Suara pria ini sangat rendah dan terdengar sangat berat."Saya ... saya hanya datang untuk memeriksa kondisi Tuan ..." jawab Stella.Stella merasa agak canggung. Dia hendak bangkit dan duduk, tetapi usahanya sia-sia.Wajahnya seketika memerah. Dia pun berkata, "Emm ... Tuan ... bisakah saya bangkit dulu?""Oh ya? Kukira ada pencuri," kata Joshua.Suara Joshua terdengar tenang, tetapi agak sinis.Stella benar-benar malu.Joshua tidak menyusahkan dirinya dan langsung melepaskannya.Stella pun sontak bangkit dan turun dari ranjang. Dia berdiri di samping ranjang, jantungnya berdetak sangat cepat ....Joshua menyalakan lampu kamar, sehingga kamar ini tiba-tiba menjadi terang benderang.Pria itu bersandar di kepala ranjang sambil menatap Stella dengan tatapan mendalam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Stella tidak berani menatap mata pria itu. Dalam hatinya, dia memarahi dirinya sendiri karena dia terlalu kikuk. Dia datang dengan niat baik, tetapi dia malah membangunkan Joshua."Maaf, Tua
Kemudian, Stella menatap Joshua dengan mata terbelalak.Pria itu masih bersandar di kepala ranjang, di bawah lampu kuning yang hangat. Namun, sekarang, pria ini sama sekali tidak lembut. Sebaliknya, dia memancarkan aura yang tajam dan sangat asing.Stella menundukkan kepalanya sambil berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau perlu, saya juga bisa membantu Tuan menjelaskan hal ini."Seusai berbicara, Stella tidak mendapatkan balasan apa pun dari Joshua. Karena dia terus menunduk, dia juga tidak bisa melihat ekspresi pria itu.Stella tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria itu. Dia merasa agak ragu. Dia juga tidak tahu apakah pria itu marah karena ucapannya ....Joshua menatap Stella untuk sangat lama, lalu mengambil dokumen di sampingnya dan melanjutkan membaca."Pergi istirahat saja," kata Joshua dengan cuek.Stella tercengang di tempat. Dia ingin mengucapkan sesuatu, tetapi dia merasakan kecuekan yang pria itu pancarkan dengan sangat jelas.Setelah ragu-ragu sejenak, Stella menelan ke
Jamila juga tidak banyak bicara. Namun, hal ini tidak menandakan bahwa pembantu lainnya tidak beropini. Mereka saling bertatapan dengan kebingungan.Mereka tahu bahwa Joshua memperlakukan Stella dengan lebih spesial, tetapi ....Mereka tidak menyangka bahwa Stella sespesial ini!Setelah sarapan.Stella pergi bersih-bersih di lantai tiga, tempat yang seharusnya dia bersihkan. Di belokan tangga, dia mendengar seseorang berbisik, "Kita bukan bandingannya, deh. Bagaimanapun, dulu, kondisi keluarganya baik. Aduh, menurutmu, jangan-jangan Tuan menyukainya, ya? Mungkin saja Tuan tertarik padanya. Memangnya kamu pernah melihat Tuan membela orang lain?""Benar juga. Sejak kapan Tuan minum sup di pagi hari? Lagi pula, Tuan adalah orang yang sangat teliti. Terlepas dari rasanya, dari penampilannya saja, sup itu sudah nggak cocok untuk disajikan di atas meja. Siapa sangka Tuan malah meminumnya ....""Sudahlah, jangan asal pikir lagi. Mungkin hari ini Tuan ingin minum sup. Lagi pula, ada wanita seh
Melihat kaki Joshua dipasang gips, ekspresi Rena langsung berubah. "Kamu terluka sangat parah, ya? Apakah kamu baik-baik saja?""Iya," jawab Joshua."Kamu masih sarapan, ya ...."Sambil berbicara, Rena membuka hadiah yang dia bawa untuk Joshua."Saat aku mendengar kalau kamu jatuh dan terluka, aku membuatkan kue untukmu. Maukah kamu mencicipinya?" tanya Rena.Namun, Joshua tidak menjawab pertanyaannya.Jamila berkata, "Nona Rena, di pagi hari, Tuan nggak makan makanan manis. Serahkan saja pada saya. Saya akan memberikannya pada Tuan sebagai camilan di siang hari."Mendengar ucapan Jamila, Rena juga memahami bahwa Joshua sangat pemilih. Dia pun menyerahkan hadiah yang dia bawa dengan enggan pada Jamila....Setelah Stella mengetahui bahwa wanita itu sudah memasuki ruangan, dia mengamati sekelilingnya dan diam-diam bersyukur bahwa dia telah bersembunyi untuk menghindari kecurigaan. Kalau tidak, dia mungkin akan disalahpahami ....Sambil melihat Rena yang berada tidak jauh darinya, Stella
Mendengar ucapan Rena, Stella yang berada di dapur pun tercengang.Kemudian, wajahnya terasa sangat panas dan memerah secara perlahan ...."Bu Jamila ... ternyata Tuan nggak suka makanan berminyak, ya ..." kata Stella.Stella benar-benar ingin mencari lubang di dapur untuk mengubur dirinya hidup-hidup."Sepertinya begitu ...." Jamila hanya bisa mengucapkan kata-kata ini.Mendengar ucapan Jamila, Stella makin menyesali perbuatannya....Di ruang makan.Rena mengernyit sambil hendak mengambil sup itu.Namun, sebelum Rena bisa menyentuh sup itu, Joshua sudah langsung menjauhkan sup itu darinya dan berkata, "Nggak usah, biarkan saja."Joshua memindahkan sup itu ke hadapannya, di tempat yang tidak bisa diraih oleh Rena.Mendengar ucapan Joshua, Rena tercengang sesaat, lalu melihat ke arah sup itu. Sup itu jelas-jelas sudah diminum setengah mangkuk. Rena pun terkejut.Sambil memikirkan bahwa Joshua meminum sup yang begitu berminyak, Rena tidak bisa menahan rasa ingin tahu dalam hatinya. Dia
Jamila merasakan perubahan pada Joshua. Dia pun melirik sekilas ke Rena yang berada tidak jauh dari mereka. Dia berjalan maju dengan ragu-ragu dan berkata, "Tuan, apakah Tuan ingin makan lagi? Tadi ... mungkin ada pembantu yang mengira bahwa Tuan nggak makan lagi, jadi makanannya sudah dibereskan ....""Lupakan saja," kata Joshua dengan ekspresi dingin."Baiklah ...."Mendengar percakapan ini, Rena berjalan menghampiri mereka dan melirik sekilas ke arah meja. Kemudian, dia bertanya, "Sudah dibereskan? Pembantu yang mana itu? Kenapa dia begitu gegabah?""Gegabah? Menurutku, dia terlalu hati-hati," kata Joshua dengan dingin, arti ucapannya tidak jelas.Joshua berpikir, 'Dia terlalu hati-hati, hingga dia bahkan mempertimbangkan perasaan Rena.'Rena seketika tercengang.Di kejauhan, tubuh Stella malah menegang....Pada malam hari, Stella pulang ke rumahnya sendiri.Dia sudah membujuk Brian untuk tidur, tetapi dia sama sekali tidak mengantuk.Pada saat ini, layar ponselnya menyala.Stella
Pada hari Minggu pagi, Annie datang ke rumahnya Stella. Dia bahkan membawa pakaiannya sendiri. "Sini, Nona Stella. Karena kamu mau pergi, kamu harus menjadi orang tercantik di sana, supaya si buaya darat itu terpesona melihatmu."Stella merasa serbasalah. Dia berkata, "Nggak usah, deh. Untuk apa aku berpakaian cantik-cantik .... Nanti, aku harus pergi menyiapkan sarapan untuk Tuan Joshua."Dia tidak ingin berlamaan di perkumpulan itu ...."Nggak bisa! Yang patuh, ya," kata Annie sambil memelototi Stella.Brian mengamati pakaian yang dibawa Annie. Dia melihat sebuah gaun hitam yang bagian bawahnya melebar, lalu menatap Stella dan bertanya, "Bibi, Nona Stella mau pergi kencan buta, ya? Kenapa pakaiannya begitu terbuka?""Kamu bercanda, ya? Mana mungkin aku membiarkannya berpakaian seperti ini kalau dia pergi kencan buta?" Annie tersenyum dan berkata, "Stella mengenakan gaun ini untuk memberi tahu seseorang kalau orang itu sudah dieliminasi dari hidupnya."Annie memaksa Stella untuk berga
Joshua mengamati Stella, dari lengannya yang terekspos, hingga ke tulang selangkanya dengan tatapan yang jelas-jelas dingin. Namun, bagian tubuh Stella yang ditatap oleh pria ini malah terasa panas.Tubuh Stella pun menjadi kaku.Sebenarnya, dia juga tidak ingin memakai pakaian ini ...."Tuan, pakaian ini dipilih oleh sahabat saya .... Saya juga nggak punya pakaian lain, jadi sebenarnya bagus juga. Bagaimanapun, untuk menghadiri pesta, pakaian ini nggak termasuk terbuka ...."Stella memberikan penjelasan dengan lemah.Mendengar ucapan Stella, tatapan Joshua menggelap.Melihat tatapan ini, Stella tidak berani bergerak. Namun, dia memakai sepatu hak tinggi, jadi setelah berdiri lama, dia merasa tidak nyaman. Akan tetapi, suasana di sekitarnya sangat dingin ....Saat Stella sedang ragu-ragu apakah dia harus mengucapkan sesuatu atau tidak, Joshua tiba-tiba bersuara."Nggak boleh. Ganti," kata Joshua."Apa ...."Stella seketika tercengang. Untuk sekejap, dia tidak bisa mencerna ucapan pria