"Hei! Jawab aku! Apa kalian sudah tuli!" teriak Leona lagi. Dia merasa makin takut dan cemas saat para penculik ini tidak menanggapinya. Ruang di pabrik ini sangat luas sehingga teriakannya ini terus bergema.Beberapa saat kemudian, Leona yang tergeletak di lantai tiba-tiba mendengar suara sepatu hak tinggi tidak jauh dari sana. Bulu kuduknya sontak meremang. Dia ingin menoleh melihat siapa yang datang, tetapi tidak bisa."Papah dia," ucap Meghan. Leona tidak mungkin salah mendengar suara ini. Dia langsung bergumam, "Me ... Meghan ....""Benar, Nona Leona. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini," sahut Meghan sambil menatap para penculik itu memapah Leona atau lebih tepatnya mengangkat Leona dari lantai."A ... apa yang sebenarnya terjadi ...." gumam Leona. Ketakutan yang mendalam seketika menyelimuti hatinya. Ketika melihat Meghan mendekatinya, dia pun menjadi makin gelisah."Kamu bertanya padaku? Atau kamu sedang membantuku bertanya?" timpal Meghan dengan dingin.
Setelah mendengar alasan ini, Meghan seketika tidak tahu harus mengatakan apa. Dia tidak tahu apakah dirinya seharusnya membenci Leona atau bersimpati padanya.Apakah penyebab masalah ini memang kehadirannya? Kalau begitu, bagaimana dengan 3 tahun lalu? Meghan merasa sangat tidak tertarik dengan pergumulan cinta seperti ini.Memikirkan ini, Meghan pun menggigit bibirnya. Sementara itu, Leona menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya.Pada saat ini, pintu pabrik tiba-tiba dibuka seseorang. Semua orang langsung menoleh, lalu terlihat Danzel yang berjalan masuk. Danzel bisa tiba secepat ini karena Meghan mengirim pesan untuknya.Bukannya Meghan menginginkan hal lain, tetapi dia merasa Danzel harus mengetahui sikap asli jalang ini. Namun, ketika Meghan tertegun, Danzel tiba-tiba berteriak dengan panik, "Meghan, berhenti!"Begitu ucapan ini dilontarkan, Danzel sudah tiba di hadapan Meghan dan merebut belati tersebut dari tangannya. Jika dilihat-lihat, situasi seperti tib
Meghan merasa agak kecewa saat melihat Danzel yang hanya terdiam. Namun, sebenarnya dia juga tidak perlu merasa seperti ini. Semua ini hanya karena dia merasa Danzel adalah pria yang bisa menilai situasi. Namun, ternyata dia telah salah menilai Danzel.Meghan menggertakkan giginya dan merasa jijik saat melihat Leona yang bersandar dengan lemas di tubuh Danzel. Dia mengurungkan niatnya untuk berbicara lagi."Bu Meghan." Suara di belakang membuat Meghan langsung menoleh. Kemudian, terlihat para polisi menghampirinya. Kebetulan sekali, mereka juga yang menangani kasus penculikan sebelumnya.Melihat kapten polisi itu, Meghan tersenyum getir sambil mengangguk dengan sopan. Kapten itu pun bertanya, "Apa hanya orang-orang di luar pabrik itu? Kami sudah menginterogasi mereka barusan."Selesai berbicara, kapten itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Leona. Sejak para polisi ini datang, Leona terus bersembunyi di belakang Danzel. Dia jelas-jelas takut, tetapi pandangannya terus mengamati
Mendengar kata-kata itu, Leona benar-benar tercengang. Kedua tangannya berhenti di tengah udara, tetapi dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.Selama bertahun-tahun bekerja untuk Danzel, Leona belum pernah ditegur dengan nada ancaman seperti ini. Dia pun menelan ludah dengan susah payah dan sangat gugup hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Sementara itu, Danzel yang melihat ekspresi Leona pun agak mengernyit, lalu akhirnya menghela napas. Setelah ragu-ragu sejenak, Danzel tampak berbalik dan masuk ke ruangan yang ada di kantor polisi. Kemudian, setelah Leona tersadar kembali, Danzel sudah keluar dari ruangan itu."Nona Leona, tolong jaga sikapmu ke depannya," ucap kapten dengan acuh tak acuh. Melihat situasi ini, Leona baru menyadari apa yang telah terjadi. Mungkinkah barusan Danzel pergi mencari kapten polisi untuk memintanya melepaskan Leona?Tentunya ini adalah kabar baik, tetapi Leona masih merasa berat di dalam hatinya. Dia bahkan tidak merasa lega sedikit pun. Dia meng
Semua orang yang duduk di tempat adalah petinggi dari berbagai departemen di Grup Oswald. Mereka tahu jelas perkembangan perusahaan dalam waktu dekat. Bagaimanapun, masalah di pelelangan sangat heboh. Jadi, mereka semua tahu bahwa proyek yang akan dijalankan selanjutnya adalah Danau Yutu.Hanya saja, ketika Meghan mengumumkan kabar ini, mereka tetap merasa terkejut. Jika sebuah perusahaan menerima proyek besar dari pemerintah, persiapan di tahap awal tetap membutuhkan waktu 1 bulan lebih. Siapa sangka, saat ini Meghan malah menetapkannya dalam waktu setengah bulan.Manajer Departemen Pemasaran mengangkat tangan secara perlahan dan berucap, "Bu Meghan, kenapa ... kenapa begitu cepat ...." Dia mewakili semua orang di tempat untuk menyatakan kebingungan mereka.Meghan hanya tersenyum dan berujar, "Kalian semua bisa melihat struktur secara keseluruhan. Kalau ada masalah, kita akan langsung merevisinya."Meskipun Monica telah membuat seluruh rancangan operasi proyek, dia sama sekali tidak t
Sebenarnya, Meghan tidak perlu begitu terburu-buru. Dia bisa beristirahat dulu malam ini, lalu berangkat besok pagi. Namun, saat ini Meghan tidak ingin melihat Danzel. Jadi, dia pasti tidak akan bertemu dengan Danzel kalau pulang sekarang.Setelah membereskan barang-barangnya, Meghan pun berangkat dengan mengendarai mobilnya. Dia menjemput Winda terlebih dahulu. Ketika dalam perjalanan menuju Danau Yutu, ponsel Meghan berdering. Meghan tersenyum melihat nama yang muncul di layar ponselnya, lalu segera menerima panggilan telepon itu.Alhasil, Meghan yang baru saja menempelkan ponsel ke telinganya mendengar keluhan dari ujung telepon. "Meghan, kamu benar-benar tega! Nggak masalah kalau kamu nggak menjengukku! Tapi, masa kamu membiarkan aku keluar dari rumah sakit sendiri hari ini?"Teriakan Alisa membuat Meghan merasa agak bersalah. Belakangan ini, Meghan sibuk mengurus pekerjaan di perusahaan. Meskipun sering menelepon, Meghan memang tidak sempat menjenguk Alisa.Sejujurnya, ini merupak
Meghan sama sekali tidak menyangka sikap Alisa pada Edmund akan berubah. Sebenarnya, Meghan tidak terlalu memahami Edmund. Namun, saat berinteraksi dengan orang lain, kesan pertama sangat penting.Saat memikirkan hal ini, Meghan mengangkat alisnya dan berniat membujuk Alisa. Alhasil, Meghan tertegun ketika melihat tampang Alisa. Dia berkata, "Kamu ... kenapa matamu memelotot?"Kala ini, mobil sudah berhenti. Alisa memandang ke luar jendela sambil mengedipkan matanya."Hei, apa ini efek samping dari pukulan kemarin?" ujar Meghan. Dia melambaikan tangannya di depan Alisa, tetapi Alisa sama sekali tidak bergerak.Meghan mengernyit dan mengikuti arah pandangan Alisa. Ryan sudah menunggu di luar mobil. Meghan mengangkat alis dan berucap, "Kamu ...." Melihat kondisi Alisa, Meghan sudah mengerti apa yang terjadi.Awalnya, Meghan berpikir hanya mereka bertiga yang pergi ke Danau Yutu. Jadi, dia memutuskan untuk berangkat dengan satu mobil dan sekalian menjemput Ryan. Siapa sangka, Alisa tiba-t
Meghan merasa pusing mendengar pertanyaan Danzel. Dia mengerutkan dahi dan tanpa sadar mencondongkan tubuhnya untuk menghindari Ryan. Meghan menjelaskan, "Dia itu pemilik tanah Danau Yutu dan kami sedang bekerja sama. Jadi, kami sama-sama datang untuk menginspeksi."Sebenarnya, tidak ada masalah dengan ucapan ini. Namun, saat melontarkannya, Meghan tetap merasa canggung. Secara logika, tidak ada yang salah dengan penjelasan ini. Hanya saja, Danzel tetap merasa tidak tenang.Danzel kembali menjadi gugup. Dia melepaskan dasinya dan ekspresinya tampak cemas. Masalahnya, saat ini dia tidak berhak memerintah Meghan sekalipun merasa tidak puas. Setelah bertanya beberapa hal lagi, Danzel baru mengakhiri panggilan telepon.Kemudian, Danzel langsung menelepon asistennya dan berpesan, "Besok aku tidak datang ke kantor. Kamu ...."Meskipun merasa ketakutan, asisten Danzel tetap menyela, "Pak Danzel, besok ada beberapa negosiasi proyek perusahaan. Selain itu, ada rapat yang harus Pak Danzel hadiri