Ketika menerima panggilan Danzel barusan, Meghan sedang beristirahat di hotel. Bagaimanapun, tidur beberapa jam di pesawat tidak cukup untuk menghilangkan rasa lelah. Apalagi Meghan bertemu dengan Luis setelah turun dari pesawat.Saat ini, Meghan berbaring di ranjang sambil mengingat kembali pesan Danzel barusan dan tak kuasa tersenyum. Dia sudah mendengar beberapa informasi di Negara Mirablue. Namun, kalau tidak keluar karena orang-orang ini, dia sendiri yang akan rugi.Selain itu, Alisa baru saja meneleponnya sejam lalu. Entah dari mana Alisa tahu bahwa Meghan pergi ke Negara Mirablue, dia meminta oleh-oleh parfum limited edition dari Meghan. Ada bagusnya juga kalau pergi berbelanja, rasanya akan sangat melelahkan kalau dia hanya datang untuk mengurus bisnis.Setelah memikirkan ini, Meghan bangkit dari ranjangnya. Ketika melihat 2 pasang sepatu di kopernya, tatapannya seketika agak berbinar-binar. Selesai mandi dan bersiap-siap, Meghan pun keluar dengan mengenakan sepatu botnya.Parf
Hanya dalam beberapa menit, para preman itu sudah mengalami banyak cedera. Meskipun tidak mengenai organ vital, mereka kehilangan banyak darah sehingga tenaga mereka terkuras banyak.Di sisi lain, Meghan hanya mengalami sedikit luka goresan. Itu terjadi karena tubuhnya tidak sengaja bergesekan dengan dinding di sekitar saat menghindari peluru.Kedua belah pihak jelas sudah kelelahan, gerakan mereka juga mulai melambat. Meskipun tempat ini memang sepi, pasti ada pejalan kaki yang lewat. Semuanya pun berhenti untuk menyaksikan kejadian ini.Perkelahian seperti ini sudah wajar di Negara Mirablue. Namun, ini pertama kalinya mereka melihat 3 orang preman melawan seorang wanita cantik dari negara asing. Kerumunan menjadi makin ramai. Suara tembakan di sini telah menarik perhatian polisi yang berpatroli."Angkat tangan kalian!" Teriakan ini membuat Meghan sontak termangu, sedangkan para preman itu pun panik. Namun, mereka tidak mungkin berani menembak lagi. Dengan kemunculan para polisi ini,
Melihat ekspresi beberapa orang itu yang merasa tertekan, Meghan tersenyum sinis dan menyimpan kembali pistol ke pinggangnya, lalu berjalan keluar. Mungkin karena baru saja bertempur dengan sengit, semangat dan kegembiraan dalam dirinya masih belum reda. Setelah keluar dari kantor polisi, dia tersenyum lebar dan langkahnya menjadi lebih cepat.Setelah insiden itu, langit sudah gelap, tetapi jalanan menjadi lebih ramai dibandingkan sebelumnya. Kehidupan malam di Negara Mirablue sangat ramai, dengan berbagai bar dan klub malam yang tersebar di mana-mana.Namun, setelah melewati sebuah gang kecil, Meghan melihat sebuah bar. Dia tidak suka tempat-tempat seperti klub malam yang bising dan kacau. Dia juga tidak ingin diganggu oleh orang lain, sehingga dia memutuskan untuk masuk ke bar. Begitu masuk, terdengar musik berirama diputar di dalam bar, tetapi tidak terlalu keras. Melihat suasana itu, Meghan tersenyum puas. Tanpa memedulikan pandangan orang-orang, dia langsung menuju ke bar."Ada ko
Suasana di sekitar dan pengaruh alkohol tinggi dalam tubuhnya membuat Meghan hampir berada dalam keadaan lupa diri. Menurutnya, dia sudah jarang bisa rileks seperti ini. Dia selalu terlihat percaya diri dan mampu mengendalikan segala hal, tetapi hanya hatinya sendiri yang tahu beban yang harus dia tanggung.Melawan keluarga dan ayahnya sendiri ini saja sudah terdengar tidak masuk akal, apalagi melakukannya. Tentu saja bisa dibayangkan betapa sulitnya hal itu. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan dirinya malam ini agar bisa bertahan lebih lama.Meghan melempar jaketnya ke sudut panggung. Saat ini, dia mengenakan celana jeans yang ketat dan kemeja yang longgar. Pakaiannya lebih tertutup dibandingkan dengan pakaian semua orang di dalam bar dan tidak menampakkan kulitnya. Meskipun begitu, dia tetap menjadi orang yang paling seksi di bar itu.Penduduk lokal merasa terkejut dan senang melihat kehadiran Meghan. Ada beberapa orang yang merasa langsung bersemangat dan segera mengelu
Meghan mendengar dengan jelas pertanyaan Danzel, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Pertanyaan apa itu? Dia mengernyitkan alisnya dan melirik ke arah lain. Setelah bingung sejenak, baru berbicara dengan nada suara yang pelan. Suaranya itu juga terdengar samar-samar, jelas dia masih dalam pengaruh alkohol."Aku tadi berdansa di bar. Kenapa?"Mendengar jawaban itu, Danzel menggertakkan giginya dengan makin kuat. Melihat ekspresi Meghan yang tidak bersalah, dia bingung entah harus marah atau tidak. Pada akhirnya, dia menghela napas dengan tak berdaya dan mengulurkan tangannya. Kali ini, dia tidak menarik pergelangan tangan Meghan, tetapi langsung bergandengan tangan."Kita pergi ke ....""Kembali ke hotel!"Meghan masih belum menyelesaikan perkataannya, Danzel langsung menyelanya terlebih dahulu. Mereka telah mengenal satu sama lain begitu lama, tetapi ini adalah kali pertama dia berbicara dengan nada yang tegas seperti ini dengan Meghan. Jarak antara bar dan hotel tidak b
Danzel dan Meghan merasa hal ini tidak terlalu berlebihan. Bagaimanapun, hubungan mereka adalah suami istri. Justru akan menjadi masalah besar jika mereka tidak sekamar. Setelah keduanya selesai mandi secara bergantian, mereka pun berbaring di ranjang. Suasana dalam kamar seketika menjadi sangat hening.Berhubung ranjang tambahan itu adalah single bed, Danzel merasa agak tidak leluasa karena kakinya yang panjang. Meghan juga menyadari hal ini, sehingga dia bertanya dengan suara pelan, "Mau tukaran tempat tidur?" Bagaimanapun, Danzel melakukan semua ini demi dirinya, Meghan merasa harus memperlakukannya dengan baik."Kamu istirahat yang baik saja." Hanya dengan sedikit perhatian dari Meghan saja sudah membuat Danzel merasa lebih nyaman daripada tidur di ranjang besar. Pada saat ini, keduanya tidak lagi berbicara. Suasana di kamar itu kembali menjadi hening.Setelah lima menit kemudian, Danzel masih terjaga dengan kedua matanya yang menatap langit-langit kamar. Pikirannya sangat kacau sa
Sebuah perasaan gelisah melintas di hati Meghan. Dia bertatap mata dengan Danzel, lalu langsung melepas sabuk pengaman. "Masalah selalu datang bertubi-tubi," gumam Meghan dengan suara pelan. Kemudian, dia berjalan menuju kokpit.Saat berjalan ke arah kokpit, dia melihat pilot tersebut telah terkulai lemas. Lengan pilot itu telah meluncur dari konsol dan tidak lagi mengendalikan pesawat."Sialan ...," kutuk Meghan. Seakan-akan telah bisa memprediksi apa yang terjadi, Meghan berjalan mendekati pilot tersebut. Sesuai dugaan, pilot itu sudah bunuh diri dengan menembakkan peluru di mulutnya.Pesawat yang sudah tidak stabil itu kini bergerak menuju arus udara yang tidak menentu. Tanpa adanya orang yang mengendalikan, pesawat itu pun mulai bergerak turun. Tanpa ragu-ragu, Meghan menendang tubuh pilot itu dari kursi, lalu mengatur jarak pandangnya dan mengambil alih kendali pesawat.Lantaran tidak mendengar suara atau pergerakan apa pun, Danzel mulai khawatir dan mendekati kokpit untuk memerik
Meghan tidak mendaratkan pesawat mereka di lokasi yang terlalu terpencil. Jadi, meskipun tempat ini cukup luas, masih ada tanda-tanda kehidupan dan bangunan di sekitarnya."Untungnya kita nggak mendarat di pulau terpencil," kata Meghan sambil tersenyum ringan, mencoba untuk meredakan ketegangan dalam suasana hati mereka. Bagaimanapun, mereka telah melewati situasi yang sangat tegang barusan.Danzel menatap wajah Meghan dan perlahan mengulurkan jarinya, lalu merapikan rambut Meghan yang sedikit berantakan. Meghan merasa agak kaku saat Danzel menyentuhnya. Namun, dia tidak menyingkirkan tangan itu. Jarak kedua orang itu sangat dekat, mereka bahkan bisa melihat ekspresi satu sama lain dengan jelas."Terima kasih atas pertolonganmu. Tanpa bantuanmu, mungkin aku nggak akan selamat," kata Danzel dengan tulus. Ucapan itu benar-benar tulus dari lubuk hatinya. Danzel bahkan tidak menyangka Meghan memiliki kemampuan mengemudikan pesawat sehebat ini.Mendengar perkataan itu, Meghan tersenyum dan