Selasa double up ya, besok aku libur untuk pemulihan karena sedang sakit. Jaga kesehatan ya readers semua (❁´◡`❁)
Masalah kantor langsung Bara serahkan pada Dika. Raka juga meminta bodyguard dan tim IT melacak keberadaan Lela.Sayangnya, perjalanan sejam ternyata tak cukup menemukan Lela. Titik koordinat GPS berhenti di sebuah gedung, tetapi Lela tidak ada di sana. Hanya ada ponsel Lela yang tergeletak di rerumputan.Sepertinya dibuang. "Kita harus mencari dengan plan B," ujar detektif."Ya, lakukanlah!"Bara pun menyerahkan semua keputusan pada timnya, ia terlalu khawatir untuk fokus pada mekanisme pencarian. Lela tidak sedang bertemu dengan ayahnya saja, tetapi bertemu dengan iblis berkedok ayah! Lagipula ayah mana yang mau menjual anaknya, kecuali dia memang iblis yang sudah dibungkam oleh nafsu duniawi?Di sisi lain, Lela tengah berada dalam mobil bersama ayahnya, dan dua orang berpakaian preman itu berjalan entah ke mana.Jujur, ia bingung dan takut. Bagaimanapun, Lela tidak tahu akan ke mana mereka. Ia kira hanya menemui ayahnya lalu kembali ke mansion, tetapi kini ia bahkan mer
Dengan arahan Alex dan Tim IT lainnya lewat telepon, Bara telah mendapatkan informasi tentang cara masuk ke gedung itu dalam waktu 15 menit.Ia dan timnya bahkan mendapatkan tanda anggota palsu untuk penyamaran.Persis seperti apa yang dikatakan Bara, tempat yang awalnya orang kira rumah biasa, di dalamnya seperti night club yang diisi oleh aktifitas gelap. Ada orang dugem, sex, narkoba, minum, dan lain-lain. Mereka lantas masuk ke dalam dan mencari di mana letak tempat di mana terdapat Lela. Menelusuri berbagai tempat, tetapi hal ini malah menimbulkan kecurigaan. Terpaksa, Bara pura-pura merangkul wanita penghibur dan mengorek informasi darinya. Ia mengikuti gesture Alex yang sangat cassanova. "Hai, cantik!" sapanya duduk di sofa.. Wanita penghibur itu secara otomatis langsung melendot pada Bara, lalu meraba-raba tubuhnya. "Sssttt sebentar dong, Sayang. Kita minum dulu!" "Hehe... siapa nama kamu?" tanya wanita penghibur itu. "Dean, kamu?" bohong Bara. "Aku Jelita...." "A
Aroma obat mulai masuk ke penciuman Lela. Ia merasa sedikit pusing, tetapi rasanya harus membuka matanya. Hanya saja, ketika matanya terbuka dan kesadarannya mulai pulih, Lela justru kembali teringat dengan kejadian itu. Tiada seorang pun di ruangan itu, membuatnya semakin takut! Bagaimana jika ayahnya dan orang-orang yang menangkapnya lagi? Otaknya bahkan tak mencerna jika dirinya sedang ada di runah sakit. "Tolong!" teriaknya. Srak!Lela tak peduli tangannya berdarah akibat infusnya dilepas secara paksa dan langsung turun dari ranjang rumah sakit--berlari ke pojok ruangan. "Mak... Aku ingin pulang!" tangisnya terisak. "Tolong!" gumamnya terus menerus. Kriet!Detik berikutnya pintu pun terbuka, bodyguard yang berjaga di depan pintu pun masuk dengan tergesa-gesa. "Mbak Lela?!" panggil salah satunya mencari keberadaan Lela. Hingga bodyguard lainnya melihat Lela ada di pojok ruangan. "Di sana!" tunjuknya. Keempat orang itu hampir saja mendekati Lela, tapi Lela malah berteri
"Loh, 'bubu' itu panggilannya Baby Dam ke kamu, 'kan?"Mendengar ucapan Bara, Lela tambah bingung, "Itu karena Baby Dam belum bisa ngomong." Bara sontak tertawa. Ia jadi merasa lega kalau Lela sudah baik-baik saja. Buktinya, Lela sudah bisa diajak ngobrol panjang seperti biasa meski random. Sementara itu, Lela merasa sikap Bara lebih lembut padanya. Yang awalnya ketus, tampak menjadi lebih santai dan protektif? Apakah ini karena Bara merasa iba dengannya?Lela duduk terdiam. Hal ini membuat Bara pun mendekatinya sambil mengecek suhu tubuhnya dengan menyentuh keningnya. "Pusing?" tanyanya. Nadanya terdengar lembut, membuat Lela kembali shock."Lela?!" panggil Bara lagi. "Ya?" Lela malah kaget dan menjauhkan keningnya dari tangan Bara."Kenapa bengong, ada yang sakit?" Lela menggeleng. "Enggak, Pak. Saya gak apa-apa."Bara menghela napas kemudian duduk di samping Lela--menatap gadis itu dengan seksama. "Dengar... kamu sekarang tanggung jawab saya di mansion. Jadi jang
Bara bahkan belum menyiksanya, tapi mereka sudah berhasil kabur?Yang benar saja?Bara langsung menyuruh Dika untuk mengurus semuanya sampai dapat.Tangan-tangan dan mata yang telah melihat dan melecehkan Lela, akan ia buat menjadi menyakitkan. Awas saja! Di sisi lain, Lela sedang melamun memikirkan tentang dosennya yang misterius. Kata-kata Bi Tati malah menbuatnya kepikiran berat. Ia sudah sedikit mengenal tentang Bara. Selain sosoknya sebagai dosen, namun entah kenapa, ia masih melihat ada sisi lain yang tidak bisa ia ketahui.Tampaknya apa yang disampaikan oleh Bi Tati bahwa Bara seperti orang yang cukup berpengaruh, tak sesederhana itu. Buktinya dengan kejadian kemarin, Lela merasa Bara terlihat mudah sekali menghadapinya.Melacak keberadaannya, melawan mucikari kelas kakap dengan banyaknya bodyguard di sisinya.Jika hanya seorang dosen dan pengusaha biasa, tak mungkin bisa melakukan itu kan? Itu terlalu mencurigakan! Meskipun Lela berterima kasih dengan itu, hanya ia mer
Malam harinya, Bara baru pulang kerja. Hari ini ia lembur. Namun saat melewati dapur, ia melihat Lela sedang makan malam di sana. Sendirian. Bahkan lampu dapur dimatikan dan ia hanya mengandalkan senter hp. Mungkin takut jika sorot lampunya akan mengganggu orang yang sedang beristirahat? Pasalnya itu sudah memasuki tengah malam, ia pun bukannya langsung masuk ke kamar malah berbelok ke dapur dan minum segelas air. Hal itu tentu mengagetkan, karena ia sedang fokus makan. "Eh Bapak baru pulang, Pak?" tanyanya agak gugup. Ia mengelap bibirnya dengan tisu dan berhenti makan, ia sudah dilarang makan makanan instan sejak menyusui Baby Dam, sekarang ia tertangkap basah. "Iya, baru aja. Tapi kamu ngapain makan sambil gelap-gelapan gitu?" Lela pun nyengir, "Enggak apa-apa, Pak," jawabnya. "Makan malam-malam nggak bagus loh." "Iya sih, Pak, tapi saya laper banget tadi." "Emang kamu begadang, ya?"Lela mengangguk. "Sebenarnya saya lagi berusaha menyelesaikan PR yang Bapak sampa
"Saya tahu kamu kaget, tapi itu fakta yang berhasil saya dan tim temukan." Lela masih diam, ia bingung harus bagaimana menanggapinya. "Terima kasih Pak sudah menyampaikan informasi itu, saya terlalu buta dengan fakta hanya karena ayah saya adalah orang terdekat saya." "Itu wajar, hanya saja karena kamu sudah tau Ayahmu seperti ini, kamu hanya perlu waspada dengan dia." "Baik Pak, terima kasih banyak." "Sama-sama," jawab Bara melanjutkan makannya yang tertunda. Sudah lama Bara tidak makan akanan dengan rasa yang sangat pekat, ia sedikit asing dengan itu. Ia lalu meminta Lela menambahkan air panas ke mie-nya yang katanya terlalu asin, padahal itu sudah pas. Mungkin lidah sehat Bara menolak untuk makan makanan yang mengandung banyak penyedap rasa. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing setelah itu, tetapi belum sampai tidur lelap, Baby Dam sudah menangis minta susu. Lela segera pergi ke kamar bayi tampan itu. Namun saat ia sedang menyusui sambil mengelus-elus punggun
"Oh ya? Tapi dia baru bercerai," balas Lela bingung. Namun ia juga merasa agak aneh, mengapa orang itu bercerita padanya tentang hal-hal yang harusnya tidak dibahas dengan orang asing sepertinya. "Ya makanya karena udah cerai jadinya dijodohin lagi, tapi aku lagi bujug Kakek sih biar ngijinin aku nikah sama Kak Bara. Aku udah lama ngejar dia, tapi gak boleh hanya karena sepupu. Padahal kami bukan sepupu dari Ayah, kalo dalam agama Islam boleh kan?" Lela mengangguk saja, ia tak tau harus bagaimana menjelaskannya. Masalahnya bukan hanya tentang hukum agama tapi tentang culture juga. "Aku juga bersedia kalau harus mualaf, bahkan nama modelku Dena, aslinya Diana." Lela tidak tau kenapa gadis itu langsung cerita semuanya, meskipun itu fakta, Lela tidak terbiasa dengan gaya bahasanya yang frontal. Lalu ia membicarakan hal pribadi pada orang asing, apa tidak takut kalau apa yang ia katakan akan tersebar? "Oh ya, salam kenal aku Diana atau Dena Auriel Yanuar, sepupunya Kak Bara s
"Haha! Kau pasti bercanca!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "Kau tidak
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb
"Maaf... aku udah janji sama Blenda, kalau aku nggak akan membongkar hal itu." Lela merasa tidak adil, tapi bagaimana lagi semuanya sudah terjadi dan Blenda meminta agar mereka tidak buka mulut. Saat memikirkan itu, tiba-tiba. Bruk! Bara tergeletak di atas soda dengan lemas. "Mas!" Lela langsung berusaha menaikkan Bara ke atas kasur. Bara masih setengah sadar sehingga Lela tidak benar-benar mengangkat Bara sepenuunya. Ia kemudian menghubungi dokter keluarga Raniero yang lain. Sembari menunggu dokter datang, Lela pun mencoba untuk mengompres Bara dan memijit pelan-pelan badannya, agar ia lebih rileks. Namun, Bara masih mendengar suara Lela yang terus mengoceh karena sangat mengkhawatirkan suaminya. "Aku cuma butuh istirahat, Sayang. kamu nggak usah khawatir." Lela mendelik menatap suaminya, tidak setuju. "Hanya butuh istirahat apanya?! Kamu udah ngedrop banget! Kamu udah kecapean dari kemarin-kemarin. Kenapa sih, kamu susah banget kalau diajak istirahat? Kamu selalu p
Bara meminta istrinya untuk tenang, sementara itu ia akan mengurus semuanya. Meski disuruh tenang di rumah, Lela tentu tak bisa melakukannya. Bagaimanapun ia perduli dengan suaminya yang sedang terkena musibah. Lagian apa-apaan Dinda dan Greg itu? Keduanya sudah diberi ruang untuk intropeksi, tapi malah mengabaikannya dan membuat perkara. Lela fokus kembali dengan anak-anaknya, menemani mereka dan menghabiskan waktu dengan mereka, sehingga masalah yang tadi pagi ia ketahui tidak lagi mengganggunya karena terlalu asik dengan anak-anaknya. Namun malam harinya, ketika Arum yang menemaninya mengurus anak-anaknya. Seperti biasa Bi Tati mulai mengabaikan beberapa tugasnya. Akan tetapi Lela masih saja mempertahankannya, ia belum mengatakan semua itu pada Bara karena takut Bara tak percaya juga. Di kamar Damien saat Damien dan Alesha tidur. Harusnya tidur siang, karena terlalu asyik bermain sore hari setelah mandi mereka berdua ketiduran. Apalagi Baby Alesha sedang lucu-lucunya. Arum