya juga akan diambil alih olehku."Awalnya Champ mengira Meghan hanya seorang nona besar dari keluarga kaya biasa. Setelah dilihat dengan jelas sekarang, Champ bahkan ketakutan terhadap Meghan. Setelah bangkit dengan bersusah payah, Champ menelan ludah saat berkata, "Ini ... bukankah masalah ini seharusnya dibahas lebih lanjut lagi ....""Tentu saja."Dikejutkan oleh aura Meghan yang kuat, Champ mengalihkan pandangannya di antara Meghan dan kontrak tersebut."Baik, aku janji pada Bu Meghan akan mendiskusikan ulang masalah ini." Lokasi pertemuan mereka hari ini tidak terlalu berkenan. Champ takut bahwa Meghan akan membocorkan masalah ini. Di sisi lain, Champ tidak ingin memutuskan
Respons Edmund sangat cepat. Kalau tidak, dia pasti sudah keracunan makanan malam ini. Di saat makanan tidak jelas itu menyentuh bibirnya, Edmund langsung meloncat dari kursinya dan berlari ke lantai dua.Di tengah perjalanan, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan pergi ke ruang kerja Danzel. Edmund sudah lama bersahabat dengan Danzel, dia tahu bahwa Danzel punya kebiasaan menyimpan anggur yang berkualitas di ruangan itu.Sesuai dugaannya, terlihat sebotol anggur merah yang baru saja dibuka segelnya di meja samping rak buku. Baik dari segi tempat produksi maupun tahun pembuatannya, anggur ini jelas sekali adalah harta karun.Edmund tersenyum licik, lalu berjalan ke lantai bawah dan mengisi gelas setiap orang dengan anggur ini hingga penuh. Danzel tentu tidak akan keberatan, dia hanya melihat Meghan yang sedang asyik mengobrol dengan Ilene dan Alisa. Danzel merasa sangat senang akan hal ini. Bagaimanapun, Meghan sepertinya sudah lama tidak sesantai ini.Pada akhirnya, semua hidangan di mej
Melihat ini, Meghan tersenyum dingin dan mengaitkan jari pada orang di belakangnya. Kemudian, sekelompok orang itu berjalan ke depan ruang kantor Champ.Sesuai dugaan, terlihat wanita itu menopangkan kedua tangannya ke meja sambil mengadu dengan lantang.Champ benar-benar kebingungan dibuatnya. Hanya saja, dia sangat menyayangi wanita ini. Kebetulan sekali, Champ yang mendongak langsung melihat Meghan yang berdiri di depan kantornya.Sebenarnya, Champ memiliki maksud lain terhadap Meghan. Akan tetapi, dia tidak bisa mengabaikan wanitanya begitu saja. Lagi pula, Champ memang sudah jengkel dengan Meghan yang mendekatinya karena tujuan tertentu. Belum lagi ancaman terang-terangan waktu itu.Begitu memikirkan berbagai hal ini, Champ sontak menggebrak meja dan berkata dengan marah, "Bu Meghan, sepertinya kerja sama ini harus dibatalkan!""Oh ya?" Meghan tidak menduga Champ akan mengakhiri kerja sama semudah ini. Sepertinya, posisi wanita ini cukup hebat. Namun ...."Aku tentu tidak bisa mem
Setelah Leona mengembalikan saham Grup Oswald kepada Meghan, wanita ini benar-benar hilang begitu saja. Tidak ada yang tahu dia pergi ke mana.Meghan terlalu sibuk sehingga tidak sempat untuk memikirkan rencana Leona. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, Meghan menjadi makin yakin dengan pemikiran sebelumnya.Kemungkinan besar, Leona memang hanya berpura-pura sebelumnya. Kalau memang seperti itu, dia pasti akan mencari Meghan lagi.Fakta membuktikan bahwa sebagian besar pemikiran Meghan ini benar. Hanya saja, Leona bukan tidak mencarinya, melainkan menggunakan identitas lain untuk menghubungi Monica.Sejak awal, Leona dan Monica memang sudah bersekongkol. Perlahan-lahan, hubungan mereka pun menjadi makin dekat. Bahkan, Monica yang menikam Meghan di acara Grup Oswald juga merupakan bagian dari rencana Leona.Ketika Monica mendapatkan pesan dari pria asing, dia pun teringat pada nama kode yang diberikan oleh Leona waktu itu. Sesudah memikirkan beberapa hal, dia tahu bahwa pengi
"Ayah! Meghan sudah menginjak-injak harga diri kita! Gimana bisa kamu masih menahan diri?" seru Monica dengan berang, seperti ingin melampiaskan seluruh amarahnya."Ayah! Kamu nggak merasa kita menjadi seperti ini karena kamu terlalu banyak pertimbangan? Sikapmu ini yang membuat kita menjadi nggak melakukan perlawanan berarti!" bentak Monica.Efendy merasa sangat tidak nyaman saat mendengar semua ini. Sementara itu, Monica seperti telah bertekad akan membujuk Efendy sampai menyetujui rencana ini."Ayah! Masa kamu ingin melihat Meghan bertindak sewenang-wenang terus? Kamu ingin melewati kehidupan seperti ini untuk seumur hidup?" lanjut Monica.Begitu mendengar perkataan ini, Efendy yang awalnya duduk tegap seketika merilekskan tubuhnya. Jelas, Monica tahu ayahnya ini telah memberikan persetujuan.Keesokan harinya, Meghan sedang mengadakan rapat di perusahaan cabang. Ketika Austin menjadi presdir, perusahaan telah menderita banyak kerugian. Meskipun Meghan turun tangan, dia tetap membutu
Begitu melihat berita yang tersebar di internet, Danzel langsung meninggalkan ruang kantornya tanpa sempat memedulikan hal lain. Perasaannya sungguh kacau sampai-sampai dia tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.Danzel tidak pernah peduli dengan latar belakang Meghan. Menurutnya, tidak ada yang perlu ditanyakan dalam hal ini. Jika Meghan ingin menceritakannya, Danzel tentu akan mendengarkannya. Jika tidak, Danzel juga tidak keberatan karena dia tidak peduli.Jadi, begitu melihat berita tersebut, Danzel tanpa sadar berpikiran bahwa kenyataannya memang seperti itu. Setelah melihat wajah Meghan yang pucat dan dipenuhi amarah, hati Danzel terasa sakit. Tanpa memedulikan orang lain di ruang rapat, Danzel langsung maju untuk memeluknya."Istriku, jangan takut, masih ada aku di sini ...." Danzel tidak pintar menggombal. Namun, perkataan seperti ini justru membuat Meghan merasa lebih tenang.Tercium aroma tubuh Danzel yang wangi. Meghan memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam sebelum
Jika dibandingkan dengan beberapa kemungkinan yang belum pasti, semua orang tentu akan mempertimbangkan ancaman terang-terangan di depan mereka. Jelas, Axel merasa takut dengan desakan Meghan ini.Dengan tubuh yang gemetaran, Axel mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka email yang diterimanya sebelumnya. Dia berucap, "Ini email-nya. Tapi, aku nggak tahu siapa pengirimnya karena anonim. Apa aku sudah boleh pergi?"Meghan tidak sempat memedulikan hal lain lagi sekarang. Setelah mencatat alamat email tersebut, dia langsung mengirimkannya kepada Bayangan.Beberapa menit kemudian, Meghan menerima sebuah alamat spesifik. Ada juga informasi tentang penyewaan rumah tersebut. Jelas, orang itu tidak benar-benar tinggal di sana.Sesudah memastikan lokasinya, Meghan menutup ponselnya dan berniat keluar. Akan tetapi, Danzel segera menghalanginya dan berkata, "Aku akan menemanimu.""Kamu khawatir aku tidak bisa berpikir dengan jernih?" tanya Meghan sembari tersenyum sinis saat melihat ekspresi