“Dor!”
“Astaghfirulloh, Meiiii!” kaget Lisa ketika mendapati satu-satunya temannya mengagetinya ketika ia sedang serius nugas di gazebo taman kampus.
Mereka satu kampus tetapi beda jurusan, tetapi gedung mereka bersebelahan, jadi Mei tak perlu jalan jauh untuk menemui Lisa yang selalu sendiri itu.
Mei duduk di samping Lisa, disusun Hanum yang baru-baru ini berkenalan dengan Lisa, mereka bertemu di grup magang.
“Assalamu’alaikum, semua!” sapanya ceria.
“Wa’alaikumsalam, Num,” balas Lisa dan Mei.
“By the way, lu berdua enak banget gak ada KKN, gue ada,” keluh Mei yang benci harus tinggal di luar rumah.
“Makanya masuk jurusan ekonomi,” ledek Hanum.
“Yeu, gue juga mana tau kalau jurusan ekonomi diistimewakan,” balas Mei.
“Tapi emang jurusan lu ribet si, Mei.”
“Dih ngatain, lagi kesel juga ….”
Lisa hanya terkekeh mendengarkan keduanya berdebat masalah kampus mereka yang tidak adil itu. Memang kampus itu membuat aturan istimewa bagi mahasiswa jurusan ekonomi yang dibebaskan dari KKN, sebab mereka akan menjalani magang selama 6 bulan dan harus bisa membangun bisnis sekecil apapun.
Pembicaraan mereka mengalir, hingga Hanum nyeletuk membicarakan tentang seseorang yang membuat Lisa langsung pucat pasi.
"Gue tadi ditanyain sama Kak Baron tentang lo, Lis. Lo ada kenal sama dia?"
Bukannya menjawab, Lisa malah melamun, tentu ia tau. Pria yang membuatnya mengalami trauma dan membuatnya ingin berhenti menjalani hidup, seorang yang dua minggu lalu membuatnya takut karena menguntitnya.
"Lis ...." gumam Mei merasa aneh dengan respon Lisa.
Lisa langsung tersenyum dan menggeleng, "Aku gak kenal sih, cuma tau kalau dia senior di jurusan teknik," ujarnya datar.
"Dia keknya tertarik ama lu, Lis," ujar Hanum.
Mei terkekeh, "Gak heran kalau Lisa yang ditaksir, kalau gue lah aneh, hahaha!" sahut Mei sengaja.
Mei memang sengaja membuat agar Hanum teralihkan fokusnya pada pembicaraan yang sepertinya membuat Lisa tak nyaman. Ia tau pasti ada yang disembunyikan darinya.
+++
Nama: Lisandra Purwaningsih
TTL: Jakarta, 22 Februari 2001
Usia: 22 tahun
Tinggi badan: 165 cm
Berat badan: 52 kg
Ukuran sepatu: 39
Domisili: Jakarta Pusat, Jl. Dahlia, Gang. Seruni, No. 90L (bersama neneknya)
Pendidikan terakhir: SMKN 10000 Jakarta
Hobi: Membaca novel, membuat kue dan merawat tanaman
Cita-cita: Pebisnis kue
Prestasi: Memenangkan lomba baca puisi tingkat nasional
Ibu: Sandra (Nama asli: Guti)
Pekerjaan Ibu: PSK sejak usia 18 tahun
Usia: 34 tahun (sudah meninggal)
Kasus meninggal: Pembunuhan
Ayah: -
Data ayah terlihat kosong karena memang Lisa diketahui anak hasil perselingkuhan ibunya yang saat itu menjadi simpanan orang.
Diduga, Lisa anak dari suami orang yang membunuhnya.
Max mengerutkan kening membaca riwayat hidup Lisa. Ia lahir dari rahim pelacur, kemudian tumbuh menjadi gadis baik yang dididik oleh neneknya, itu luar biasa. Padahal dengan tubuh moleknya itu, ia bisa saja mendapatkan banyak royalti untuk hidupnya, misalkan menjadi model.
Ia tak habis pikir dengan kondisi Lisa, ia masih memikirkan hal itu dan akan mendalaminya lagi. Kini ia melihat kinerja Lisa tak ada masalah, ia bahkan menjadi ibu asi terbaik yang ia punya, tapi ia kesulitan menekan perasaannya terhadap gadis kuliahan itu.
Gedung-gedung pencakar langit dii balik dinding kaca laintai 34 itu tak menghibur kegundahan hati Max, ia masih menimbang perasaannya dan berusaha mengenyahkan perasaan merah jambu itu pada Lisa. Ia merasa seperti ABG kalau masih hanyut dalam perasaan cinta-cintaan itu.
+++
Sore harinya sekitar jam 17.00 WIB, Max tak tau mengapa ia malah lewat jalan di mana kampus Lisa berada, ia bahkan sampai berputar tiga kali untuk mengamati sekitar. Ada hal yang mengganjal hatinya, ia merasa ada yang salah.
Ia memantau CCTV, tidak melihat keberadaan Lisa bahkan baby Axel sampai menangis, untunglah Lisa meninggalkan asinya untuk baby Axel. Namun, itu membuat Bi Ijah ikut khawatir, tak biasanya Lisa tak mengabarinya, hingga akhirnya melapor pada Max.
Tak tahan menunggu di luar gerbang kampus, Max melajukan mobilnya masuk gerbang kampus dan memarkirkan mobilnya di sana. Kampus terkenal di Jakarta yang hanya bisa dimasuki oleh orang kaya atau orang pintar, Max yakin Lisa ada di kategori kedua, karena beasiswa prestasi.
"Bener kan kampus ini ...." gumamnya.
Setelah itu, ia keluar mobil dan mengamati kampus yang sudah mulai gelap karena cuacanya juga mendung. Ia menyandarkan tubuhnya yang masih lengkap dengan jasnya, hanya dasinya yang sudah dilepas. Tak biasanya ia menunggu seseorang seperti ini, hingga ia bosan dan mengeluarkan rokoknya.
Melihat kondisi kampus yang mulai dinyalakan lampu tamannya, tanda hari sudah gelap, Max jadi semakin khawatir, apakah Lisa sudah pulang dan mampir ke suatu tempat. Kakinya melangkah ke dalam dan mulai menyusuri koridor sambil merokok, ada seorang Satpam yang lewat dan menegurnya.
"Eh, Masnya ngapain di sini?" tanya satpam yang sedang patroli itu.
Max meliriknya dengan sikap angkuhnya, ia mengepulkan asap dari hidungnya dan menjawab santai.
"Saya mau jemput mahasiswi di sini, Bapak tau yang namanya Lisa?"
Satpam itu mengeryit, ia mengingat-ingat sosok yang bernama Lisa yang ia kenal, "Dia cantik dan pake hijab, kan Mas?"
Max mengangguk, tak heran kecantikan Lisa membuatnya terkenal.
"Saya gak liat sih ...." jawab Satpam itu membuat Max menghela napas kasar.
"Ya udah saya cari dulu."
"Mau saya temenin, Pak?"
"Gak usah!"
Namun, belum sempat Max berjalan lagi, ia mendengar suara teriakan.
"Toloooooong!"
Ternyata tak hanya Max yang dengar, tapi Satpam juga mendengarnya, mereka berdua kaget dan spontan mencari sumber suara. Satu hal yang diketahui Max, itu suara Lisa, gadis polos itu.
Max berlari sekuat tenaga, jantungnya berdetak dengan kecepatan yang over, tapi ia tak memepermasalahkan itu dan berlari diikuti Satpam yang membawa senter dan menerangi koridor dengan sembarangan.
"Lisa!!!" teriak Max mencoba memberri petunjuk agar Lisa mendengarnya.
"Aaaaaaaa!" Teriakan itu terdengar lagi, semakin dekat suaranya.
Max lantas mengikuti arah suara dan masih diikuti Satpam yang sebenarnya merasa takut apa yang terjadi di dalam ruangan yang paling jarang dikunjungi itu, itu seperti suara hantu yangs ering menjadi cerita horor kampus mereka.
"Lisa!" panggil Max terus berlari.
Hingga tak lama teriakan demi teriakan menyuusul, Max yakin satu ruangan yang tertutup dengan cahaya kuning dari dalam itu adalah asal suara berada. Ia menoleh ke arah Satpam dan meminta Satpam memanggil siapapun yang bertanggungjawab di kampus.
Satpam tersebut langsung melaksanakan tugasnya, sementara Max langsung mendobrak pintu tersebut dengan kekuatannya yang ia bangun dengan rutin gym tiap pagi.
Bunyi pintu terbuka kasar pun terdengar dan membuat semua yang ada di ruangan itu mendelik kaget, begitupun dengan Max yang shock melihat apa yang ada di depan matanya sekarang.
"Lisa!!!"
Aduh, kira-kira Lisa kenapa, ya? Jangan lupa komentar dan vote, ya teman-teman. Terima kasih sudah membaca buku ini. Ikuti terus sampai akhir, ya
Lisa meletakkan ponselnya di tas, mengabaikan pesan agresif dari kakak tingkatnya yang seperti kata Hanum, dia memang menyukainya. Tentu Lisa sadar akan hal itu, tetapi ia juga menyadari kalau pria itu terlihat jelas, bukan pria baik-bik seperti yang dikatakan Mei, dia buaya darat alias playboy. Pacarnya ada di mana-mana, gebetannya pun tak terhitung, ia memang tampan tapi auranya jelas tak bisa dikatakan baik. Sejauh ini Lisa sudah banyak menemui pria semacam Baron, wajah tampan tetapi kelakuan bak iblis, otaknya hanya berisi tentang wanita dan hal berbau zina. Ia menghela napas berat, menatap gerbang yang ada di depannya. Pukul 16.45 WIB ia baru keluar dari perpustakaan karena baru selesai mengerjakan tugas kelompok, tetapi ia yang menyelesaikannya seorang diri karena tiga anggota lainnya pulang terlebih dahulu dengan alasan ingin malam mingguan karena itu hari Sabtu. "Duh, aku jadi gak enak sama Bi Ijah dan Baby Axel, aku sering ijin kek gini ...." Ia sudah ijin tadi pagi kal
Max sengaja memperpanjang perjalanan bisnisnya pasca ia yakin bahwa perasaannya pada Lisa adalah spesial, tetapi ketika kembali bukannya perasaan itu berkurang, tetapi malah meledak, meluap bak lumpur lapindo. Perasaan itu meletup-letup tanpa bisa dihindari. Ia sampai tak keluar kamar, tak berani menemui baby Axel ketika Lisa belum pulang kerja hingga ketika baby Axel menahan Lisa untuk menginap di rumahnya, ia memilih pergi ke kantor dan tidur di sana. Ia benar-benar niat untuk menjauhkan perasaannya pada Lisa, tetapi itu tak berhasil. Oleh sebab itu, ia menghubungi Hans dan curhat pada si pakar perrcintaan cap buaya darat itu tentang perasaannya yang tak bisa dibendung lagi. Hingga ia mendapat kesimpulan bahwa ia harus menerimanya dan belajar cara menikmati perasaan itu tanpa diketahui oleh Lisa. "Gini ya, Bro. Masalahnya lo udah suka ama dia, kalo misal lo baru tertarik mungkin bisa tuh lo cari kekurangan dia biar lo ilfil sama dia, tapi kalo udah suka mah susah ngilanginnya.
"Aku masih gak ngerti, sebenarnya apa yang Mbak Resti maksud," ujar Lisa bingung. Resti menghela napas dengan gadis tidak peka di depannya itu. "Gini loh, kamu gak tau kalau Pak Boss kita bukan orang biasa?" Lisa meringis, "Iya tau, dia orang kaya kan?" "Bukan itu maksudku," balas Resti gemas. Baby Axel tiba-tiba merengek, ia sepertinya tidak puas dengan susu dari dot, padahal itu juga asi stok yang disiapkan Lisa untuknya. "Oeeeek!" maka pecahlah taangis bayi itu. Lisa langsung meminta baby Axel dari gendongan Resti. "Siniin Mbak, mungkin dia mau nenen langsung ke aku." "Iya kali yah, padahal asinya belum basi loh, kan ditaruh di kulkas," ujar Resti sambil menyeragkan baby Axel ke dalam gendongan Lisa. Lisa pun menggendong baby Axel lalu bersiap menyusuinya. "Uluh-uluh, si ganteng tau yah kalau ada Kakak, iya?" Melihat itu Resti terkekeh, ia membantu merapihkan posisi baby Axel agar Lisa nyaman juga, ia masih diinfus karena masih membutuhkan asupan pada tubuhnya
Tatapan tajam Lisa membuat Max tersadar dan menatap balik gadis bermata jernih itu. Ia menutup ponselnya dan menaikkan sebelah alis. "Kenapa?" tanyanya sembari mengantongi ponselnya lagi. "Eng ...." Lisa menggeleng takut, "Gak kenapa-napa, Pak?" "Kamu tadi natap saya kayak gitu," ujar Max. Lisa menggeleng lagi, "Gak Pak, gak papa. Maaf sudah mengganggu." "Jangan-jangan kamu terpesona pada saya?" +_+_+ Pada akhirnya Lisa tak bisa tidur lagi, ia tak nyaman ada Max di ruangan itu. Max tidur di sofa setelah menggodanya tadi, pria itu menuduh Lisa terpesona karena menatapnya lama. Padahal Lisa sedang mengamati tato-tato di tangan Max, lalu mengepaskan dengan teori-teori yang dibuat Resti yang suka nonton YouTube dengan chanel cerita-cerita hororr. Lisa juga terpengaruh oleh cerita Resti, takut Max melakukan hal buruk padanya sebagai persembahan. Sampai ketika jam 1 malam, baby Axel terbangun dari tidurnya dan menangis, sepertinya Lisa tak akan tidur malam ini. Resti pun langsung ter
Max tak habis fikir dengan pengakuan Lisa atas alasan mengapa gadis itu menjauhinya, ternyata itu karena segitiga dengan gambar mata di tengahnya yang sering disebut sebagai Illuminati, padahal ini adalah tato yang ia buat ketika ia memulai bisnis dengan filosofi yang berbeda jauh dari illuminati itu sendiri. "Lis, serius kamu mikir kalo saya ngelakuin hal konyol begitu?" "Saya kan cuma dapet info dari internet, Pak," jawab Lisa mulai santai. Max pun ikut santai dan tertawa melihat bagaimana cara Lisa berpikir, sangat polos. "Hahahaha!" Gemparlah seisi mansion ketika mendengar tawa Max yang hampir tidak pernah terjadi semenjak hubungannya renggang dengan mantan istrinya. Beberapa pegawai di rumah itu, pembantu, bodyguard, dan tukang kebun bahkan mengintip di ambang pintu. Mereka sampai mendelik melihat betapa Max terlihat bahagia dengan Lisa sebagai objek tawanya. Lisa sendiri memanyunkan bibirnya karena kesal, "Bapak jangan keras-keras ketawanya, nanti baby Ax bangun." "Baby A
Lisa benar-benar tak habis pikir, berita yang ditunjukkan Hanum padanya membuatnya berpikir mendalam tentang apa yang terjadi. "Gue sebenernya puas sih ngeliat gimana para manusia sombong itu akhirnya ketemu lawan yang tepat, tapi kalau yang ngelakuin kekerasan ini adalah musuh mereka, harusnya dia lebih kuat dari Baron yang notebennya anak Mentri Keuangan negeri kita," kata Hanum mengungkapkan analisisnya. "Aku juga mikir begitu ... Baron gak mungkin kena hukum." Yup, orang-orang yang masuk jajaran orang yang memiliki jabatan biasanya mereka kebal hukum, kecuali backing mereka tidak lebih kuat dari lawan. "Tapi, siapapun itu, gue berterima kasih banget sama dia. Akhirnya sejak saat itu, gak ada yang berani godain lo ...." Kalau dipikir-pikir memang benar, sejak saat itu WA-nya sepi dari para buaya, di kampus juga tidak ada cowok yang berani mendekatinya, mereka seolah menghindar. Tentu ia senang, tapi ia masih merasa aneh dengan hal itu. "Menurutmu?" tanyanya ke Hanum. "Itu ka
Modus adalah nilai yang sering muncul, itulah mengapa modus sering digunakan untuk mereka yang suka cari perhatian. Cara ini pula yang dilakukan Max agar Lisa terbiasa dengan eksistensinya di sekitarnya. "Pembagian tugas akan dikirim ke akun masing-masing, silahkan dicek," lanjut Max tersenyum tambah lebar melihat wajah bingung para mahasiswa itu. Terutama, Max sangat menikmati wajah bingung Lisa yang seperti ingin menangis dengan situasi itu. Bagaimana tidak, ia membuka akun magangnya dan sekarang tugasnya yang awalnya ditempatkan di devisi umum, sekarang harus masuk di asisten sekretaris. Tidak ada temannya, ia hanya sendiri di bagian itu dan menjadi orang yang dekat dengan CEO yang tengah tersenyum sambil menatapnya itu. Sial sekali Lisa, sekarang ia harus berhadapan terus dengan Max yang semakin hari semakin membuatnya tak nyaman. "Gue gak tau bakalan bail-baik aja tau enggak," keluh Hanum. Akan tetapi ketika ia menoleh ke arah Lisa, ia kemudian mendapati temannya sangat frust
Hari kedua, Lisa mulai diberi tugas oleh asisten dan dua sekretaris yang dimiliki Max. Max memiliki tiga bawahan terdekat yakni, Fano sebagai asisten, Windya, dan Mercia sebagai sekretaris. Mereka bertigalah yang mengurus segalanya tentang sang bos besar. Maka sekarang Lisa pun ikut andil dalam tugas tersebut. Pertama, Lisa ikut mengatur penjadwalah dan berdasarkan surat penting yang masuk. Selanjutnya, ia ikut menghadiri rapat, lalu membuatkan kopi untuk Max dan bahkan Max memintanya memasakkan makanan sendiri di dapur kantor, alhasil ia harus ke toserba untuk membeli sayur sekaligus bahan dapur lain dan memasaknya. Ia kira memang Max suka mengerjainya, harusnya itu bukan pekerjaannya. Tapi ia teringat kata kakak senior bahwa saat magang adalah saat-saat jadi babu, jadi Lisa harus sadar dan tidak ada tempat mengeluh, ia babu sekarang dan harus melakukan yang terbaik. "Lo ngapain masak di sini?" tanua Devan yang kebetulan ingin mengambil cemilan di dapur. Lisa tersentak kaget dan m
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j