Mendengar kata-kata itu, Leona benar-benar tercengang. Kedua tangannya berhenti di tengah udara, tetapi dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.Selama bertahun-tahun bekerja untuk Danzel, Leona belum pernah ditegur dengan nada ancaman seperti ini. Dia pun menelan ludah dengan susah payah dan sangat gugup hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Sementara itu, Danzel yang melihat ekspresi Leona pun agak mengernyit, lalu akhirnya menghela napas. Setelah ragu-ragu sejenak, Danzel tampak berbalik dan masuk ke ruangan yang ada di kantor polisi. Kemudian, setelah Leona tersadar kembali, Danzel sudah keluar dari ruangan itu."Nona Leona, tolong jaga sikapmu ke depannya," ucap kapten dengan acuh tak acuh. Melihat situasi ini, Leona baru menyadari apa yang telah terjadi. Mungkinkah barusan Danzel pergi mencari kapten polisi untuk memintanya melepaskan Leona?Tentunya ini adalah kabar baik, tetapi Leona masih merasa berat di dalam hatinya. Dia bahkan tidak merasa lega sedikit pun. Dia meng
Semua orang yang duduk di tempat adalah petinggi dari berbagai departemen di Grup Oswald. Mereka tahu jelas perkembangan perusahaan dalam waktu dekat. Bagaimanapun, masalah di pelelangan sangat heboh. Jadi, mereka semua tahu bahwa proyek yang akan dijalankan selanjutnya adalah Danau Yutu.Hanya saja, ketika Meghan mengumumkan kabar ini, mereka tetap merasa terkejut. Jika sebuah perusahaan menerima proyek besar dari pemerintah, persiapan di tahap awal tetap membutuhkan waktu 1 bulan lebih. Siapa sangka, saat ini Meghan malah menetapkannya dalam waktu setengah bulan.Manajer Departemen Pemasaran mengangkat tangan secara perlahan dan berucap, "Bu Meghan, kenapa ... kenapa begitu cepat ...." Dia mewakili semua orang di tempat untuk menyatakan kebingungan mereka.Meghan hanya tersenyum dan berujar, "Kalian semua bisa melihat struktur secara keseluruhan. Kalau ada masalah, kita akan langsung merevisinya."Meskipun Monica telah membuat seluruh rancangan operasi proyek, dia sama sekali tidak t
Sebenarnya, Meghan tidak perlu begitu terburu-buru. Dia bisa beristirahat dulu malam ini, lalu berangkat besok pagi. Namun, saat ini Meghan tidak ingin melihat Danzel. Jadi, dia pasti tidak akan bertemu dengan Danzel kalau pulang sekarang.Setelah membereskan barang-barangnya, Meghan pun berangkat dengan mengendarai mobilnya. Dia menjemput Winda terlebih dahulu. Ketika dalam perjalanan menuju Danau Yutu, ponsel Meghan berdering. Meghan tersenyum melihat nama yang muncul di layar ponselnya, lalu segera menerima panggilan telepon itu.Alhasil, Meghan yang baru saja menempelkan ponsel ke telinganya mendengar keluhan dari ujung telepon. "Meghan, kamu benar-benar tega! Nggak masalah kalau kamu nggak menjengukku! Tapi, masa kamu membiarkan aku keluar dari rumah sakit sendiri hari ini?"Teriakan Alisa membuat Meghan merasa agak bersalah. Belakangan ini, Meghan sibuk mengurus pekerjaan di perusahaan. Meskipun sering menelepon, Meghan memang tidak sempat menjenguk Alisa.Sejujurnya, ini merupak
Meghan sama sekali tidak menyangka sikap Alisa pada Edmund akan berubah. Sebenarnya, Meghan tidak terlalu memahami Edmund. Namun, saat berinteraksi dengan orang lain, kesan pertama sangat penting.Saat memikirkan hal ini, Meghan mengangkat alisnya dan berniat membujuk Alisa. Alhasil, Meghan tertegun ketika melihat tampang Alisa. Dia berkata, "Kamu ... kenapa matamu memelotot?"Kala ini, mobil sudah berhenti. Alisa memandang ke luar jendela sambil mengedipkan matanya."Hei, apa ini efek samping dari pukulan kemarin?" ujar Meghan. Dia melambaikan tangannya di depan Alisa, tetapi Alisa sama sekali tidak bergerak.Meghan mengernyit dan mengikuti arah pandangan Alisa. Ryan sudah menunggu di luar mobil. Meghan mengangkat alis dan berucap, "Kamu ...." Melihat kondisi Alisa, Meghan sudah mengerti apa yang terjadi.Awalnya, Meghan berpikir hanya mereka bertiga yang pergi ke Danau Yutu. Jadi, dia memutuskan untuk berangkat dengan satu mobil dan sekalian menjemput Ryan. Siapa sangka, Alisa tiba-t
Meghan merasa pusing mendengar pertanyaan Danzel. Dia mengerutkan dahi dan tanpa sadar mencondongkan tubuhnya untuk menghindari Ryan. Meghan menjelaskan, "Dia itu pemilik tanah Danau Yutu dan kami sedang bekerja sama. Jadi, kami sama-sama datang untuk menginspeksi."Sebenarnya, tidak ada masalah dengan ucapan ini. Namun, saat melontarkannya, Meghan tetap merasa canggung. Secara logika, tidak ada yang salah dengan penjelasan ini. Hanya saja, Danzel tetap merasa tidak tenang.Danzel kembali menjadi gugup. Dia melepaskan dasinya dan ekspresinya tampak cemas. Masalahnya, saat ini dia tidak berhak memerintah Meghan sekalipun merasa tidak puas. Setelah bertanya beberapa hal lagi, Danzel baru mengakhiri panggilan telepon.Kemudian, Danzel langsung menelepon asistennya dan berpesan, "Besok aku tidak datang ke kantor. Kamu ...."Meskipun merasa ketakutan, asisten Danzel tetap menyela, "Pak Danzel, besok ada beberapa negosiasi proyek perusahaan. Selain itu, ada rapat yang harus Pak Danzel hadiri
Alisa tertegun sesaat setelah mendengar ucapan Meghan. Kemudian, dia baru mengerti apa maksud Meghan. Wajah Alisa memerah, dia tidak tahu harus bagaimana membalas perkataan Meghan. Akhirnya, dia hanya terdiam, lalu mengamati foto Ryan sambil tersenyum sendiri.Meghan pun tidak memedulikan Alisa yang tergila-gila pada Ryan dan langsung masuk ke kamar mandi. Meghan mandi dengan cepat. Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat Alisa duduk di sofa sembari memandangnya dengan ekspresi serius, seperti ingin menginterogasi dirinya."Kenapa?" tanya Meghan sembari menyeka rambutnya dengan handuk.Kemudian, Alisa tiba-tiba menggebrak meja dan berujar, "Meghan, aku tahu!""Kamu tahu seharusnya kemarin kamu mencari psikiater, 'kan?" ucap Meghan. Dia tertawa, lalu duduk di seberang Alisa dan memandang Alisa dengan penuh minat."Aku tahu kenapa Ryan bisa ikut ke sini," sahut Alisa.Meghan menimpali, "Aku sudah bilang, tanah di Danau Yutu ini punya dia. Jadi ...."Alisa menyela seraya melambaikan tan
Setelah membujuk Alisa untuk beberapa saat, Meghan baru berhasil membuat Alisa kembali ke kamarnya. Mereka berempat pun tertidur nyenyak di kamar masing-masing.Keesokan harinya, Meghan tetap pergi ke Danau Yutu untuk mulai menginspeksi dan berpesan kepada para penduduk. Bagaimanapun, Meghan harus memperhatikan penduduk asli di sekitar Danau Yutu. Ketika datang untuk memberi penjelasan terakhir kali, Meghan hanya memberikan pengarahan. Jadi, dia harus berpesan sekali lagi karena proyek akan dimulai.Untung saja, sebelumnya Meghan sudah membangun kepercayaan dengan penduduk di sini. Ditambah dengan kehadiran Winda, negosiasi mereka berlangsung lancar.Sementara itu, di vila Keluarga Oswald, Efendy sedang gusar. Sekarang, dia tidak bisa masuk ke Grup Oswald. Jadi, Efendy hanya bisa mengetahui informasi perusahaan dari Monica.Begitu mendengar Meghan sudah menjalankan proyek Danau Yutu, Efendy merasa pusing. Untung saja, dia mendapatkan kabar ini saat duduk di sofa. Kalau tidak, dia akan
Saat ini, masih ada jarak di antara mereka dan beberapa warga desa ini. Meskipun begitu, Meghan bisa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh mereka. Jika bukan karena melihat beberapa wajah yang tidak asing, Meghan pasti akan mengira orang ini berbeda dari yang kemarin. "Apa yang terjadi?" tanya Ryan.Meghan menoleh saat mendengar suara ini. Terlihat Ryan yang berjalan kemari dengan ekspresi datar. Meghan menghela napas panjang, lalu menjawab, "Aku tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba tidak setuju kita melakukan penggusuran.""Kenapa bisa seperti ini? Bukankah kemarin baik-baik saja?" tanya Ryan lagi. Meghan hanya tersenyum getir saat mendengar pertanyaan Ryan. Dia juga ingin tahu apa yang terjadi dalam waktu satu malam. Ketika mereka berdua sedang berbicara, tiba-tiba terdengar teriakan Winda. "Bu Meghan, mereka, kamu lihat mereka ...."Mendengar ini, Meghan segera melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Winda. Terlihat beberapa pekerja pembongkaran sedang bertengkar dengan warga desa. M
Leona melontarkannya tanpa ragu sedikit pun. Dia sudah sering berlatih dalam hatinya supaya bisa terlihat sempurna. Ketika berbicara, dia bahkan bersandar pada tubuh Raymond sembari tersenyum manis."Oh, begitu? Kalian benar-benar berjodoh," sahut Meghan dengan tidak acuh. Dia menyesap tehnya, lalu menyingkirkan berbagai pikiran dalam benaknya.Faktanya, Meghan datang mengunjungi Raymond hanya untuk menanyakan ini. Jawaban Leona yang terkesan begitu lancar pun membuat Meghan seketika tidak bisa berkata-kata.Kedengarannya memang masuk akal, tetapi apa benar seperti itu? Meghan pun merasa ada yang aneh. Namun, topik pembicaraan seketika berubah. Meghan dan Raymond mulai membicarakan tentang musik.Tidak berselang lama, Danzel dan Meghan pun bangkit dan berpamitan untuk pulang. Raymond yang berdiri di halaman untuk mengantar keduanya keluar perlahan-lahan menunjukkan ekspresi dingin. Kemudian, dia menatap Leona sambil mengejek, "Ternyata, kamu pintar sekali dalam menipu."Ketika melihat
Para media tidak mungkin melewatkan kabar mengejutkan ini. Pada dasarnya, vila Raymond sangat terbuka sehingga reporter bisa memotret dengan bebas. Raymond tentu mengetahuinya, tetapi dia tidak keberatan. Makin media memperhatikan, maka orang-orang akan makin memercayainya.Jadi, Raymond sengaja membawa Leona pergi jalan-jalan supaya para reporter bisa memotretnya. Begitu keluar, Leona langsung bersandar di bahu Raymond, bahkan keduanya bergandengan dengan mesra.Namun, begitu masuk ke mobil, ekspresi Raymond seketika menjadi dingin dan jijik. Di sisi lain, Leona memandang ke luar jendela menatap semua kamera reporter. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan perasaan ini.Leona menoleh dan bertanya, "Kamu mau bawa aku ke mana?"Raymond memejamkan matanya, lalu menjawab dengan tidak acuh, "Nggak usah banyak tanya."Leona mengepalkan tangan karena merasa kesal dirinya dikendalikan oleh seseorang. Tatapannya pun dipenuhi kebencian.Sekitar 20 menit kemudian, mobil berhenti di se
Begitu mendengarnya, Leona tertegun sesaat. Kemudian, dia mendapati tatapan nakal Raymond dan para wanita di ruang privat ini. Seketika, Leona pun merasa dirinya tengah dipermalukan.Namun, jika gagal membujuk Raymond, Leona tidak ada cara lagi untuk bersaing dengan Meghan. Setelah memikirkan ini, Leona memejamkan mata dan mengesampingkan harga dirinya. Dia segera menerima gelas di tangan Raymond.Dengan diiringi sorakan di sekitar, Leona akhirnya meneguk habis anggur tersebut. Ketika meletakkan gelas itu kembali, Raymond malah tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Leona seketika terduduk di sofa, bahkan tidak berani bersuara meskipun tangannya sakit."Kenapa mencariku?" tanya Raymond.Leona mengernyit saat mencium bau alkohol di sekujur tubuh Raymond. Dia menjawab dengan nada kesal, "Tentu saja untuk bekerja sama."Mendengar ini, Raymond tampak merenung selama beberapa detik. Kemudian, dia mengangguk dan menyahut, "Boleh saja kalau mau kerja sama, tapi kamu harus tidur denganku sema
Monica telah mendengar tentang kepulangan Raymond. Dia tentu tahu bahwa Leona diancam oleh pria ini. Awalnya, Monica mengira Leona telah membuat persiapan matang sehingga tidak akan ada masalah yang terjadi.Tanpa diduga, Meghan malah baik-baik saja, justru Leona yang jatuh sakit dan menolak untuk bertemu dengan siapa pun. Meskipun Monica tidak mengetahui detailnya, dia tahu bahwa dirinya pasti akan terkena masalah sebentar lagi.Setelah memikirkan kemungkinan ini, Monica pun ketakutan hingga bersembunyi di kamarnya. Saat ini, Efendy masuk dan menghela napas melihat penampilan pucat Monica.Efendy tentu tahu seberapa hebat metode yang dimiliki Meghan. Itu sebabnya, dia sempat menolak rencana yang disusun oleh Leona. Jika mereka bernasib baik, reputasi Meghan pasti akan hancur. Jika mereka bernasib buruk, akibat yang harus ditanggung sungguh tak terbayangkan.Akan tetapi, tidak ada gunanya lagi membahas semua ini. Bagaimanapun, Monica adalah putrinya. Efendy tidak tega untuk menyalahkan
Saat ini, ada sedikit cahaya yang memasuki ruangan sehingga Leona bisa melihat wajah Raymond dengan jelas. Begitu melihatnya, Leona sampai lupa untuk batuk.Setelah kerja sama waktu itu, Raymond langsung pergi ke luar negeri sehingga keduanya tidak pernah berjumpa lagi.Saat ini, Raymond justru berdiri tepat di hadapannya. Leona bisa terbunuh kapan saja tadi. Raymond menatapnya dengan tatapan menghina. Matanya yang merah dan auranya yang kuat membuat Leona bergidik ngeri.Leona sampai mengalihkan pandangannya ke tempat lain karena tidak berani menatap Raymond. Ketika tersadar dari keterkejutannya, dia baru menyadari bahwa Raymond sudah pergi. Namun, pintu yang terbuka lebar seolah-olah sedang memberi tahu Leona bahwa dia tidak sedang berhalusinasi.Beberapa jam kemudian, kantor polisi tempat Meghan dikurung tiba-tiba mendapatkan sebuah paket anonim. Begitu dibuka, hanya terlihat sebuah alat perekam suara. Setelah ditekan, terdengar pula percakapan antara 2 orang.Berdasarkan catatan da
"Apa yang terjadi?" Hanya dalam beberapa detik, mata Danzel sudah memerah. Dia memegang ponselnya dengan ekspresi garang.Remy yang berdiri di samping tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia tahu siapa yang terkena masalah. Bagaimanapun, hanya Meghan yang bisa membuat Danzel seemosional ini."Semuanya, kita akhiri rapat ini dulu," ujar Remy. Semua orang pun saling bertatapan sebelum berdiri dan keluar.Di sisi lain, Danzel hampir menggila setelah mendengar penjelasan Winda. Dia mengakhiri panggilan, lalu menatap Remy dan menginstruksi, "Batalkan semua rapat dan pertemuan sore ini, cepat panggil pengacara kemari!"Begitu mendengar kata pengacara, Remy tidak berani menunda sedikit pun. Dia segera keluar untuk menghubungi pengacara.Setengah jam kemudian, Danzel membawa pengacara ke kantor polisi tempat Meghan berada. Karena baru penyelidikan, Meghan hanya ditempatkan di sebuah ruang interogasi.Sesuai aturan, seharusnya tidak boleh ada yang mengunjungi Meghan. Akan tetapi, para polisi ti
Kebenaran terungkap begitu cepat, padahal berita tersebut belum beredar selama sehari. Para netizen benar-benar terkejut dengan perselisihan besar Keluarga Oswald ini, juga mengagumi kinerja Meghan yang begitu cepat.Sementara itu, di sebuah apartemen, Leona mendengus dingin setelah mendengar rekaman suara yang tersebar di internet. "Cih, Monica ini memang nggak berguna."Leona sungguh berang saat teringat pada Monica yang berjanji akan mengurus masalah ini dengan baik. Namun, beberapa saat kemudian, dia terkekeh-kekeh sinis.Untungnya, Leona sudah menyiapkan rencana cadangan. Setelah mengalami beberapa hal, dia sudah mengetahui kehebatan Meghan.Jadi, setelah berita tersebut dirilis, Leona pun memasang CCTV di depan apartemen Monica. Selain itu, CCTV ini terhubung langsung dengan komputernya. Sesudah mencari rekaman hari itu, semuanya pun terlihat dengan jelas.Terlihat Meghan yang membawa Winda menerobos masuk ke apartemen Monica. Larut malamnya, terlihat pula Monica yang pulang dala
Jika dibandingkan dengan beberapa kemungkinan yang belum pasti, semua orang tentu akan mempertimbangkan ancaman terang-terangan di depan mereka. Jelas, Axel merasa takut dengan desakan Meghan ini.Dengan tubuh yang gemetaran, Axel mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka email yang diterimanya sebelumnya. Dia berucap, "Ini email-nya. Tapi, aku nggak tahu siapa pengirimnya karena anonim. Apa aku sudah boleh pergi?"Meghan tidak sempat memedulikan hal lain lagi sekarang. Setelah mencatat alamat email tersebut, dia langsung mengirimkannya kepada Bayangan.Beberapa menit kemudian, Meghan menerima sebuah alamat spesifik. Ada juga informasi tentang penyewaan rumah tersebut. Jelas, orang itu tidak benar-benar tinggal di sana.Sesudah memastikan lokasinya, Meghan menutup ponselnya dan berniat keluar. Akan tetapi, Danzel segera menghalanginya dan berkata, "Aku akan menemanimu.""Kamu khawatir aku tidak bisa berpikir dengan jernih?" tanya Meghan sembari tersenyum sinis saat melihat ekspresi
Begitu melihat berita yang tersebar di internet, Danzel langsung meninggalkan ruang kantornya tanpa sempat memedulikan hal lain. Perasaannya sungguh kacau sampai-sampai dia tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.Danzel tidak pernah peduli dengan latar belakang Meghan. Menurutnya, tidak ada yang perlu ditanyakan dalam hal ini. Jika Meghan ingin menceritakannya, Danzel tentu akan mendengarkannya. Jika tidak, Danzel juga tidak keberatan karena dia tidak peduli.Jadi, begitu melihat berita tersebut, Danzel tanpa sadar berpikiran bahwa kenyataannya memang seperti itu. Setelah melihat wajah Meghan yang pucat dan dipenuhi amarah, hati Danzel terasa sakit. Tanpa memedulikan orang lain di ruang rapat, Danzel langsung maju untuk memeluknya."Istriku, jangan takut, masih ada aku di sini ...." Danzel tidak pintar menggombal. Namun, perkataan seperti ini justru membuat Meghan merasa lebih tenang.Tercium aroma tubuh Danzel yang wangi. Meghan memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam sebelum