Share

Bab 7 - Misteri di Langham 2 (21++)

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari gelombang keinginan yang masih membara di tubuhku. Mr. Wei mengamati tubuhku dengan seksama, dan pandangannya tertuju pada dadaku. Aku mengikuti tatapannya dan menyadari apa yang dilihatnya. Kedua payu*daraku penuh dan meneteskan ASI karena dari pagi belum sempat aku keluarkan untuk menyapih anakku.

Mr. Wei tampak terperangah, namun matanya berkilat dengan ketertarikan yang mendalam. "Sonia," bisiknya dengan nada yang lebih lembut, "kau sungguh mempesona."

Aku merasa pipiku memerah, malu dan terkejut oleh situasi ini. "Maaf, Mr. Wei. Saya tidak bermaksud..."

"Tidak perlu minta maaf. Ini adalah bagian dari dirimu yang alami dan indah," katanya, suaranya penuh kehangatan. Tangannya terulur, dengan lembut menyentuh payu*daraku yang penuh, dan aku merasakan arus listrik mengalir melalui tubuhku.

"Biarkan aku membantu," katanya, dan tangan serta mulutnya mulai bekerja dengan keahlian yang luar biasa. Setiap sentuhan, setiap hisapan, mengirimkan gelombang kenikmatan yang luar biasa melalui tubuhku.

Aku merasakan ASI mengalir, dan dengan setiap tetes yang keluar, aku merasa lebih ringan, lebih bebas. Mr. Wei tampak menikmati setiap momen, dan aku bisa merasakan koneksi yang semakin dalam antara kami.

aku tak kuasa melihat kejantananya yang begitu besar dan kokoh. Dengan hasrat yang meluap, kugenggam kejantanannya dan kuko*cok dengan lembut, menikmati sensasi setiap gerakan tanganku. Mr. Wei mengerang, suaranya terdengar serak dan penuh gairah.

"Sonia, kamu memang mengerti apa yang kumau," desahnya, matanya terpejam menikmati setiap sensasi yang kuberikan.

Aku merasa kepercayaan diri mengalir dalam diriku, dan dengan setiap erangan dari Mr. Wei, aku tahu bahwa aku telah menemukan kekuatan baru dalam diriku sendiri. Kami melanjutkan dengan penuh hasrat, setiap sentuhan dan gerakan membawa kami lebih dekat ke puncak yang kami damba-dambakan.

Mr. Wei menggenggam tanganku, matanya terbuka dan menatapku dengan intensitas yang mendalam. "Jangan berhenti, Sonia. Teruskan," bisiknya, suaranya penuh dengan kebutuhan yang mendesak.

Aku mengangguk, melanjutkan gerakan tanganku dengan lebih berani dan penuh perasaan. Setelah kedua payu*daraku terasa ringan, kulepaskan dari hisapan Mr. Wei. Aku menatapnya dengan penuh hasrat dan kebutuhan yang mendesak. "Mr. Wei, aku ingin ini," kataku sambil memeras kejantanannya dengan lembut.

Tatapan mata kami bertemu, penuh dengan gairah yang tidak bisa lagi dibendung. Perlahan, aku menunduk dan memasukkan kejantanannya ke dalam mulutku.

Mr. Wei mengerang, suaranya terdengar dalam dan penuh kenikmatan. Setiap gerakan bibir dan lidahku terasa seperti percikan api yang menyulut seluruh tubuhnya. Aku menikmati setiap sensasi, setiap rasa, dan setiap reaksi yang kutimbulkan padanya.

"Ya, Sonia... teruskan," desahnya dengan suara yang hampir bergetar. Aku bisa merasakan betapa dia menikmati setiap momen, dan itu memberiku kepercayaan diri yang lebih besar.

Aku bisa merasakan betapa dia menikmati setiap momen, dan itu memberiku kepercayaan diri yang lebih besar.

Dengan setiap gerakan bibir dan lidahku, Mr. Wei tampak semakin kehilangan kendali. Nafasnya semakin cepat, erangannya semakin keras, dan aku tahu dia semakin dekat ke puncak. Aku melanjutkan dengan penuh semangat, ingin menyaksikan momen ketika dia benar-benar melepaskan segala ketegangannya.

"Ya, Sonia... aku hampir..." desahnya, suaranya bergetar dengan intensitas yang tidak bisa disembunyikan.

Aku mempercepat gerakanku, memberikan semua yang kumiliki. Tubuh Mr. Wei tegang sejenak, dan kemudian dengan erangan yang dalam dan penuh kenikmatan, dia mencapai puncak. Aku bisa merasakan setiap denyut, setiap aliran, dan aku menerima semuanya dengan penuh hasrat.

Mr. Wei terengah-engah, terbaring dengan lemas namun puas. Aku menatapnya, merasa bangga dan puas dengan apa yang baru saja kami alami. Dia menatapku kembali, senyum tipis di bibirnya yang penuh kepuasan.

"Sonia, kamu luar biasa," katanya dengan suara yang lembut namun penuh rasa kagum.

Tanpa menunggu lama, Mr. Wei menarikku dan memelukku dengan erat. Kehangatan tubuhnya membuatku merasa aman dan diinginkan. Tatapannya penuh gairah ketika dia kembali menghisap put*ingku, mengirimkan gelombang kenikmatan yang membuatku gemetar.

Tangannya dengan ahli mulai memainkan biji kecilku, gerakannya lembut namun penuh presisi. Setiap sentuhan dan hisapan membawa kami ke dalam pusaran sensasi yang mengguncang. Aku tidak bisa menahan erangan yang keluar dari bibirku, tubuhku merespons dengan penuh hasrat.

Mr. Wei tersenyum di antara hisapannya, menikmati bagaimana aku bereaksi terhadap sentuhannya. "Aku suka melihatmu seperti ini, Sonia," bisiknya di antara hisapan, membuat tubuhku semakin panas dengan setiap kata yang dia ucapkan.

Aku merasakan gelombang kenikmatan yang semakin intens, tubuhku bergetar di bawah sentuhannya. Setiap gerakan tangannya di biji kecilku adalah simfoni yang membawa kami lebih dekat ke puncak.

"Mr. Wei, aku..." suaraku terputus oleh erangan, terlalu terhanyut dalam sensasi untuk menyelesaikan kalimatku.

Dan untuk kedua kalinya, dia menghentikan rangsangannya. Ini membuatku gila, tubuhku bergetar dengan keinginan yang terpendam. Aku menatapnya dengan tatapan penuh kebutuhan, merasa frustasi oleh hilangnya sensasi yang begitu mendekatkan kami pada puncak.

"Mengapa, Mr. Wei?" tanyaku dengan napas yang terengah-engah, suaraku penuh dengan campuran frustrasi dan permohonan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status