แชร์

85. Keponakan Durhaka, Katanya

ผู้เขียน: prasidafai
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-21 15:17:42

Ting tong!

Sydney sedang memperbaiki dekorasi bunga saat mendengar pintu bel rumah mendiang orang tuanya berbunyi tepat pada pukul tujuh malam.

Rumah itu sudah Sydney dekorasi dengan indah. Taplak meja berwarna putih, bunga mawar berwarna senada, dan piring mahal koleksi mendiang ibunya berhasi mempercantik ruang makan.

Untuk hidangan makan malamnya, Sydney memasaknya bersama Layla, Celia dan Miran. Morgan mewajibkan Sydney untuk memboyong ketiga pelayan ini dari mansionnya untuk tinggal sementara di sini.

Sydney membuka pintu. Seperti dugaannya, dia langsung melihat wajah Ghina dan Fred.

Wanita muda itu tersenyum dan mempersilakan tamunya masuk dengan mengulurkan salah satu tangan ke arah dalam.

Ghina sempat mengira Sydney hanya akan berpenampilan biasa, mengingat wanita itu sudah bangkrut. Namun ternyata gaun yang Sydney kenakan adalah salah satu keluaran terbaru yang terbatas dari brand ternama.

“Lihat Tante, Sydney!” Ghina langsung bersuara sambil memegang lengan Sydney, me
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
Ratna Sari
mana lg tor? bab selanjutnya
goodnovel comment avatar
cmd
kenapa komentarnya ada yg 2 minggu lalu? aku tiap hari nungguin tuh baru hari ini keluar bab baru 🥲
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   86. Memperpanjang Bulan Madu

    Sydney membeku di tempat dan membelalak. Cara Vienna mendorong Layla, mengingatkan Sydney sesuatu. Saat wanita itu mendorongnya hingga Sydney berakhir di rumah sakit dan kehilangan segalanya. Tubuh Sydney melemas, tetapi dia segera meremas tangannya untuk menguatkan diri. “Bibi!” seru Celia yang ada di dekat Layla, menyadarkan Sydney dari bayang-bayang traumanya. Celia memegang kedua bahu Layla dan membantunya berdiri. Kemudian pelayan muda itu menatap tajam Vienna dengan berani. “Beraninya Nyonya menampar Bibi Layla?! Bahkan mulutku tidak sudi memanggil wanita tanpa adab sepertimu dengan panggilan Nyonya!” protes Celia, wajahnya memerah. “Sydney, kau sangat tidak becus melatih pelayan-pelayanmu!” Vienna bangkit kembali dari duduknya. “Biar aku yang urus!” Vienna mengangkat tangannya lagi, hampir menampar Celia. Namun Sydney yang tiba-tiba sudah ada di dekatnya, segera menahan tangan Vienna dengan tatapan membunuh yang dia pelajari dari Morgan. Sydney sebenarnya tidak menduga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-21
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   87. Hadiah dari Vienna

    “Tolong bicara yang baik di depan istriku, Ma, Pa. Setidaknya minta maaflah padanya karena Mama dan Papa tidak datang ke pernikahan kami.” Lucas buka suara, berusaha menengahi keluarganya dengan keluarga sang istri. Sydney menelan ludah, mengingat dulu Lucas juga selalu membelanya saat harus bersinggungan dengan Gloria dan Terry. Namun sekarang pria itu membela wanita lain di depannya. Dia mengambil segelas air dan meminumnya perlahan, tenggorokannya terasa kering. “Sayang, jangan seperti itu pada Mama dan Papa. Aku tidak apa-apa, setidaknya kita bisa bertemu di sini,” bujuk Vienna sambil mengelus pelan paha Lucas. Lucas menatap istrinya sambil menghela napas. Dari tatapan Lucas, Sydney bisa langsung tahu bahwa sepertinya pria itu belum menceritakan bagaimana hubungannya dengan kedua orang tuanya pada Vienna. “Mengapa kami harus meminta maaf pada wanita yang berhasil menikahimu dengan cara mengambilmu dari Sydney?” Gloria menanggapi Lucas. Sebelum Lucas membalas, Gloria bicara l

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-22
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   88. Dua Kubu

    “Kau yang penyakitan!” hardik Vienna dengan wajah yang pucat pasi. Sydney menunduk, menahan tawa. Lalu dia kembali menyandarkan punggungnya pada kursi. “Kita berasal dari darah yang sama, Vienna,” jawab Sydney dengan tenang. “Ayah dari anakmu dan anakku juga sama. Jadi seharusnya kau lebih berhati-hati.” Vienna membelalak. Marah, panik, dan takut tergambar jelas di matanya. “A-apa penyakit Isaac berasal dari genetiknya? Atau DNA-nya? Ah, apa pun itu!” tanya Ghina merasa frustasi karena ditelan oleh rasa paniknya sendiri. Dia menatap Sydney penuh harap. Tatapannya yang tadi merendahkan Sydney dan merasa sudah di atas angin itu sirna. Fred memegang tangan istrinya, berusaha memberi kekuatan. “Tanyakan saja pada dokter. Jangan bertanya padaku,” sahut Sydney menoleh pada Ghina. “Setidaknya kau punya sedikit informasi, Sydney!” timpal Lucas dengan nada tinggi. Gloria sempat terkejut melihat Lucas semarah itu pada Sydney. Dia masih ingat dengan jelas ketika Lucas rela berlutut di k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-23
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   89. Anak Haram

    “Ah, ada Vienna dan Lucas juga?” Senyum di wajah Nirina perlahan redup. Namun, dia dengan cepat mengalihkan perhatiannya pada Sydney dan tersenyum lagi. Dia duduk di sebelah Sydney. Gloria dan Terry juga menyambut Nirina dengan baik. Vienna sungguh ingin menyela keakraban mereka, tetapi niat itu urung dia lakukan karena tidak ingin menjadi lebih malu lagi di depan mertuanya. Makan malam berlangsung selama satu jam setelah Nirina datang. Nirina yang terkenal dingin, terlihat sangat ceria di depan Sydney, Gloria, dan Terry. Hal itu membuat Vienna sulit menikmati makan malamnya. Padahal dia dan Lucas sengaja datang untuk mengintimidasi Sydney. Namun ternyata Sydney juga mengundang beberapa orang lagi, yang cukup mampu membuat Vienna kehilangan muka. Setelah makan malam selesai, mereka semua meninggalkan ruang makan. Ghina dan Fred bahkan pulang lebih dulu sebelum sempat menanyakan soal bayi kembar yang diasuh oleh Sydney. “Aku juga ingin pulang,” rengek Vienna pelan pada Lucas.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   90. Pasangan Liar

    Vienna menegang, tubuhnya kaku. Dia memastikan nalarnya tidak salah menangkap maksud ucapan Nirina. Sementara Sydney menatap Nirina tidak percaya. “Siapa yang Nona Nirina maksud?” tanya Lucas buka suara. “Siapa lagi?” Nirina balik bertanya dengan angkuh. “Tentu saja Sydney. Atau harus kubilang … mantan istrimu?” Vienna menelan ludah. “N-nona, sepertinya Nona salah paham,” ucap Vienna terbata-bata, masih berusaha membela diri. Debaran jantungnya sudah berdetak tidak menentu, seperti orang yang baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang buruk. “Sydney memang tidak pernah bercerita, dan mungkin kamu mengira dia akan terus menutup mulutnya. Namun perlu kuberitahu padamu bahwa sekalipun Sydney teman lamaku, kami sudah lama tidak berhubungan. Jadi ketika aku ingin menjadikannya teman lagi, aku harus melakukan pemeriksaan latar belakang selama kami tidak berkomunikasi.” Ucapan Nirina menjawab pertanyaan yang sempat berkelebat di kepala Vienna. Wanita itu mengepalkan tangan di s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   91. Syarat Terakhir

    Selain kehadiran ketiga pelayan dan satu pengawal, syarat terakhir yang Morgan berikan agar Sydney dapat melaksanakan acara malam ini yaitu, membawanya dan juga si kembar. Sydney sempat tidak setuju. Dia mengkhawatirkan keselamatan si kembar. Namun Morgan tetap teguh pada pendapatnya. Dengan alasan, si kembar sudah makan MPASI dan hanya Sydney yang bisa memasak itu. Pada akhirnya hasil negosiasi mereka adalah Morgan dan si kembar akan tetap berada di kamar sampai semua tamu pulang. Jadi di sinilah Morgan sekarang, di kamar bersama si kembar yang tertidur pulas. Mungkin sebentar lagi akan bangun karena tidak kunjung mencium bau ibu susu mereka. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam dan Sydney masih tidak membalas pesan Morgan yang dikirim sejak satu jam lalu. “Jangan lewat dari jam 11 malam atau aku harus menjemputmu ke sana, Cinderella.” Begitu isi pesan Morgan yang belum mendapat balasan dari Sydney. Untuk menghilangkan perasaan cemas yang menggerogoti hati, Morgan akhi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   92. Morgan Murka!

    Dada Morgan naik turun, betapa besar amarah yang ada di dalam sana. Biasanya Morgan dapat mengendalikan diri dengan mudah, tetapi jika menyangkut keselamatan Sydney, pria itu merasa sulit. “Pergi kalian!” bentak Morgan mengusir. Lebih baik, Vienna dan Lucas segera enyah dari hadapannya. “Jika kalian ada di depan mataku lagi, mungkin aku akan langsung membunuh kalian!” lanjut Morgan dingin. Morgan segera beralih pada Sydney dan menggendong wanita yang bersandar pada dinding itu. Sydney berpegangan pada leher pria itu. Nirina perlahan bangkit dan menyerahkan ponsel Sydney pada Morgan. Awalnya dia ragu Morgan bisa menerima itu karena kedua tangan pria itu sedang sibuk. Namun dengan mudah Morgan melepas satu tangannya untuk mengambil ponsel, dan menggendong Sydney hanya dengan satu tangan yang lain. “Terima kasih sudah menerima panggilanku. Anda ingin tinggal atau pulang? Aku bisa meminta anak buahku mengantar Anda,” ucap Morgan lebih lembut daripada saat berbicara dengan Vienna da

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-25
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   93. Tidak Semua Orang Jahat

    Sydney menyadari ada pesan masuk dari Timothy saat dia baru saja selesai mengeringkan rambut. Pagi sudah menyapa, tetapi pesan Timothy sejak semalam belum Sydney buka. Wanita itu menggeleng pelan sambil membaca pesan Timothy. [Aku tidak bisa datang malam ini karena sedang mengikuti olimpiade di luar negeri, padahal aku sangat ingin bertemu denganmu, Kak.] Sydney tersenyum tipis dan membalas pesan itu:, “Semoga berhasil, Tim. Dan semoga kita bisa segera bertemu.” Mengingat kejadian semalam, Sydney justru bersyukur Timothy tidak hadir. Kuliah dan olimpiadenya bisa terganggu jika dia menyaksikan drama keluarga mereka. Setelah itu, Sydney melangkah ke ruang makan. Di sana sudah ada Morgan, Gloria, Terry, serta si kembar. Gloria dan Terry terlihat sangat bahagia saat bermain dengan si kembar. Sementara Morgan menatap mantan mertua Sydney penuh waspada. Memperkenalkan si kembar pada Gloria dan Terry adalah ide Sydney. Dan Morgan, tentu saja tidak langsung menyetujui ide itu. “Mereka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-26

บทล่าสุด

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   166. Aku, Ibu Menyusui!

    “Kalian mendiskriminasiku,” protes Timothy, satu-satunya orang di antara mereka yang tidak bisa berbahasa isyarat.Timothy mencondongkan tubuh dan berbisik, “Apa yang kalian bicarakan? Sudah 10 menit kalian terus berinteraksi memakai bahasa isyarat. Aku merasa seperti patung.”Sydney tersenyum sambil menoleh. Dia mengetik sesuatu di ponselnya.“Maaf, Tim. Chester sedang membahas tentang kehadiran Vienna sebagai saksi, dan—tentu saja—tentang rasa jengkelnya pada Lucas.”Rasanya, Timothy masih seperti adik kecilnya yang dulu. Hanya sekarang pria itu lebih tinggi darinya.Timothy mengangkat kedua alis. Kemudian dia mengangguk-angguk pelan.Sementara Chester mengedikkan bahu dan melihat ke depan sambil menyilangkan tangan di depan dada.“Aku berniat meninju Lucas,” tukas Chester tanpa menoleh. “Kau akan melakukan apa padanya, Tim?”Timothy terkekeh. “Melihatmu. Aku tidak jago bela diri, Kak.”Chester sempat

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   165. Patut Dikasihani!

    “Apa kau benar-benar harus pergi sekarang?” tanya Sydney sambil menggerakan tangan. Hari di mana Morgan harus pergi cukup lama akhirnya tiba. Pria itu menghentikan langkahnya di depan pintu mansion. Angin pagi yang berembus pelan mengibaskan helaian rambutnya, sementara mata Sydney sudah berkaca-kaca. Sudah beberapa lama Sydney bersama Morgan, dia baru merasa kehilangan setelah pria itu berniat dinas panjang. Morgan menoleh dan melangkah mendekat. Dia mendekatkan wajahnya dan menatap mata Sydney dari jarak dekat. Pria itu mengangkat tangan dan mengusap pelan air mata yang mulai turun di pipi kekasihnya. “Dengar aku baik-baik,” bisik Morgan lembut. “Kau baru boleh pergi keluar sendiri setelah pengadilan resmi menjatuhkan hukuman untuk Bella, Vienna, dan Lucas. Mengerti?” Sydney mengangguk, cepat-cepat menghapus air mata yang tersisa dengan punggung tangan. Wanita itu tampak marah pada dirinya sendiri karena terlalu lemah. Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Sydney. “Aku jug

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   164. Ada yang Ingin Kukatakan

    Lucas melangkah keluar dari mansion Morgan dengan langkah berat dan bahunya jatuh. Dia mengepalkan tangan erat-erat, seperti hendak meninju siapa pun yang berani menghiburnya saat itu.Udara pagi yang dingin menusuk tulang, tetapi amarah di dalam diri Lucas lebih membakar dari apa pun.Setelah Lucas menghilang di balik pintu utama, Ken berdeham.“Jika ini semua untuk membalas dendam Sydney,” ucap Ken membuka obrolan sambil menyilangkan kaki dan melirik Morgan, “mengapa kau memberi mereka jalan untuk kabur?”Morgan menyesap kopinya perlahan. Asap tipis mengepul dari permukaan cairan pekat itu.“Akan lebih menyenangkan jika mereka kalah karena rasa putus asanya setelah terluka cukup parah,” jawab Morgan sambil menaruh cangkir di atas meja. “Aku ingin melihat mereka kejang-kejang sebelum mati.”Ken tertawa kecil. Bukan tawa lepas, melainkan semacam menahan geli yang menggelitik perutnya.Dia seperti sedang menyaksikan sebua

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   163. Untuk Siapa Lagi?

    “Kau melakukan itu untukku?” tanya Sydney seraya menaikkan kedua alis dan membentuk bahasa isyarat dengan kedua tangannya. Sydney merasa tenggorokanya kering, dan matanya belum beranjak dari milik Morgan—berusaha mencari jawaban lain, jika memang ada. Morgan mengangguk pelan. “Untuk siapa lagi?” tanya Morgan datar. “Dia mengganggumu dan hampir melukaimu. Aku tidak akan bisa memaafkannya. Lalu aku hanya memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Bella. Kedua wanita itu berkomplotan.” Sydney menyipitkan mata, tubuhnya seketika kaku. “Berkomplotan?” tanya Sydney mengulang ucapan Morgan sambil menggerakan tangan perlahan. “Apa maksudmu mereka bekerja sama dalam kasus pemerkosaan itu?” “Ya,” jawab Morgan tanpa ragu. “Bella butuh pelampiasan. Olive butuh pelindung. Mereka memanfaatkan satu sama lain seperti memperdagangkan bencana. Apa kau marah padaku?” Seketika, dunia dalam kepala Sy

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   162. Itu Hal Mudah

    "Saya butuh waktu untuk berpikir beberapa menit." Suara Lucas akhirnya pecah di antara deru napas beratnya.Tangan Lucas yang masih menggenggam kemudi, kini mulai gemetar. Di luar sana, malam begitu hening. Namun di dadanya, badai bergemuruh tanpa henti.Terdengar tawa Morgan dari seberang telepon, nyaring dan penuh ejekan.“Mengapa jadi kau yang perlu waktu untuk berpikir?” tanya Morgan penuh sarkas. “Kau yang membutuhkanku, Lucas. Jika tidak mau, silakan pergi dan jangan mengotori pemandangan dimansion-ku.”Lucas menutup mata sejenak. Dia mengangkat tangan dan menyugar rambutnya ke belakang, menahan agar kepalanya tidak meledak karena frustrasi.Seluruh tubuh Lucas terasa seperti terbakar oleh amarah dan kekalahan sekaligus.Selama ini, Lucas pikir proyek pengawalan eksklusif itu adalah peluang besar. Kerja sama dengan Morgan akan membuat nama Zahlee Entertainment dan Monarch Legal Group naik kelas.‘Sejak awal Tuan Morgan memang hanya ingin menjebakku dan Vienna,’ ucap Lucas dalam

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   161. 'Menteri Perdagangan'

    Setelah berita beralih ke topik lain, Sydney melangkah cepat menuju ruang kerja Morgan. Dia meninggalkan Layla yang masih terpaku di sana.Namun, ada dua anak buah yang berjaga di depan ruang kerjanya. Saat melihat Sydney mendekat, keduanya membungkuk hormat.“Maaf, Nona. Tuan Morgan sedang mengadakan rapat daring dengan Menteri Perdagangan,” ujar salah satunya memberi tahu.Sydney menautkan alisnya, padahal ada banyak hal yang ingin di tanyakan.Wanita itu mengetik cepat di layar ponsel, lalu memperlihatkannya pada mereka berdua.“Beri tahu Morgan jika aku menunggu di kamarku.”“Akan kami sampaikan, Nona.” Salah satu dari mereka mengangguk.Sydney tidak berkata apa-apa lagi. Dia mencengkram ponsel dengan erat saat berjalan menjauh dengan langkah yang semakin cepat.Sesampainya di kamar, Sydney langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang. Rambut panjangnya menjuntai ke sisi wajah, menutupi ekspresi muram yang mulai mengendap di sana.Sydney menarik napas panjang, lalu membuka portal ber

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   160. Tanganmu Bau Darah

    "Apa yang baru saja kulakukan ...." desah Bella lirih dan suaranya bergetar. Begitu pula dengan tangannya yang gemetar. Pistol yang masih mengepul itu jatuh dari genggamannya dan menghantam lantai dengan dentingan logam yang keras. Pandangan Bella mengabur dan napasnya tercekat. Di hadapannya, tubuh Olive terbujur kaku di lantai kafe. Darah mengalir dari dada wanita itu, membentuk genangan yang perlahan meluas. Yang membuat Bella ketakutan, mata Olive masih terbuka dan menatapnya penuh amarah. Sunyi mendadak mengurung ruangan. “P-Pembunuh! Dia membunuhnya!” teriak seseorang di sudut ruangan. Teriakan itu membangunkan semua orang dari keterpakuan mereka. Beberapa pengunjung memekik, sebagian lainnya merunduk ketakutan. Bella menoleh cepat dengan wajah yang memucat. Bola matanya bergerak liar, seperti rusa yang terjebak dalam jerat. Wanita itu berbalik. Dengan sorot mata penuh amarah, Bella menatap tajam kedua pengawalnya yang berdiri di belakangnya tanpa melakukan apa-apa. “B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   159. Menyelamatkanku?!

    “Pergilah!” geram Bella dengan wajah memerah. “Kau sudah cukup beruntung masih selamat dari amukan Morgan. Jangan mencari masalah denganku!”Alih-alih mundur atau gentar, Olive justru menanggapi dengan tawa lebar, keras, dan penuh ejekan.Suaranya menggema di dalam kafe, membuat beberapa pasang mata yang semula hanya mengintip mulai terang-terangan menoleh.“Jangan seperti itu pada teman lamamu, Veronica,” ujar Olive berpura-pura sedih sambil memegang dadanya.Bella mengernyitkan dahi. Olive tidak biasanya memanggil Bella dengan nama panggung.“Veronica Pillpel kecil yang menggemaskan dan polos,” lanjut Olive sambil menyenderkan tubuh ke sandaran kursi, matanya bersinar penuh kemenangan.“Kau ingat? Kita sudah berteman sejak aku menemukan bakat luar biasamu di usia 17 tahun. Ya ampun, betapa cepat waktu berlalu.” Olive mengibaskan rambutnya ke belakang.Genggaman Bella pada gelas es kop

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   158. Hancur Bersama

    Bella menyandarkan punggungnya di kursi belakang mobil. Dia menatap layar ponsel tanpa benar-benar membaca apa pun. Wanita itu hanya menggulir layar ponsel ke atas dan ke bawah.Nina, sang manajer, baru saja membuka pintu mobil.“Kau mau beristirahat di mana?” tanya Nina sembari melirik ke arah kursi penumpang.“Bawa aku ke kafe,” desah Bella tanpa menoleh. “Aku butuh es kopi.”Tanpa bertanya lagi, Nina masuk ke kursi kemudi dan langsung menyalakan mesin. Mobil melaju perlahan menjauh dari lokasi syuting.Beberapa menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan Pop Cafe, sebuah tempat kecil yang sering mereka datangi untuk kabur sejenak dari hiruk-pikuk dunia selebriti.“Kau ingin pesan apa? Yang biasa?” tanya Nina sambil menoleh ke belakang, bersiap keluar.Bella menghela napas panjang, kemudian melihat sekeliling. Keramaian kafe itu seperti magnet baginya kali ini.“Aku akan ikut kau turun,” jawab Bella sambil merapikan rambut dan memeriksa riasannya di spion tengah.Nina menaikkan k

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status