Kemudian, Danzel menggendong Meghan dan menempelkan dagunya di wajah Meghan. Gerak-gerik Danzel ini seperti berusaha menghibur Meghan. Saat hendak pergi, Austin berusaha bangkit dari lantai dengan wajah yang membengkak. Austin berujar, "Tuan Danzel, akhirnya kita bertemu juga."Austin tentu merasa tidak rela karena hampir mendapatkan Meghan. Jadi, dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon bawahannya. Danzel mencibir ketika melihat tindakan Austin, dia merasa Austin sangat konyol. Kalau bukan karena sedang menggendong Meghan, Danzel pasti akan menghajar Austin sampai babak belur.Tiba-tiba, Meghan mengerang, "Ugh ...." Wajahnya juga makin memerah.Danzel merasa gugup, dia juga tidak ingin berbasa-basi lagi dengan Austin, lalu langsung mengancam, "Austin, kalau kamu tidak mau tempat persembunyianmu di Provinsi Narnila dihancurkan oleh kreditur, cepat pergi."Danzel tidak sempat lagi memperhatikan ekspresi Austin yang terkejut, dia langsung membawa Meghan pergi meninggalkan hotel. Setelah D
Danzel yang tiba-tiba dibentak Meghan tertegun sejenak. Kemudian, Danzel tersenyum saat melihat wajah Meghan yang memerah dan bekas di bahunya. Danzel berucap, "Sepertinya, tenagamu sudah pulih. Aku tidak perlu khawatir lagi."Begitu Danzel selesai bicara, Meghan melempar bantal ke arahnya. Danzel yang gesit berhasil menghindar dan senyum di wajahnya makin lebar.Danzel sangat memahami Meghan. Jika Meghan terdiam, itu berarti dia marah. Namun, jika Meghan marah-marah seperti ini, berarti dia hanya merasa malu.Hanya saja, sekalipun merasa senang, sebenarnya Danzel tetap agak khawatir. Tenaga Meghan pasti terkuras setelah memakan obat itu. Jadi, pertengkaran ini harus diabaikan untuk sementara waktu dan Meghan harus makan terlebih dahulu. Kalau Meghan sakit, bukankah Danzel sendiri yang akan merasa tidak tega?Setelah itu, Danzel memungut bantal yang dilempar Meghan dan meletakkannya lagi di belakang pinggang Meghan. Kemudian, Danzel mengangkat mangkuk bubur dan berkata, "Nyonya Lewis,
Jelas bahwa Meghan yang berteriak secara tiba-tiba membuat tangan Danzel gemetar sejenak. Kadang kala, istrinya ini bisa sangat menakutkan ketika sedang marah. Kedudukan mereka di masa depan sudah jelas terlihat sekarang.Untungnya, Danzel segera bangkit ketika Meghan mencoba untuk meraih mangkuknya. Akibatnya, tangan Meghan tidak meraih apa pun dan sosoknya jatuh ke ranjang. Seiring dengan pergerakannya itu, punggung mulus wanita itu pun terpampang di udara. Kulit putihnya memiliki beberapa bekas merah. Jelas itu merupakan bukti dari kegairahan semalam.Danzel langsung menutup matanya. Dia tidak mampu menahan diri atas hal-hal seperti ini. Sementara itu, Meghan bisa merasakan sensasi dingin di punggungnya dan segera duduk tegak. Dia segera mengambil kemeja di atas ranjang dan mengenakannya. Namun, setelah itu dia baru menyadari bahwa itu adalah pakaian Danzel.Pikirannya lagi-lagi menjadi kacau, tetapi ini lebih baik daripada tidak mengenakan pakaian sama sekali. Apa yang tidak diketa
Tendangan Meghan sangat kuat, tetapi tenaganya tidak cukup untuk menjatuhkan Danzel. Sebab, dia sendiri juga merasa sedikit tidak tega. Selain itu, tubuhnya juga belum pulih sepenuhnya setelah melalui malam yang melelahkan.Faktanya, Danzel sengaja menjatuhkan dirinya ke bawah ranjang untuk menyenangkan hati Meghan yang sedang marah. Segalanya terjadi begitu tiba-tiba. Danzel merasa tidak nyaman, juga merasa bersalah kepada Meghan.Tidak perlu membahas soal obat, tindakannya ini bukanlah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, melainkan upaya penyelamatan. Secara teori memang benar seperti itu, tetapi karena perasaan suka dan peduli, ada ketegangan di dalam hati masing-masing.Itu sebabnya, pertanyaan barusan sengaja dilontarkan oleh Danzel supaya mereka bisa meluruskan segalanya dan membuka hati satu sama lain. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa ketika jatuh dari ranjang, Meghan yang duduk di atas malah menunjukkan tatapan penuh kasih sayang. Di momen itu, segala sesuatu terasa s
Austin sedang duduk di atas sofa sembari menghela napas lega karena tidak langsung diusir oleh Danzel. Bisa dikatakan bahwa dirinya sudah diterima. Hanya saja, Austin merasa sikap seperti ini sangat canggung. Dia tidak tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Danzel dan Meghan."Tuan Austin, saat itu bagaimana kamu bisa mengenal ibu dari istriku?" tanya Danzel. Mendengar Danzel menyebut Meghan sebagai istrinya, tatapan Austin sedikit berbinar sejenak. Dia meletakkan sikunya di atas lutut sambil melipat kedua telapak tangannya. Setelah ragu untuk beberapa saat, dia tampak sedang bernostalgia, lalu menjawab, "Sebenarnya aku memang seharusnya kenal. Lagi pula, aku memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga ibunya."Melihat ekspresi Austin yang sedikit khawatir, Meghan duduk di sebelah dengan tenang, tetapi hatinya merasa gelisah. Meskipun sudah jelas, semua ini mungkin adalah tipuan Austin. Di sisi lain, masalah ini berhubungan dengan ibunya, jadi bagaimanapun juga Meghan tidak bis
Mendengar ini, Danzel tertegun saat melihat Meghan yang tampak puas sambil tertawa. Wanita di depannya memang bisa menipu dirinya, jadi bagaimana mungkin Meghan bisa tertipu oleh tipuan rendahan Austin?Setelah memeriksa semua data pembukuan yang ada di tangannya, Meghan segera menghubungi Austin. Pembicaraan kali ini sangat singkat. Meghan hanya memberi tahu Austin bahwa dirinya menerima kompensasi yang ditawarkan oleh Austin. Di ujung telepon, Austin jelas tercengang. Dia sama sekali tidak menyangka Meghan akan memberinya jawaban secepat ini. Dia tentu saja sangat senang, tetapi dia tidak tahu bahwa Meghan dan Danzel sudah menemukan kelemahannya.Selanjutnya, Meghan menghubungi Winda. Dia berucap, "Winda, beberapa hari ini tolong perhatikan saham perusahaan milik Austin. Kalau pria ini mau menjual sahamnya, kamu langsung beli saja semuanya.""Apa kamu mau menunjukkan identitas?" Winda sudah mengikuti Meghan untuk waktu yang lama. Dia juga sudah terbiasa langsung melakukan pekerjaann
Leona terhuyung. Namun, Danzel tetap bergeming. Bagaimanapun, Leona sudah sering berpura-pura jatuh seperti ini.Alhasil, Leona terjatuh ke sofa, lalu dia berkata dengan terisak-isak, "Danzel, aku tahu kamu nggak percaya kepadaku. Tapi, aku tiba-tiba merasa capek sekali. Kelak, aku nggak mau rebutan lagi."Danzel tidak menduga Leona akan berbicara seperti ini. Hal ini karena Danzel sudah banyak melihat orang-orang yang berniat jahat. Namun, orang yang bertobat sangat jarang ditemui.Tak lama kemudian, Leona pun tertidur di sofa. Danzel memperhatikan ekspresi Leona. Anehnya, Danzel merasa Leona tidak berpura-pura sedih. Danzel juga tidak berlama-lama lagi, dia langsung pergi meninggalkan apartemen Leona.Setelah itu, Danzel menyuruh Remy untuk menyelidiki masalah yang diceritakan Leona. Sesudah Danzel kembali ke vila, Remy menelepon, "Tuan Danzel, seperti yang dikatakan Nona Leona, masalah keuangan perusahaan Austin memang bermasalah. Perusahaan Austin hampir bangkrut."Danzel tidak mer
Sebenarnya, para dewan direksi tidak menentang keputusan Austin yang menyatakan bahwa perusahaan bangkrut karena mereka ingin segera mendapatkan uang. Sekarang, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul bersedia menyelamatkan perusahaan. Tentu saja, hal ini tidak ada ruginya bagi mereka.Selain itu, saham milik mereka sudah tidak berguna. Jadi, jika ada yang ingin mengakuisisi semua saham perusahaan, ini adalah hal yang menguntungkan. Para dewan direksi diam-diam sudah setuju, tetapi masih berpura-pura ragu-ragu. Winda juga tidak mendesak mereka, dia hanya terdiam sambil menyaksikan sandiwara mereka.Sementara itu, raut wajah Austin sangat masam. Sesungguhnya, dia masih tidak mengerti apa yang terjadi.Setelah beberapa saat, suara diskusi di ruang rapat pun terhenti. Salah satu dewan direksi memandang Winda seraya bertanya, "Oke, kami setuju dengan keputusan ini. Tapi, bagaimana kalau kamu menipu? Kapan kita menandatangani kontrak akuisisi?"Sebenarnya, para dewan direksi hanya memikirk