Lela menatap ponselnya dengan kaget saat bangun tidur. Sementara itu Bara baru keluar dari kamar mandi setelah mandi dan akan solat subuh. Biasanya jika Lela kesiangan Bara yang membangunkannya, sekarang sudah jam 5 pagi. "Kenapa?" tanya Bara melihat ekspresi kaget istrinya. Lela menggeleng, memperlihatkan isi ponselnya pada Bara. "ada berita tentang perselingkuhan antara dokter, tapi setelah aku baca bukan Greg dan Dinda." "Terus siapa?" "Gak kenal, orang lain. Tadi aku sempet kaget banget dan aku kira ada hubungannya sama Greg dan Dinda. Ternyata bukan...." Bara pun menghela nafas lega, dan mengelus kepala istrinya. "Sayang, nggak usah dipikirin. Lebih baik kamu bangun dulu." Lela pun menurut dan mulai beraktivitas. Ketika Bara bersiap untuk pergi kerja, di kamar mereka. Sambil menggendong Baby Alesha, Lela.menanyakan tentang hubungan Bara dan Greg. Padahal selama ini Greg adalah salah satu teman Bara yang sangat dekat dengannya "Hubungan kami udah nggak te
Blenda menyambut Lela dengan baik di mansion miliknya. Mansion ini memang tipe Blenda sekali, sederhana tetapi jelas berkelas. Baik Blenda dan Greg adalah anak orang kaya, makanya mudah bagi mereka lulus spesialis tanpa hambatan apapunkarena dasarnya keduanya sama-sama pintar. Katanya dulu Greg juga salah satu siswa berprestasi yang selalu mendapatkan juara paralel di sekolah. Ia datang bersama Damien dan Baby Alesha sesuai permintaan Blenda, sehingga ia juga membawa di Arum bersamanya. Ia tidak berani meminta Bi Tati untuk ikut dengannya. Masalah tentang Bi Tati memang belum terpecahan, sehingga ia memilih untuk mundur dan membiarkan Bi Tati sendiri dulu. Ia juga belum sempat mengatakannya pada Bara, karena sepertinya Bara juga sedang banyak masalah terutama soal perusahaan cabang. Buktinya ia akan dibawa ke Amerika dua hari lagi, setelah Bara pulang dari perjalanan bisnisnya di Singapura. Mereka ada di taman sambil menikmati air mancur yang indah. "Gimana kabarnya Baby
Sementara di seberang sana, Bara sedang sibuk-sibuknya rapat dan bisnis dengan pebisnis yang ia temui. Ia tidak memiliki cabang di Malaysia tapi dia berencana akan mendirikannya di sana, sehingga ia juga melakukan rapat dengan orang-orang yang berasal dari Malaysia yang akan bekerjasama dengannya untuk membangun cabang di sana. Penjualan yang paling booming saat ini adalah penjualan Skin Care, terutama karena produsen Skin Care sekarang sedang terkena banyak kasus. Tentu produk miliknya yang merupakan produk elite, terjamin kualitasnya, sehingga mereka sangat percaya diri dan tidak terganggu dengan hal-hal seperti itu. Pada akhirnya produk miliknya memang tidak memiliki masalah dari segi pemasaran atau dari segi bahan-bahan yang terdapat di dalamnya. Lalu dari cabang bisnis yang lain seperti hotel dan restoran, semuanya berjalan dengan baik. Kemudian mall dan penyedia kebutuhan pokok lain juga stabil. Lalu perusahaan kontraktor atau yang berkaitan dengan bangunan, juga masih
"Lah harusnya saya yang tanya kan?" Dika nyengir, "Kan sisanya di Anda, eksekusi mandiri?" Bara menggeleng, "Gak ada, dilepasin ama temen gue." "Ih anjir!" mode gosip mereka pun muncul. "Terus gimana?" "Ya gak bisa apa-apa, orang istrinya yang minta. Gue cuma bisa bantu sebisanya. Dia udah tau, ya udah selesai." Dika menghela napas, "Bangsat amat ya tuh buaya darat, muka cupu tapi ternyata pemain, ckckck." "Yah, begitulah." "Nggak seru ya," ujar Dika. "Terus lu maunya apa? Ribut sampai di media sosial rame ya?" "Harusnya kayak gitu biar orang-orang pada tahu kelakuan si cupu itu." "Lah percuma orang-orang pada tahu, yang udah-udah cuma menjadi konten terus selesai. Bukannya gimana-gimana ya, bukannya bikin istri yang diselingkuhi lebih baik malah merusak reputasinya. Ini bukan cuma balas dendam doang, tapi persepsi masyarakat. Artinya masyarakat kita emang nggak sebagus itu untuk dikaitkan sebagai hukum sosial, karena udah banyak buktinya." "Tapi kan gak papa seti
Sebelum semua itu diceritakan pada Lela, Bara mendiskusikan apa yang ia ketahui dulu pada Blenda. Ia tidak langsung mengatakannya pada Blenda, tetapi langsung memperlihatkan kelakuan suaminya malam itu. Ia menuntun Blenda agar mengikuti petunjuk dan membawanya pada sebuah rumah minimalis tetapi jelas elit. Hanya keliatannya saja minimalis, aslinya mahal. Blenda mengikuti petunjuk dari Bara dan menemukan kenyataan bahwa di sana, ada dokter Dinda dan kebetulan Greg juga ada di ruang tamu. Saat itu juga, Blenda langsung tahu kalau mereka berdua ada di rumah itu. Ia terkejut, langsung masuk menyingkirkan Dinda yang terpaku di depan pintu dalam diam. Ia menatapnya suaminya dengan tatapan terkula luar biasa. Sementara Dinda gemetar seperti melihat setan. Mungkin tidak menyangka kalau Blenda akan menemukan mereka secepat itu. Ia berjalan mendekati TV dan berdiri di depannya, menghalangi orang yang sedang menonton. Fokus Greg yang awalnya sedang bersantai menonton TV dengan pakaian
Blenda pun menelpon Bara lagi, ia harus meminta maaf dan mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh Dinda, sebab Dinda dipekerjakan di klinik miliknya. "Nda, lo mau cerai?" tanya Bara. "Enggak, gue nelpon lo bukan mau ngomongi si sialan itu." "Terus?" "Gue mau minta maaf dulu sama lo, gue... gara-gara Dinda karyawan gue, orang yang gue kira paling gue percaya... hiks!" "Oke pelan-pelan, gak usah buru-buru...." "Dinda kasih obat yang secara gak langsung jadi racun buat Baby Alesha. Sampai akhirnya Baby Alesha harus sakit, maafin gue Bar. Gue gak bisa dipercaya... hiks!" Bara tak merespon, ia mematikan sambungan telpon itu dan menenangkan diri. Baru setelah malam tiba, ia menghubungi Blenda lagi untuk membicarakan perihal ini. "Gue belum ngomongin ini sama Lela, tapi gue yakin dia bakal ngerti kalau ini bukan salah lo tapi Dinda. Gue gak bisa 100% bilang lo gak bisa dipercaya, karena situasi lo juga sebagai korban. Lo juga mendapatkan kerugian." "Makasih Bar, udah
Kembali ke masa kini, Bara merangkul istrinya di pinggangnya dengan tenang. Sementara Blenda terlihat terlalu tenanguntuk orang yang sedang mengalami musibah.Sudah tidak ada jejak kesedihan, hanya ada jejak optimisme di dalam tatapannya."Nasib mereka... seperti yang mereka tanam. Pernah dengar kan, bahwa manusia akan memanen apa yang dia tanam?" Lela diam saja sambil berpikir, tetapi Blenda terlihat tenang dan cenderung bahagia."Mereka sedang menikmati buah tersebut," lanjutnya sebelum menyesap jus buahnya.Lela melihat tatapan Blenda yang kuat dan penuh balas dendam. Ia tau Blenda dan Bara adalah dua orang yang punya kesamaan dalam mentalitas.Mereka memiliki mentalitas pejuang tak mudah goyah apalagi diganggu. Ternyata bukan Blenda yang harus kasihani sekarang, tapi Dinda dan Greg yang salah memilih lawan. Mencari gara-gara pada orang yang salah. "Oh ya," gumam Lela seadanya. Tak tau lagi harus bagaimana. Ia masih tidak bisa memahami semuanya dengan benar. Ia tak terbiasa deng
"Tidak ada yang terjadi...." gumam Lela. Saat itu pintu kamarnya terbuka datanglah sosok suaminya yang habis pulang dari bisnisnya. Kekhawatirannya yang sebelumnya ternyata hanya bentuk traumanya. Tiba-tiba sebelum Bara mengucapkan sapaan, Lela langsung memeluknya. Bruk! Bara terkejut, tetapi perlahan membalas pelukan istrinya. "Kenapa, Sayangku?" tanya Bara. "Gak papa, pingin peluk aja." Bara pun menghela napas dan melepaskan pelukan mereka, menatap istrinya dengan seksama. Ada tanda kekhawatiran di sana, ia pun merasa ada yang tidak beres. "Oke, aku bersih-bersih dulu. Abis itu kita tidur," ujarnya mengelus rambut istrinya lembut. Lela pun mengangguk, melepaskan tangan suaminya sebelum akhirnya naik ke tempat tidur. Setelah Bara selesai bersih-bersih, Lela malah sudah tidur duluan. Ia pun tersenyum dan segera menyusul istrinya. Ia tidur sambil memeluk Lela, rasanya sangat tenang dan nyaman. "Semuanya akan baik-baik saja, Sayangku," gumam Bara sebelum tidur. •••
Lela terpesona dengan bangunan-bangunan yang ada di sana. Memang tak jauh beda dari mansion yang ada di Jakarta, tapi yang ini lebih nyata karena benar-benar konsep seperti di negara asal. Konsep Mansion yang di Jakarta memang mengambil konsep dari Amerika, makanya Lela tak terlalu kagt karena hampir sama. Kalau dipikir-pikir suaminya terlalu kaya, ia punya properti dimana pun. Sebenarnya ia juga punya properti pemberian Bara, tapi ia mengira bahwa itu masih punya suaminya juga. Jadi ia memantau sekedarnya saja. Bara ingin memberinya restoran dan beberapa usaha lainnya, agar Lela tidak terlalu bosan dalam menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. IIa selalu mengharapkan untuk hidup dengan nyaman di sisinya. Ia tidak ingin Lela tertekan atau merasa terpaksa menjadi seorang istri dan ibu, dengan melepas kehidupannya sebelum menikah. Bara pun mengantar Lela untuk istirahat dan gantian menggendong Baby Alesha yang sudah tidur untuk dipindahkan ke keranjang bay
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb