Tatapan pria ini berhenti di liontin itu, lalu bergerak ke bawah.Di bagian bawahnya, terukir nama seseorang.Tatapannya yang gelap tampak mendalam.Setelah sangat lama, dia baru meletakkan benda itu ke tempat asalnya....Setelah meninggalkan kamar itu, Shawn berjalan langsung ke halaman belakang.Saat dia berjalan mendekati halaman belakang, dia melihat sosoknya Stella.Pada saat ini, Jamila melihat Shawn yang sedang berdiri di depan pintu. Dia bergegas bertanya, "Tuan Shawn, apakah amarah Tuan Joshua sudah reda?"Shawn menggelengkan kepalanya.Jamila pun mengerti."Aih, ini pertama kalinya aku melihat Tuan semarah ini ..." kata Jamila.Jamila menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan mengikuti tatapan Shawn melihat ke halaman belakang. Saat dia melihat Stella yang sedang bersih-bersih di bawah terik matahari, dia berkata dengan ragu-ragu, "Apakah Tuan mengatakan apa yang harus dilakukan dengan Stella ....""Tuan nggak bilang apa-apa ...."Shawn menggeleng, dia hanya bisa meng
Pada saat ini, hujan turun sangat deras.Hujan ini datang dengan sangat cepat dan mendadak.Dalam waktu singkat, Stella sudah basah kuyup.Saat Shawn melihat Stella seperti ini, ekspresinya sontak berubah. Dia pun bergegas pergi menghampiri Stella.Stella sebenarnya tidak menyangka bahwa hujan akan tiba-tiba turun sederas ini. Dia juga bukan orang yang lemah.Saat dia hendak mencari tempat untuk berteduh, seseorang tiba-tiba membuka payung di atas kepalanya.Hatinya seketika menegang.Dia bergegas menoleh dan melihat Shawn.Entah mengapa, hatinya yang tegang seketika menjadi lebih tenang. Dia menahan kekecewaan dalam hatinya dan berkata, "Tuan Shawn, Anda ....""Nona Stella, hujannya sederas ini, kenapa kamu nggak berteduh? Jangan kerja lagi, masuk dulu ke rumah. Kalau kehujanan, kamu bisa sakit. Nanti, biarkan juru masak di dapur memasakkan sup jahe untukmu, supaya kamu bisa menghangatkan badanmu," kata Shawn.Namun, Stella langsung menolak untuk kembali ke dalam rumah."Nggak apa-apa
Dia kira-kira mendengar sedikit isi pertengkaran mereka.Mendengar ucapan Shawn, Joshua tidak mengucapkan apa pun.Hanya saja, ekspresinya tetap sangat masam.Shawn hanya bisa berkata lagi, "Angin di halaman belakang sangat kuat, bahkan saya pun nggak tahan, apalagi Nona Stella yang bajunya sudah basah kuyup. Kalau dia berlamaan di sana, nanti malam, dia pasti akan demam ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia merasakan tatapan Joshua.Tatapan ini sangat dingin, seakan-akan menusuk ke dalam tulang.Tatapan ini bahkan sedingin angin di luar, membuat Shawn seketika terdiam."Dia ada bilang dia mau masuk, nggak?" tanya Joshua."Nggak ..." jawab Shawn.Mendengar jawaban ini, ekspresi Joshua menjadi makin dingin."Kalau nggak, artinya dia senang kehujanan di sana! Biarkan saja!"Shawn tidak berani berbicara lagi.Dia hanya bisa berdoa agar hujan segera berhenti dan tidak lagi menyiksa mereka.Namun, doanya tidak terkabulkan. Hujannya bukan hanya tidak berhenti, tetapi malah maki
Di dalam rumah.Joshua sudah tidak sabar menunggu.Jamila terus menunggu di depan pintu. Melihat Stella yang mengikuti di belakang pengawal itu, dia diam-diam membuang napas dengan lega.Dia bergegas membawa pakaian yang sudah dipersiapkan dan menaruhnya di tubuh Stella sambil berkata, "Kehujanan itu nggak baik. Kalau kamu masuk angin, sekuat apa pun dirimu, tubuhmu juga nggak akan tahan.""Terima kasih, Bu Jamila ...."Stella merasa agak canggung. Meskipun dia mengucapkan kata-kata ini pada Jamila, tatapannya malah tertuju ke pria yang berada tidak jauh dari mereka.Pria itu sedang membaca dokumen di sofa.Ekspresinya seperti biasa dan dia bahkan tidak menatap ke arah Stella, seakan-akan bukan dialah yang menyuruh pengawal ini untuk membawa Stella masuk.Stella pun mengalihkan tatapannya ke tempat lain.Shawn seperti teringat akan sesuatu, dia pun berkata, "Oh iya, cepat keluarkan sup itu, biar diminum oleh Nona Stella untuk menghangatkan tubuhnya. Dia baru kehujanan, jadi tubuhnya ha
Stella terdiam.Sedangkan Shawn langsung tercengang. "Tuan ....""Kenapa? Ada komentar?" kata Joshua.Joshua menatap Shawn dengan tatapan dingin, membuat Shawn seketika menutup mulutnya. "Nggak berani ....""Kalau begitu, cepat sini," kata Joshua."Baik ...."Shawn bergegas pergi menghampiri Joshua. Joshua pun mengalihkan tatapannya tanpa melihat Stella sekali pun.Stella masih membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara yang meninggalkan mulutnya. Jelas-jelas ada banyak sekali yang ingin dia katakan, tetapi dia merasa seakan-akan seseorang mencekik dirinya, sehingga dia tidak bisa bersuara.Stella berdiri diam di tempat.Saat perban di kaki Joshua diganti, Shawn-lah yang pergi membantunya.Melihat hal ini.Jamila membuang napas dan mengusulkan agar Stella pergi ke lantai atas.Stella tidak mengucapkan apa pun, dia hanya melihat ke arah Joshua.Sebelumnya, meskipun dia tidak bisa memberi bantuan apa pun, dia tetap akan berdiri di samping untuk memberi pelayanan yang diperlukan. Namun, har
Waktu berlalu dengan cepat dan beberapa hari berlalu dalam sekejap.Selama beberapa hari terakhir, Joshua tidak pulang.Jamila tidak pernah mengungkit tentang hal ini, Stella juga tidak banyak tanya, dia hanya melakukan pekerjaannya dengan baik.Hari ini, pada jam pulang kerja, saat Stella sedang membereskan barangnya untuk pulang, dia menerima panggilan dari nomor telepon yang tidak dikenal."Halo?"Dia tidak mengenali nomor ini, jadi dia bertanya dengan sopan, "Siapa, ya?"Karena orang dari ujung telepon lainnya tidak menjawab, Stella berkata lagi, "Halo?"Namun, tetap saja tidak ada yang menjawab. Stella pun langsung mengakhiri panggilan ini.Akan tetapi, ponselnya langsung berdering lagi.Tetap saja tidak ada yang berbicara. "Ini panggilan gangguan, ya?"Stella mulai tidak sabar. "Kalau masih saja nggak bicara, aku matikan, ya ...."Stella pun hendak mengakhiri panggilan ini. Namun, pada saat ini, terdengar suara seorang pria yang familier. "Jangan! Nona Stella, ini aku ....""Tuan
"Baiklah."...Setibanya di rumah, Annie langsung duduk di sofa. Begitu Stella berjalan masuk dan melihatnya seperti ini, Stella merasa lucu. "Nona Annie, bagaimana Nona bisa baikan dengan ayah Nona?"Annie meliriknya sekilas dan berkata dengan malas, "Kamu bercanda, ya? Mana mungkin.""Emm .... Tadi, di kantor polisi, kenapa mereka sesopan itu padamu?" tanya Stella."Sopan?""Iya ....""Bukankah semua polisi bersikap sopan untuk melayani masyarakat? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Annie sambil menatap Stella dengan tatapan jijik.Stella pun terdiam.Hal ini sangat aneh, tetapi Annie selalu diperlakukan dengan sopan ke mana pun dia pergi.Stella juga tidak banyak tanya lagi.Dia langsung berkata, "Coba katakan padaku, apa yang sudah kamu lakukan, hingga kamu masuk ke ruang interogasi?"Annie menerima jus buah yang diberikan Stella dan menyesapnya seteguk, lalu berkata, "Lihatlah, coba lihat luka di tanganku."Stella bergegas bertanya, "Kenapa kamu bisa terluka? Apa yang terjadi?
Kemudian, Jamila menggeleng dan berkata, "Nggak apa-apa. Hanya saja, malam ini, Tuan akan pulang, jadi aku lagi beres-beres.""Malam ini, Tuan akan pulang?" Sambil mengulangi ucapan Jamila, jantung Stella berdetak kencang."Iya ...."Stella berkata, "Kalau begitu, saya akan pergi merapikan kamarnya Tuan.""Nggak apa-apa, nggak usah .... Kata Tuan Shawn, gips di kaki Tuan Joshua sudah dilepas. Kali ini, Tuan Joshua sudah bisa naik tangga," kata Jamila.Kemudian, Jamila menatap Stella, tetapi entah mengapa, dia terlihat bersalah."Benar juga, ya," kata Stella.Sebelumnya, Joshua hanya tinggal di lantai bawah karena kakinya terluka. Sekarang, lukanya sudah sembuh, jadi tentu saja dia harus kembali ke lantai atas.Stella bahkan sudah melupakan hal ini."Kalau begitu, kenapa Bu Jamila merapikan kamar tamu?" tanya Stella.Jamila ragu-ragu sejenak, lalu menjawab, "Emm ... Nona Gaby akan datang.""Nona Gaby?"Stella seketika tercengang. Untuk sesaat, dia tidak bereaksi.Kemudian, dia baru meng