Semoga suka🥰
"Mas, kamu ada merasa aneh gak sih sama dokter Dinda?" "Aneh gimana?" tanya Bara yang sedang fokus dengan tabletnya. Lela menggeleng, kemudian memilih memejamkan mata. Keduanya sedang duduk bersandar di atas kasur. Pertanyaan yang tidak terjawab itu membuat Bara penasaran, tetapi ketika ia akan menanyakan hal itu lagi, istrinya sudah memejamkan mata. Meskipun mungkin Lela masih mendengar apa yang akan ia katakan, tapi ia tidak ingin istrinya terus begadang dan tidur tidak teratur seperti biasa. Maka setelah itu, ia mulai mencatat apa yang istrinya tanyakan, sehingga nanti ketika ia ada waktu, bisa diurusnya. Ia akan meminta bawahannya menyelidiki tentang kecurigaan istrinya itu pada sosok dokter yang baru mereka pekerjakan. Sebelum tidur Bara menyelesaikan pekerjaannya dulu, dan ia akan bersedia bangun tengah malam ketika anak mereka menangis. Ia tak ingin Lela merasa lelah sendiri sementata ia mampu. Seperti halnya testimoni dari orang-orang terdekat Bara, bahwa Bara ada
Lela dan beberapa karyawan mention kerepotan dengan tangisan Baby Alesha yang tidak kunjung selesai, sehingga dokter Dinda pun meminta Lela untuk menyerahkan anaknya padanya. Ia pun segera menenangkannya. Hal itu Lela takjub, karena sudah lebih dari 30 menit Baby Alesha tidak selesai dengan tangisannya. Ia seolah tahu bahwa akan diperiksa sehingga memprotesnya dengan tangisan anak-anak.Rasa takjub Lela sepertinya diakibatkan dari ia yang tak ingat kalau ia juga pernah ada di posisi dokter Dinda yang mudah membuat Baby Damien diam saat tantrum."Tenang saja Nyonya, sudah sewajarnya bayi memang harusnya menangis. Ini adalah hal yang biasa. Bayangkan, kalau tidak menangis malah justru mengkhawatirkan," jelas dokter Dinda.Lela pun mengangguk-angguk paham."Iya juga ya, terima kasih dok.""Sama-sama Nyonya, sudah tugas saya."Setelah itu Baby Alesha diperiksa oleh dokter Dinda dan semuanya berjalan lancar.Tidak ada yang mencurigakan seperti yang diduga oleh Lela. Itu mungkin hanya piki
Pertanyaan itu sontak membuat Arum dan Lela ngakak. Lela terlihat bingung ingin menjawab apa, tetapi Arum kemudian ikut angkat suara. "Mama memang nggak sepintar Papa, tapi Mama adalah orang yang kreatif loh." "Oh ya?! Demian juga mau kayak Mama," ujar Damien semangat. "Ya boleh sebenarnya, tapi...." ujar Lela menggantung. "Akan tetapi, Damien harus pinter dulu ya?" "Hem, oke Mama!" Percakapan itu membuat mereka melanjutkan percakapan yang lainnya. Keduanya senang bisa mengobrol banyak dan mendengar pemikiran luar di kepala mungil Damien itu. Seperti kata orang, bahwa mengobrol dengan anak-anak bukan hanya mengajari mereka, tetapi sebagai orang dewasa kita juga belajar seolah membuka cakrawala yang polos dari pemikiran yang murni. Maka sebagai orang tua, diharapkan bisa mewarnai pemikiran anak-anak dengan pemikiran yang cemerlang dan baik. Arum kemudian melihat Bi Tati yang berjalan di dalam rumah. Posisi taman memang dekat dengan ruang tamu, sehingga orang yang a
Pagi harinya, Lela bertemu dengan guru Yoga yang dipanggil oleh Bara khusus untuk istrinya. Padahal Lela bisa saja pergi keluar untuk ikut di tempat Yoga agar bisa belajar bersama ibu-ibu pasca melahirkan yang lain. Ngomong-ngomong luka Lela sudah sembuh dan sudah bisa melakukan olahraga seperti Yoga, sudah tidak perih atau pegal. Terkait pembicaraan semalam, Bara berjanji akan menyelesaikan untuk sang istri. Hanya saja Lela juga tidak tau apa sih yang diinginkan Bara darinya? "Hallo, Nyonya Laila. Saya Eli, Guru Yoga Anda mulai dari sekarang." Lela pun mengangguk dan menyalaminya, seperti biasa ia ramah dan rendah hati. "Anda bisa memanggil saya Lela saja, Bu Eli. Atau saya bisa memanggil Anda, siapa?" Eli pun tertawa, ia berusia 40 tahun tapi tubuhnya bagus seperti Gitar Spanyol dan terlihat berusia awal 30an. The Power of Kebugaran Jasmani. "Hehe, panggil saja saya Miss Eli. Agar kita cepat akrab." "Oke, baiklah, Miss." Mereka mengobrol sejenak, sebelum akhirnya
Tatapan Lela jatuh ke arah Blenda yang sedang asyik makan buah. Ia terus mengoceh tentang banyak hal termasuk cerita kehamilannya dan betapa baiknya suaminya yang selalu mendampinginya. Mereka ada di ruang keluarga yang ada di Mansion Blenda dan Greg. Mansion dengan dominasi warna emas dan putih memberi kesan mewah dan berkilau. Dari situ Lela bisa menebak kalau ini semua warna kesukaan Blenda, melihat kepribadiannya yang cerah. "Kemarin aku nyidam kue Pancong langsung dibeliin malem-malem, jam 1!" ceritanya antusias. Lela mengeryit bingung, "Tapi... bukannya biasanya kue Pancong udah tutup kalo malem?" tanya Lela bingung. "Gak tau, dia dapet aja," ujar Blenda dengan girang membanggakan suaminya. "Wah hebat ya dokter Greg, banyak akal," balas Lela basa-basi. "Haha, tapi bukannya Bara juga se-effort itu sama kamu?" Lela mengangguk malu, "Iya sih, tapi ya gitu. Karnea saat kehamilanku kami gak tinggal di tempat yang sama. Hanya saja karena ada bawahan dia di sekitarku, se
"Kenapa kita harus diam?" tanya Lela pada suaminya saat suaminya akan berangkat kerja. Bara mendekati istrinya dan mencium keningnya dengan hikmat. "Kita usahakan dari belakang dulu ya, Sayang. Kemarin aku udah bicara sama Greg." "Terus, dia bilang apa?" tanya Lela. Kemarahan menumpuk dan membuat wajahnya tampak galak. Hal itu membuat Bara terkekeh sejenak, sebelum menenangkannya guna menekan amarahnya. "Beib! Aku tau kamu merasakan apa yang harusnya dirasakan Blenda jika dia tau, tapi kita tau kan semua ini gak mudah, bahkan buat Blenda yang mungkin merasa terbantu jika kita kasih tau dia." Lela menghela napas dan duduk di tepi ranjang. Bara masih berusaha mendampinginya, mengelus pundaknya dengan lembut seolah Lela adalah gelas kaca yang mudah retak atau pecah. "Dia akan merasakan hal yang sangat sakit, dan bisa buat dia. Jadi aku masih mempertimbangkan semuanya di belakang dia dulu. Kadang yang menentukan apakah dia akan baik-baik saja bukan kita atau bukan pandangan k
"Tiba-tiba nikah aja mereka," ungkap Lela. Mereka sedang ada di perjalanan untuk menghadiri acara pernikahan dua asistem Bara yang membuat Bara kerepotan juga. Untunglah keduanya berhasil merekrut dua pengganti untuk menggantikan mereka selama sebulan. Bara memberi waktu libur panjang bagi mereka karena Dika memang bekerja secara tidak manusiawi. Namun bukn berarti tidak ada timbal baliknya, Dika bisa melanjutkan kuliah S2 dan mendapatkan kesejahteraan hidup, bagi dirinya dan keluarganya. Toh Bara bukan CEO yang jahat. Kadang ia memang agak diktator, tetapi ujung-ujungnya Dika bisa berkembang dari bekerja dengannya. Bara mengajarkan banyak hal padanya. "Gak tiba-tiba juga kali... mereka kerja barengan terus, dan sama-sama jomblo. Syukurlah Dika gak belok, aku sampe khawatir dia gak tertarik ama cewek." "Tapi bukannya dia sempet punya tunangan?" tanya Lela. "Iya tapi gak bener. Susah banget dibilangin waktu itu, tapi lambat laun sadar sendiri," jelas Bara. Lela mengang
"Sayang!" panggil Bara lembut. Ia membawa teh hangat untuk istrinya yang sedih melihat putrinya terbaring di kasur dengan selang oksigen. "Alesha, Mas...." adunya pada sang suami. Bara pun langsung meletakkan segelas teh hangat itu di atas meja, lalu memeluk istrinya dari belakang untuk menenangkannya. "Sayangku, aku juga sedih karena Alesha kita sakit. Tapi bayi memang masih dalam keadaan rentan, dulu Damien juga sering mengalaminya, kan...." Lela mengangguk dan berbalik memeluk suaminya. "Tapi kasian, lebih baik aku yang sakit daripada dia, huuuu!" tangisnya. Bara tidak bisa menghentikan kesedihan itu, ia pun mencium kening istrinya dan menggendongnya untuk pindah ke ranjang tambahan di ruang VIP itu. Sengaja Bara meminta tambahan tanjang agar istrinya bisa tidur dengan nyaman sembari menjaga anaknya. Karena pasti Lela akan tidur di sofa yang tidak nyaman itu, kalau tidak disediakan tempat tidur. "Kita istirahat dulu yuk! Baby Alesha pasti akan baik-baik saja nantin
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B