Pertanyaan itu sontak membuat Arum dan Lela ngakak. Lela terlihat bingung ingin menjawab apa, tetapi Arum kemudian ikut angkat suara. "Mama memang nggak sepintar Papa, tapi Mama adalah orang yang kreatif loh." "Oh ya?! Demian juga mau kayak Mama," ujar Damien semangat. "Ya boleh sebenarnya, tapi...." ujar Lela menggantung. "Akan tetapi, Damien harus pinter dulu ya?" "Hem, oke Mama!" Percakapan itu membuat mereka melanjutkan percakapan yang lainnya. Keduanya senang bisa mengobrol banyak dan mendengar pemikiran luar di kepala mungil Damien itu. Seperti kata orang, bahwa mengobrol dengan anak-anak bukan hanya mengajari mereka, tetapi sebagai orang dewasa kita juga belajar seolah membuka cakrawala yang polos dari pemikiran yang murni. Maka sebagai orang tua, diharapkan bisa mewarnai pemikiran anak-anak dengan pemikiran yang cemerlang dan baik. Arum kemudian melihat Bi Tati yang berjalan di dalam rumah. Posisi taman memang dekat dengan ruang tamu, sehingga orang yang a
Pagi harinya, Lela bertemu dengan guru Yoga yang dipanggil oleh Bara khusus untuk istrinya. Padahal Lela bisa saja pergi keluar untuk ikut di tempat Yoga agar bisa belajar bersama ibu-ibu pasca melahirkan yang lain. Ngomong-ngomong luka Lela sudah sembuh dan sudah bisa melakukan olahraga seperti Yoga, sudah tidak perih atau pegal. Terkait pembicaraan semalam, Bara berjanji akan menyelesaikan untuk sang istri. Hanya saja Lela juga tidak tau apa sih yang diinginkan Bara darinya? "Hallo, Nyonya Laila. Saya Eli, Guru Yoga Anda mulai dari sekarang." Lela pun mengangguk dan menyalaminya, seperti biasa ia ramah dan rendah hati. "Anda bisa memanggil saya Lela saja, Bu Eli. Atau saya bisa memanggil Anda, siapa?" Eli pun tertawa, ia berusia 40 tahun tapi tubuhnya bagus seperti Gitar Spanyol dan terlihat berusia awal 30an. The Power of Kebugaran Jasmani. "Hehe, panggil saja saya Miss Eli. Agar kita cepat akrab." "Oke, baiklah, Miss." Mereka mengobrol sejenak, sebelum akhirnya
Tatapan Lela jatuh ke arah Blenda yang sedang asyik makan buah. Ia terus mengoceh tentang banyak hal termasuk cerita kehamilannya dan betapa baiknya suaminya yang selalu mendampinginya. Mereka ada di ruang keluarga yang ada di Mansion Blenda dan Greg. Mansion dengan dominasi warna emas dan putih memberi kesan mewah dan berkilau. Dari situ Lela bisa menebak kalau ini semua warna kesukaan Blenda, melihat kepribadiannya yang cerah. "Kemarin aku nyidam kue Pancong langsung dibeliin malem-malem, jam 1!" ceritanya antusias. Lela mengeryit bingung, "Tapi... bukannya biasanya kue Pancong udah tutup kalo malem?" tanya Lela bingung. "Gak tau, dia dapet aja," ujar Blenda dengan girang membanggakan suaminya. "Wah hebat ya dokter Greg, banyak akal," balas Lela basa-basi. "Haha, tapi bukannya Bara juga se-effort itu sama kamu?" Lela mengangguk malu, "Iya sih, tapi ya gitu. Karnea saat kehamilanku kami gak tinggal di tempat yang sama. Hanya saja karena ada bawahan dia di sekitarku, se
"Kenapa kita harus diam?" tanya Lela pada suaminya saat suaminya akan berangkat kerja. Bara mendekati istrinya dan mencium keningnya dengan hikmat. "Kita usahakan dari belakang dulu ya, Sayang. Kemarin aku udah bicara sama Greg." "Terus, dia bilang apa?" tanya Lela. Kemarahan menumpuk dan membuat wajahnya tampak galak. Hal itu membuat Bara terkekeh sejenak, sebelum menenangkannya guna menekan amarahnya. "Beib! Aku tau kamu merasakan apa yang harusnya dirasakan Blenda jika dia tau, tapi kita tau kan semua ini gak mudah, bahkan buat Blenda yang mungkin merasa terbantu jika kita kasih tau dia." Lela menghela napas dan duduk di tepi ranjang. Bara masih berusaha mendampinginya, mengelus pundaknya dengan lembut seolah Lela adalah gelas kaca yang mudah retak atau pecah. "Dia akan merasakan hal yang sangat sakit, dan bisa buat dia. Jadi aku masih mempertimbangkan semuanya di belakang dia dulu. Kadang yang menentukan apakah dia akan baik-baik saja bukan kita atau bukan pandangan k
"Tiba-tiba nikah aja mereka," ungkap Lela. Mereka sedang ada di perjalanan untuk menghadiri acara pernikahan dua asistem Bara yang membuat Bara kerepotan juga. Untunglah keduanya berhasil merekrut dua pengganti untuk menggantikan mereka selama sebulan. Bara memberi waktu libur panjang bagi mereka karena Dika memang bekerja secara tidak manusiawi. Namun bukn berarti tidak ada timbal baliknya, Dika bisa melanjutkan kuliah S2 dan mendapatkan kesejahteraan hidup, bagi dirinya dan keluarganya. Toh Bara bukan CEO yang jahat. Kadang ia memang agak diktator, tetapi ujung-ujungnya Dika bisa berkembang dari bekerja dengannya. Bara mengajarkan banyak hal padanya. "Gak tiba-tiba juga kali... mereka kerja barengan terus, dan sama-sama jomblo. Syukurlah Dika gak belok, aku sampe khawatir dia gak tertarik ama cewek." "Tapi bukannya dia sempet punya tunangan?" tanya Lela. "Iya tapi gak bener. Susah banget dibilangin waktu itu, tapi lambat laun sadar sendiri," jelas Bara. Lela mengang
"Sayang!" panggil Bara lembut. Ia membawa teh hangat untuk istrinya yang sedih melihat putrinya terbaring di kasur dengan selang oksigen. "Alesha, Mas...." adunya pada sang suami. Bara pun langsung meletakkan segelas teh hangat itu di atas meja, lalu memeluk istrinya dari belakang untuk menenangkannya. "Sayangku, aku juga sedih karena Alesha kita sakit. Tapi bayi memang masih dalam keadaan rentan, dulu Damien juga sering mengalaminya, kan...." Lela mengangguk dan berbalik memeluk suaminya. "Tapi kasian, lebih baik aku yang sakit daripada dia, huuuu!" tangisnya. Bara tidak bisa menghentikan kesedihan itu, ia pun mencium kening istrinya dan menggendongnya untuk pindah ke ranjang tambahan di ruang VIP itu. Sengaja Bara meminta tambahan tanjang agar istrinya bisa tidur dengan nyaman sembari menjaga anaknya. Karena pasti Lela akan tidur di sofa yang tidak nyaman itu, kalau tidak disediakan tempat tidur. "Kita istirahat dulu yuk! Baby Alesha pasti akan baik-baik saja nantin
Dokter Dinda sudah tidak datang lagi, tentu karena Bara mengirimkan surat pemberhentian. Lela baru tahu setelah sebulan setelah Baby Alesha masuk rumah sakit, dokter Dinda tak pernah datang lagi. "Kenapa kamu gak diakusi dulu sama aku sih, Mas?" tanya Lela protes. Bara pun memegang lengan kanan dan kiri istrinya sambil menatapnya dengan penuh perasaan. "Sayang, aku nggak ada maksud apa-apa. Kamu tahu sendiri kan dokter Dinda kayak apa? Terus waktu itu pas Alesha masuk rumah sakit, dan aku mempertanyakan ini sama Greg, dia malah marah sama aku. Keberpihakannya sama dokter Dinda itu udah kelewat batas. Aku semakin gak tahan dengan adanya dokter Dinda di sekeliling kita. Perbuatan buruk seperti perselingkuhan harusnya sudah di-cut, dan orang-orang yang melakukannya harusnya sudah di blacklist di kehidupan nyata, agar mereka tahu bahwa mereka sedang melakukan hal yang sangat salah!" Lela memahami integritaa suaminya pada kesetiaan, sangat jarang pebisnis sepertinya memiliki k
Lela menatap ponselnya dengan kaget saat bangun tidur. Sementara itu Bara baru keluar dari kamar mandi setelah mandi dan akan solat subuh. Biasanya jika Lela kesiangan Bara yang membangunkannya, sekarang sudah jam 5 pagi. "Kenapa?" tanya Bara melihat ekspresi kaget istrinya. Lela menggeleng, memperlihatkan isi ponselnya pada Bara. "ada berita tentang perselingkuhan antara dokter, tapi setelah aku baca bukan Greg dan Dinda." "Terus siapa?" "Gak kenal, orang lain. Tadi aku sempet kaget banget dan aku kira ada hubungannya sama Greg dan Dinda. Ternyata bukan...." Bara pun menghela nafas lega, dan mengelus kepala istrinya. "Sayang, nggak usah dipikirin. Lebih baik kamu bangun dulu." Lela pun menurut dan mulai beraktivitas. Ketika Bara bersiap untuk pergi kerja, di kamar mereka. Sambil menggendong Baby Alesha, Lela.menanyakan tentang hubungan Bara dan Greg. Padahal selama ini Greg adalah salah satu teman Bara yang sangat dekat dengannya "Hubungan kami udah nggak te
Lela terpesona dengan bangunan-bangunan yang ada di sana. Memang tak jauh beda dari mansion yang ada di Jakarta, tapi yang ini lebih nyata karena benar-benar konsep seperti di negara asal. Konsep Mansion yang di Jakarta memang mengambil konsep dari Amerika, makanya Lela tak terlalu kagt karena hampir sama. Kalau dipikir-pikir suaminya terlalu kaya, ia punya properti dimana pun. Sebenarnya ia juga punya properti pemberian Bara, tapi ia mengira bahwa itu masih punya suaminya juga. Jadi ia memantau sekedarnya saja. Bara ingin memberinya restoran dan beberapa usaha lainnya, agar Lela tidak terlalu bosan dalam menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. IIa selalu mengharapkan untuk hidup dengan nyaman di sisinya. Ia tidak ingin Lela tertekan atau merasa terpaksa menjadi seorang istri dan ibu, dengan melepas kehidupannya sebelum menikah. Bara pun mengantar Lela untuk istirahat dan gantian menggendong Baby Alesha yang sudah tidur untuk dipindahkan ke keranjang bay
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb