Kira-kira kenapa sih Max kayak orang kasmaran .... Yuk dukung cerita ini, dan jangan lupa beri ulasan ya :)
Hari kedua, Lisa mulai diberi tugas oleh asisten dan dua sekretaris yang dimiliki Max. Max memiliki tiga bawahan terdekat yakni, Fano sebagai asisten, Windya, dan Mercia sebagai sekretaris. Mereka bertigalah yang mengurus segalanya tentang sang bos besar. Maka sekarang Lisa pun ikut andil dalam tugas tersebut. Pertama, Lisa ikut mengatur penjadwalah dan berdasarkan surat penting yang masuk. Selanjutnya, ia ikut menghadiri rapat, lalu membuatkan kopi untuk Max dan bahkan Max memintanya memasakkan makanan sendiri di dapur kantor, alhasil ia harus ke toserba untuk membeli sayur sekaligus bahan dapur lain dan memasaknya. Ia kira memang Max suka mengerjainya, harusnya itu bukan pekerjaannya. Tapi ia teringat kata kakak senior bahwa saat magang adalah saat-saat jadi babu, jadi Lisa harus sadar dan tidak ada tempat mengeluh, ia babu sekarang dan harus melakukan yang terbaik. "Lo ngapain masak di sini?" tanua Devan yang kebetulan ingin mengambil cemilan di dapur. Lisa tersentak kaget dan m
Max sengaja tak mengonfirmasi apapun karena ia menikmati ekspresi yang dibuat oleh Lisa. Ia senang dengan panggilan Mama Papa, bukan Daddy dan Mommy seperti yang ia gunakan untuk panggilannya dengan Eva. Ngomong-ngomong soal Eva, wanita itu sengaja tidak hadir dalam pemotretan 2 kali, itu sangat mengganggu operasional marketing. Eva terlihat sekali berniat untuk memutus kontrak kerja dengannya, padahal ia kira semua akan baik-baik saja.Namun, Eva malah ingin bertindak seperti musuh. Ia tau Eva bukan tidak perduli pada baby Axel, ia hanya terlalu marah pada Max yang mengabaikannya selama empat tahun pernikahan mereka."Apa lagi yang wanita itu inginkan, sih?" gumam Max frustasi. Ia memang salah tapi, Eva juga dengan ceroboh mengajaknya menikah setelah setahun berkencan. Tentu Max mencintai Eva tapi, mereka memang tak cocok sejak awal. Eva membutuhkan pasangan yang pengertian dan perhatian, sementara Max butuh wanita yang pengertian dan setia mengingat tugasnya yang hampir 24 jam penu
Lisa bahkan menangis di sepanjang jalan menuju kediaman sang majikan. Bagaimanapun Lisa adalah seorang gadis yang sangat polos dan tidak mengerti banyak hal tentang dunia luar, yang ia tahu hanya belajar, pulang, dan melakukan hal lain yang bermanfaat. Ia jarang sekali hangout dengan teman-temannya. Ia hanya bisa meratapi semua itu, ketika mengingat kejadiannya lagi. Resti yang ada di sampingnya terus menenangkan gadis itu, "Lis, aku yakin Tuan pasti nggak sengaja melakukan itu. Dia bukan orang yang seperti itu, ya ... meskipun mungkin dia bukan orang baik, tapi tetap saja dia bukan orang yang melakukan hal-hal rendah seperti itu." Lisa masih sesenggukkan, untunglah baby Axel tidak rewel dan tertidur. "Lisa, kamu harus bisa berpikir positif ya ...." Lisa hanya mengangguk, "Aku lagi berusaha untuk berpikir positif." "Oke, lebih baik sekarang kamu tbabyenangkan diri kamu biar baby Axel gak ikut sedih. Kamu tahu kan gimana ikatan bayi yang selalu peka dengan perasaan orang-orang di s
Max mengusap wajahnya frustasi, belum apa-apa sudah salah paham lagi. Ia tidak mengerti kenapa harus datang di waktu yang salah, lagi-lagi ia datang ketika ia tak sengaja harus melihat sebagian payudara gadis itu. Kini ia di depan kamar dan menunggu ketika Lisa keluar, mungkin dengan Lisa yang keluar. Ia tidak akan melihat hal-hal yang tidak seharusnya ia lihat sekarang. Sudah cukup ia disalah pahami, sementara ia sedang berusaha untuk membuat Lisa menyukainya tapi, malah sebaliknya, itu membuat Lisa membencinya. Maka, ketika Lisa keluar dari kamar Baby Axel, ia pun langsung mendekati Lisa dan mengajaknya bicara. "Lis, saya bisa jelaskan semuanya ...." Lisa hanya melirik, tetapi ia tidak menolak ketika ingat kata Bi Ijah kalau dia harus mendengarkan apa yang disampaikan oleh Max nanti. Lisa berjalan lebih dulu dan duduk di ruang tamu, tempat paling terbuka dan bisa diakses siapapun di sana. Saking tegangnya, Max sampai tak bisa menelan ludahnya dengan benar, sementara Lisa sendir
Lisa tak mengerti kenapa Max tiba-tiba marah-marah begitu, ia bahkan sengaja menyerahkan Baby Axel yang tertidur kepada Resti, sementara ia sekarang di taman ini bersama Max yang menatapnya tajam. "Kenapa kerjaanmu menumpuk?" tanyanya to the point. Pertanyaan itu cukup aneh dan membuat Lisa bingung, "Ya, itu ... karena saya ...." "Apa kamu meninggalkan pekerjaanmu untuk bersama laki-laki?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Pak," balas Lisa jujur. "Kamu pura-pura gak mengerti tapi, saya sering liat kamu ngobrol sama cowok," ujar Max sengit. "Astaghfirulloh!" gumam Lisa menenangkan dirinya agar sabar."Kan karyawan Bapak banyak cowok di kantor masa saya nggak boleh ngobrol sama mereka dalam hal pekerjaan, memang saya harus diam-diam saja?" "Bukan semua cowok tapi cowok yang sering ngobrol sama kamu." Lisa baru sadar kalau yang dimaksud Max adalah Devan, cowok goodlooking dambaan cewek kampus. "Gini, Pak, saya memang ngobrol sama temen saya sesama anak magang tapi, saya gak ngobro
Mulai lagi, Lisa menatap datar ke arah Max di layar ponsel, sementara itu Baby Axel yang tiba-tiba datang langsung menepuk-nepuk ponsel Lisa. Max jadi tak bisa melihat Lisa karena anaknya yang memenuhi kamera, hal itu membuat Lisa tertawa begitupun Baby Axel sendiri yang merasa senang dengan apa yang dia lakukan. "Sayang, Papa lagi ngobrol sama Mama, jangan ngalangin dong," ujar Max dengan nada halus. Bukannya terkesan, Lisa merasa ingin muntah dengan apa yang Max katakan. Ia meraih Baby Ax untuk duduk di pangkuannya dan menjauhkan kamera dari Baby Axel. "Jangan kebiasaan bilang Mama-mama deh, nanti Baby Ax kebiasaan manggil saya Mama." "Loh, emang sengaja kan, biar baby Ax terbiasa nantinya." Lagi-lagi Max membuatnya kesal, "Apaan sih." "Mama!" Lisa dan Max tiba-tiba mematung, Baby Axel menyebut Mama sambil tersenyum polos. "Oh my God!" pekik Max di sebrang sana. Lisa sebenarnya sudah pernah mendengar ini, tapi baru kali ini Baby Axel mau menunjukkannya pada sang ayah. "Oh
Tentu saja Max tak mengingkari janjinya, selepas urusannya selesai ia langsung pergi ke bandara untuk pulang ke Jakarta. Bagaimanapun Max mengabarinya terlebih dahulu, gadis itu masih terkejut saat melihat Max pulang dengan terburu-buru. Max langsung cuci tangan sebelum menyapa putranya yang sibuk makan mpasi bersama Resti di taman samping. Tak melihat keberadaan Lisa, Max bertanya kemana perginya gadis itu. "Lisa kemana, Res?" tanya Max bingung. "Ke kantor Tuan, seperti biasa ...." "Duh harusnya kan libur dulu," gumam Max sebelum pergi ke kamarnya. Dalam keadaan lelah begitu, Max masih saja tampan bak pangeran, meski wajahnya spek mafia yang seram. Akan tetapi ia kini sedang kepikiran dengan Lisa, gadis itu kelelahan luar biasa, pantas asinya keluar sedikit. Langsung saja setelah sampai di kamar, ia menelpon Lisa untuk pergi bersamanya ke rumah sakit, ia bahkan meminta Fano untuk membiarkan Lisa libur hari ini. "Baik, Pak." Seperti biasa Fano patuh pada Max, nilai plus yang
Cara yang disarankan oleh dokter Ester selain opsi pertama adalah dengan perbanyak minum air putih dan makanan sehat, sering memijat laktasi dan memompa payudaranya. Lisa sendiri dengan rajin melakukan itu selama tiga hari tapi belum berhasil juga, hingga di hari keempat itu berhasil. Ia merass sangat senang dan memberi tahu Bi Ijah, yang langsung mengabari majikan mereka. Max sampai membuatkan surat ijin untuk Lisa pada HRP dengan alasan sskit, sehingga tidak ada yang mengkritiknya nanti. "Uluh uluh, baby Ax kangen banget yah nenen sama Kakak, iya?" tanya Lisa lembut kas seseorang yang berbicara dengan bayi. "Hem, Mama!" balas baby Ax tersenyum girang. "Duh lucunya, sini cium dulu ...." ia pun mencium pipi baby Axel yang tetap gembul meski badannya tak begitu gemuk. Lisa tak bisa menahan diri kalau sudah bersama baby Axel, ia selalu akan menjadi terfavorit. Bagaimana tidak, baby bule seperti Axel ini juga sudah jadi selebgram dengan centang biru di akunnya, Resti-lah yang mengur
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j