Jangan lupa dukung cerita ini ya :D
Max sempat kaget dengan suara Lisa yang biasanya lembut, kini menjadi keras. Ia terkejut dengan luapan emosi itu sampai tak sadar berdiri dari duduknya seperti yang dilakukan Lisa. "Lis," gumam Max sehati-hati mungkin. "Dengarkan saya dulu, kamu perlu pahami apa yang says katakan bukan dengan pikiranmu sendiri." "Tapi Bapak bilang ...." "Saya belum mengatakan semuanya, jadi dengarkan dulu dengan tenang, oke?" Lisa mengangguk saja, "Saya harus bagaimana, Pak?" tanyanya. "Ini asumsi kalau kamu mengalaminya lagi, sebab kondisi tubuhmu yang masih muda mungkin belum kuat untuk menjadi ibu susu. Jadi, Vanya menyarankan seperti apa yang disarankan Dokter Ester di opsi pertama. Tapi saya tau betul kamu gak mungkin mau saya sentuh, jadi bagaimana caranya agar saya bisa membantu, yakni dengan kita menikah." Max menunggu reaksi Lisa yang kosong, ia seperti shock dan mencoba berpikir lagi. Namun Max buru-buru menjelaskan kalau ia tak punya niat jahat atau niat untuk memanfaatkannya. "Lisa,
Jujur saja, Max merasa berat saat Lisa mengatakan akan pergi sesuai kontrak yang mereka buat. Ia harus mencari cara agar bisa menahan Lisa di rumah ini. Namun, sepertinya ia akan menggunakan cara umum dengan perpanjangan kontrak. Kalau cara itu gagal, ia akan benar-benar membuat Lisa menjadi nyonya Alexander agar tak bisa kemana pun. Tentu saja Max bukan tipe suami yang pengekang, tetapi ketika orang itu sudah menjadi bagian dari dirinya, sejauh apapun ia pergi pasti ia akan menemukannya. "Oh, Sayang Lisa, kita akan tetap bersama selamanya. Mama adalah kebanggaan bagi kita dan kebutuhan bagi kita, kan baby Ax? Maka bekerjasamalah dengan Papa ...." gumamnya mengelus surai sang putra dengan lembut. Mungkin inilah titik kritis seorang Max, ia harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Sementara di laur, Lisa sedang makan dengan tenang sembari mengetik pesan pada neneknya sekedar menanyakan kabar. Ia berencana akan pulang, tetapi mengingat ia sudah sering ijin, ia tau diri untuk menunda
Pagi yang cerah, sayangnya dimulai dengan sesuatu yang menyebalkan. Pagi ini Max membawa masalah di meja makan, masalah yang dimaksud adalah seorang wanita dengan pakaian seksi dan ikut duduk di meja makan. Lisa memang sudah biasa makan bersama dengan Max dan juga baby Axel, tapi ia hanya tidak ingin ada orang yang berpakaian terbuka kemudian memperlihatkan itu di depan anak-anak seperti baby Axel, karena itu akan membuat baby Axel terbiasa melihat hal-hal seperti itu dan membuat otak kecilnya terkontaminasi. Percaya dirinya Max, ia malah menganggap kalau Lisa cemburu padanya dan itu membuatnya bahagia, kemudian menganggap bahwa cara itu efektif untuk melihat bagaimana perasaan Lisa padanya. "Kenalin ini client aku, Xanon, ini Ibu Susu anakku, Lisa." Xanon menatap Lisa dengan pandangan merendahkan, sementara Lisa hanya tersenyum seadanya, mengangguk sopan. "Kamu udah nikah kan?" tanya Xanon tiba-tiba. Melihat wajah Xanon yang type-type suka membully membuat Lisa geram. Max send
Fano menatap berkas di tangannya dengan harap-harap cemas, bagaimana ia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat kalau kondisinya seperti itu. "Lis," gumam Fano mendekati Lisa. Lisa pun menatap Fano bingung, "Kenapa, Pak?" tanyanya. "Kamu ke ruangannya Pak Maxel sana!". "Ini seperti saya yang ditumbalkan deh," ujar Lisa takut. "Karena kamu kerja sama dia di rumah mungkin akan lebih ramah bagimu," ungkap Fano membujug. Lisa bimbang dengan keadaan itu, tetapi Fano terlihat tak memiliki jalan keluar Mercia dan Dewi juga sudah gemetar. "Berkas-berkas ini harus diselesaikan cepat atau besok Pak Maxel tambah marah." "Kan salahnya dia," balas Lisa. "Gak sesederhana itu, sekarang kita harus bisa mengubah suasana hatinya dulu." Awalnya Lisa menggeleng tetapi melihat Fano yang memelaa, akhirnya ia tak tahan dan melaksanakan permintaan Fano, bagaimanapun Fano yang tau bagaimana situasi aslinya. Gugup jelas, takut apalagi, ia tak mengerti seberapa marah Max di dalam sana. Ia harus bag
"Kenapa jadi saya, Pak?" tanya Lisa bingung. Max yang menatap wajah polos Lisa pun hanya tertawa garing, "Hahaha!" Benar-benar tidak jelas Max ini, Lisa hampir berdiri ketika Max berkata. "Yang tadi Pagi, kenapa kamu bilang sudah punya suami dan memberikan selamat atas khayalan Xanon?" jelas Max membuat Lisa ingat sesuatu. "Bapak kesal karena itu?" tanya Lisa tak menyangka. "Kamu keliatan bahagia banget pas Xanon bilang calon tunangan saya, kamu gak merasa keberatan?" tanya Max dengan nada kesal. "Saya keberatan karena apa memang? Itu gak ada hubungannya sama saya, faktanya memang begitu, kan. Anda dan Mbak Xanon sangat cocok dalam berbagai hal," jelas Lisa lagi. Max menggeleng, kemudian menatap ke lain arah, "Saya terluka pas kamu bilang begitu. Saya sungguh hanya berharap jika pasangan saya adalah wanita yang bisa menyayangi Axel seperti anak sendiri." "Itu hanya tentang waktu, cemistri antara Ibu dan anak bisa dibentuk, kok." Memang ini salah Max yang lupa seberapa polosny
Lisa dan Max berjalan memasuki area mall, jujur saja Lisa hanya 2 kali seumur hidup masuk mall, itupun hanya melihat-lihat tanpa membeli. Pada akhirnya ia hanya membeli makan dan setelah itu menyesal karena makanannya pun menguras kantongnya yang harusnya untuk tiga hari. Kini, ia membuntuti Max seperti anak bebek yang mengikuti ibunya. Ia sengaja memakai masker karena takut ada yang mengenalinya atau mengiranya bersaam Om-om, meski faktanya memang benar. "Lis!" panggil Max tatkala Lisa berada jauh di belakangnya. Lisa yang terkejut langsung berlari kecil dan mengikuti Max si pemilik kaki panjang itu. "Maaf, Pak," gumanya tersenyum canggung. Tampilan Max sekarang tidak casual tapi cukup santai, mungkin bisa dikatakan seksi juga mengingat ia masih memakai pakaian kantor, tetapi jasnya dilepas. Jadi, sekarang Max hanya memakai kemeja putih dengan dua kancing atas dilepas, lalu kedua lengannya yang digulung ke atas. Bawahnya menggunakan celana kain hitam dengan sabuk senada, ia ju
Max tak menghiraukan protes dari Lisa yang merasa bahwa sepatu itu berlebihan, tetapi Max mendadak tuli. Bahkan Lisa yang dengan canggung membawa bingkisan sepatu mahal itu melihat Max masuk ke toko sebelah yang mana di dalamnya terdapat banyak sekali baju muslim yang merupakan brand paling terkenal di Indonesia. Namun, sekali lagi brand itu memiliki harga yang elit, sehingga untuk orang seperti Lisa harus berpikir berkali-kali untuk membelinya. Akan tetapi segalanya menjadi mudah ketika ada di tangan Max yang memiliki uang banyak. Di situlah sedihnya Lisa, ia merasa memiliki banyak hutang pada pria dewasa itu, sehingga ia dengan paksa menghadang Max agar tidak membeli banyak barang untuknya. "Pak, tolong jangan beli banyak barang untuk saya, saya nggak mau semakin banyak berhutang pada Bapak. Bahkan sepatu ini saja sudah seharga dengan gaji saya setahun, gimana bisa saya merepotkan Bapak sejauh ini," ujar Lisa membuat beberapa pelayan toko menonton. Max sendiri hanya tertawa menan
Melelahkan belanja bersama Max, sudahlah ngeyel, bawel lagi. Ia merasa bahwa orang yang menyatakan kalau Max dingin itu pasti mereka bukan orang yang tau karakter asli seorang Max, bagaimana tidak, Max tipe yang banyka berkomentar rupanya. Setelah bersih-bersih, Lisa langsung ke kamar baby Axel untuk memenuhi kewajibannya menyusui bayi lucu itu. Sat ia sampai sana, baby Axel langsung merengek dan minta disusui. "Eeeeek.... " "Uluh-uluh, rindu sama Kakak ya?" tanya Lisa mencium pipi gembul baby Axel. "Iya kangen tuh, masa tadi dia rewel, giliran dikasih foto kamu langsung diem," ujar Resti bercerita. "Haha, ya ampun baby," ujar Lisa senang. "Bucin banget tuh sama Mamanya!" ledek Resti. Lisa terispu, "Apaan sih, Mama-mama ...." kesalnya malu. "Haha, cie malu!" Resti suka meledek Lisa, sementara Lisa hanya bisa tersipu malu menanggapinya. "Seriusan deh Lis, kamu sadar kan kalo Tuan suka sama kamu?" "Halu banget kalo iya," balas Lisa mengelus kepala baby Axel lembut. "Aku seriu
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j