Dukung terus cerita ini dan berikan ulasan terbaik kalian :D
Lisa dan Max berjalan memasuki area mall, jujur saja Lisa hanya 2 kali seumur hidup masuk mall, itupun hanya melihat-lihat tanpa membeli. Pada akhirnya ia hanya membeli makan dan setelah itu menyesal karena makanannya pun menguras kantongnya yang harusnya untuk tiga hari. Kini, ia membuntuti Max seperti anak bebek yang mengikuti ibunya. Ia sengaja memakai masker karena takut ada yang mengenalinya atau mengiranya bersaam Om-om, meski faktanya memang benar. "Lis!" panggil Max tatkala Lisa berada jauh di belakangnya. Lisa yang terkejut langsung berlari kecil dan mengikuti Max si pemilik kaki panjang itu. "Maaf, Pak," gumanya tersenyum canggung. Tampilan Max sekarang tidak casual tapi cukup santai, mungkin bisa dikatakan seksi juga mengingat ia masih memakai pakaian kantor, tetapi jasnya dilepas. Jadi, sekarang Max hanya memakai kemeja putih dengan dua kancing atas dilepas, lalu kedua lengannya yang digulung ke atas. Bawahnya menggunakan celana kain hitam dengan sabuk senada, ia ju
Max tak menghiraukan protes dari Lisa yang merasa bahwa sepatu itu berlebihan, tetapi Max mendadak tuli. Bahkan Lisa yang dengan canggung membawa bingkisan sepatu mahal itu melihat Max masuk ke toko sebelah yang mana di dalamnya terdapat banyak sekali baju muslim yang merupakan brand paling terkenal di Indonesia. Namun, sekali lagi brand itu memiliki harga yang elit, sehingga untuk orang seperti Lisa harus berpikir berkali-kali untuk membelinya. Akan tetapi segalanya menjadi mudah ketika ada di tangan Max yang memiliki uang banyak. Di situlah sedihnya Lisa, ia merasa memiliki banyak hutang pada pria dewasa itu, sehingga ia dengan paksa menghadang Max agar tidak membeli banyak barang untuknya. "Pak, tolong jangan beli banyak barang untuk saya, saya nggak mau semakin banyak berhutang pada Bapak. Bahkan sepatu ini saja sudah seharga dengan gaji saya setahun, gimana bisa saya merepotkan Bapak sejauh ini," ujar Lisa membuat beberapa pelayan toko menonton. Max sendiri hanya tertawa menan
Melelahkan belanja bersama Max, sudahlah ngeyel, bawel lagi. Ia merasa bahwa orang yang menyatakan kalau Max dingin itu pasti mereka bukan orang yang tau karakter asli seorang Max, bagaimana tidak, Max tipe yang banyka berkomentar rupanya. Setelah bersih-bersih, Lisa langsung ke kamar baby Axel untuk memenuhi kewajibannya menyusui bayi lucu itu. Sat ia sampai sana, baby Axel langsung merengek dan minta disusui. "Eeeeek.... " "Uluh-uluh, rindu sama Kakak ya?" tanya Lisa mencium pipi gembul baby Axel. "Iya kangen tuh, masa tadi dia rewel, giliran dikasih foto kamu langsung diem," ujar Resti bercerita. "Haha, ya ampun baby," ujar Lisa senang. "Bucin banget tuh sama Mamanya!" ledek Resti. Lisa terispu, "Apaan sih, Mama-mama ...." kesalnya malu. "Haha, cie malu!" Resti suka meledek Lisa, sementara Lisa hanya bisa tersipu malu menanggapinya. "Seriusan deh Lis, kamu sadar kan kalo Tuan suka sama kamu?" "Halu banget kalo iya," balas Lisa mengelus kepala baby Axel lembut. "Aku seriu
Katanya suka, ingin menikahi, tapi sekarang Lisa meihat Max malah berfoto bersama seorang anak konglomerat yang cantik dan menjadi duta entrepreneur wanita di Indonesia. Max memang pamit bilang akan ke Spanyol menghadiri ulang tahun ibunya, tapi tak disangka berita baru menyusul ketika Max dikabarkan dekat dengan seorang pengusaha muda itu. Berita itu menyatakan Larissa Mecca Subagyo tengah berpacaran dengan Maxell dan akan menikah secepatnya. Entah apa yang dipikirkan Max saat melamar Lisa, padahal ia punya kekasih. Lisa baru mengerti, Max adalah pemain handal. Dalam foto itu, ia terseyum sangat bahagia tanpa beban, pose mesra juga mereka lakukan seperti cium pipi, saling rangkul, Max terlihat posesif di dalam potret itu. Sungguh pose yang romantis dan membuat yang lain iri. Media sosial keduanya dibanjiri pujian dan banyak ucapan selamat. "Lo gak papa, Lis? Muka lu pucet," tanya Hanum saat melihat Lisa melamun menatap ponselnya. Lisa tersentak dan tersenyum paksa, "Enggak, gue
Max baru pulang dari Spanyol ketika ia mendengar klau hari ini Lisa izin ke Bi Ijah untuk libur sehari. Gadis itu juga menyiapkan stok asi untuk baby Axel, benar-benar niat sekali. Melihat situasi yang tak seperti biasanya, Max agak bingung dan memilih untuk menanyakan hal itu pada Fano. Sayangnya sore itu Fano ada jadwal rapat menggantikannya, jadinya tak bisa dihubungi. Sekarang Max mendadak jadi pria galau yang ditinggal pacarnya, Lisa terlihat tak membalas pesannya, lalu ia mencari kesalahannya sendiri. Apa yang ia lakukan sehingga Lisa tak membalas pesannya dan mengangkat telponnya. Tak lama, ia melihat Resti yang sedang menyuapi baby Axel di taman. Sepertinya ia harus bertanya pada Resti yang lebih sering berinteraksi dengan Lisa. "Hai, baby-nya Papa, gimana kabarnya, Nak?" sapa Max pada sang putra yang nyaman di gendongan Resti. "Eh, Tuan. Baby Axel semakin lahap makannya, berkat resep mpasi dari Lisa," ujar Resti menjelaskan. Max mengangguk-angguk, karena Resti menyebut n
"Sayaaaang!" Max langsung berbalik dan melihat partner sandiwaranya menghampirinya dengan ceria dan memeluknya, bahkan bergelantung di tubuh Max seperti Koala. Keempat orang di ruang sekretariat termasuk Lisa pun terkejut, mereka kaget ketika melihat pemandangan tak pnatas itu datang dari seorang pebisnis sekaligus influencer Indonesia. "Wait wait wait! Turun dulu!" ujar Max panik. Bagaimana tidak, ia ingat betul di sana ada Lisa yang pasyi shock melihat adegan itu. "Gak mau, aku kangen!" ujar Larissa semakin mengeratkan rangkulan kaki dan tangannya. Max benar-benar kesal, ia langsung melepaskan pelukan Larissa dengan paksa dan berbalik untuk melihat ekspresi Lisa. "Aw! Aku kan kangen, Yang!" rengek Larissa meeangkul lengan Max dengan manja. Lisa terlihat berwajah biasa, ia mencoba mengajak Marcia untuk membicarakan tugas mereka agar memutus kontak mata Max darinya. Max sendiri sudah tidak bisa fokus karena Larissa terus menariknya dan mengajaknya ke ruangan. 'Sial nih o
Pagi harinya, Lisa seperti biasa menyusui baby Axel terlebih dahulu sekitar jam 4 subuh, karena baby Axel bangun di jam itu. Setengah jam berlalu baby Axel sudah tidur lagi, waktunya Lisa salat subuh dan bersiap pergi ke kantor. Namun, biasanya ia akan makan sarapan, tapi kali ini ia pamit dan bernagkat jam 6 pada Bi Ijah. "Saya berangkat dulu ya, Bi," ujar Lisa menyalami Bi Ijah dengan hikmat. "Serius gak sarapan dulu?" tanya Bi Ijah prihatin. "Aku sarapan di kantor aja ...." "Lis," sebut Bi Ijah memotong ucapan Lisa. Bi Ijah juga menahan tangan Lisa membuatnya berhenti melangkah. "Kalau ada masalah hadapi orangnya langsung, jangan seperti ini. Tuan sampai gak bisa tidur karena kamu mrngabaikannya, bahkan secara gak langsung kamu mnegurangi hal baby Axel untuk minum susu karena kamu mneghindari Tuan." Lisa hanya diam, tetapi ia mendengarkan dengan raut wajah menyesal. Kemudian ia melepas genggaman Bi Ijah dan tersenyum tipis. "Akan aku coba Bi, hanya butuh waktu aja," ungka
Prabu Subagyo adalah Ayah dari Larissa Seorang pebisnis yang berfokus pada bidang agraris yang memiliki banyak tanah untuk dikelola kemudian hasilnya akan diimpor, sementara hasil yang tidak bagus akan dijual kepada masyarakat lokal. Itu adalah sebuah rahasia bisnis yang seharusnya sudah banyak orang ketahui, bahwa pada dasarnya rakyat lokal hanya akan menerima sisa dari para pebisnis yang menerima keuntungan sebanyak-banyaknya dan memberi seminim mungkin. Namun, begitulah keluarga Subagyo dibangun atas dasar keuntungan yang didapat dari kapitalisasi tanah yang harusya menjadi milik umum. Tak hanya itu, mereka juga memiliki usaha dalam bidang pengelolaan hasil pertanian seperti memproduksi pupuk-pupuk memproduksi alat pertanian dan berbagai hal yang berhubungan dengan pertanian. Prabu sendiri merupakan orang keturunan Cina yang lahir dan tumbuh di Jawa Tengah sehingga namanya sangat molokal. "Kalian dari mana?" tanya sang Nyonya Subagyo. "Dari kantor Maxell, Mi, dia sibuk banget, j