Share

Ternyata

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-15 20:26:03

"Antrian loket dua customer service,nomor antrian dua puluh satu," suara mesin panggilan antrian terdengar. Lintang dengan senyum ramahnya menyambut nasabah yang duduk dihadapannya.

"Nggak usah senyum-senyum tang, tolongin gue, kartu ATM gue ketelen," ucap seorang dihadapannya.

"Gue mau dapet point, jadi harus senyum dong," ucapan Lintang tertahan karena ia berbicara sambil tersenyum.

"KTP lo Edo ...." ia masih dengan ekspresi yang sama. Edo, tetangga sekaligus sepupu kandungnya nyengir sambil memberikan kartu tanda penduduk miliknya. Lintang lalu memprosesnya.

"Tang,"

"Ya, Bapak Edo."

"Boss gue yang baru, si Galaksi," ucapan Edo membuat senyuman Lintang memudar dari wajahnya.

"Apa hubungannya sama gue?"

"Ada, lah. Banget malah."

"Kemaren gue ketemu dia di supermarket, sama anaknya." Lintang sedikit memberikan informasi.

"Iya, sudah satu anaknya. Cewek, di bawa masa, ke kantor kemarin," sambung Edo.

"Ok. Ada lagi yang bisa dibantu bapak Edo ...." senyum palsu kembali diperlihatkan Lintang.

"Nggak. Makasih Mbak Lintang, senyumnya, manis bangettt ...." ledek Edo. Lalu berjalan keluar bank tempat Lintang bekerja.

Ada hubungannya apaan sama gue,sama-sama udah nikah. Iyalah, dia udah ada hasilnya, gue boro-boro. Udah ditinggal pergi duluan.

Lirih Lintang dalam hati. Ia kembali fokus bekerja. Melupakan kesedihan kehilangan suaminya setahun lalu karena sakit yang diderita.

Lintang merasa terpukul, karena ia mulai menyayangi suaminya itu walau saat nikah, ia tidak ada perasaan apa pun. Ia dan suaminya menikah karena sang suami didiagnosa sakit keras. Lintang yang mudah iba, setuju untuk menikahi pria tersebut hingga akhirnya takdir tetap memanggilnya pergi.

***

Lintang dan teman satu pekerjaannya berjalan keluar bank tempat bekerja dengan membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel. Kantin gedung tempat ia bekerja memiliki kantin yang luas. Semua pekerja gedung itu akan berbondong-bondong makan siang ke kantin.

"Pindang iga enak kayaknya," ucap teman Lintang bernama Vanka itu.

"Gue juga, deh. Gue cari tempat ya, lo pesen," ucap Lintang sambil celingukan cari tempat kosong. Setelah beberapa saat, ia menemukan tempat yang kosong. Ia berjalan dan duduk ditempat itu.

Vanka tidak lama datang membawa nampan berisi pesanan mereka. Lintang tersenyum.

"Mari makan …," ucap Lintang. Ia lalu berdoa dan mulai mencicipi makanannya. Sayup-sayup terdengar obrolan dari arah belakang tentang karyawan baru dikantor mereka, boss baru tepatnya.

Lintang makan dengan kuping stand by menguping. Vanka yang asik dengan makanannya tidak perduki.

"Iya, boss kita itu kasian, ditinggal pergi sama bininya. Anaknya satu nggak dibawa, gue pepet aja kali ya," ucap perempuan di belakang Lintang.

"Gila lo. Tunangan lo mau dikemanain. Lagian mau aja si boss dititipin anak. Suruh aja mantan istrinya bawa. Gue sebagai laki-laki nggak mau ah kalo di posisi dia," ucap teman lainnya.

"Gue denger, si boss kita itu sayang banget sama anaknya. Dan nggak tega kalau nanti malah nggak diurus bener-bener sama mantan bininya itu."

"Ah gila si. Masih dua puluh sembilan, udah jadi manajer muda, ganteng,tapi duda anak satu. Gue mikir lagi deh mepet dia lagi apa nggak."

"Gue lupa. Siapa sih namanya?"

"Galaksi."

Lintang terbatuk-batuk. Vanka menyodorkan es jeruk ke hadapan Lintang.

"Kenapa, Tang?" tanya Vanka.

"Pedes. Pedes banget ini. Aduh ...!" Lintang kembali minum es jeruknya.

Ia lalu mengatur napas dan mencerna percakapan manusia-manusia yang duduk di belakangnya.

Galaksi, duda, pantesan kemarin nggak kelihatan istrinya. Kasian anaknya, jahat banget si tuh betina. Eh tapi, nama Galaksi kan banyak. Bukan Galaksinya gue, eeehhhh ...

Lintang menepuk kepalanya sendiri. Vanka menatap heran.

"Pusing? Mau gue ambil obat nanti, Tang?" Vanka memegang kening Lintang. Lintang menggeleng sambil terkekeh.

Temannya ini pintar dalam pekerjaan, tapi suka loading lama untuk hal sekitar. Terlalu polos. Tapi Lintang sayang dengan Vanka, karena baik dan asik berteman dengannya.

***

Lintang dan Vanka berjalan kembali ke dalam gedung tempat mereka bekerja sambil sesekali sibuk membahas lagu-lagu korea terbaru.

"Gue suka yang lama, Van, yang baru belum nyantol, kecuali beberapa aja sih."

"Lo sih, ratu tembang kenangan," ledek Vanka sambil terkikik.

"Lilin!?" Sosok Galaksi sudah berdiri dihadapannya. Lintang diam.

"Eh, hai, Lak," jawab Lintang.

"Kerja di bank ini?" Galaksi menunjuk ke name tag yang dipakai Lintang. Lintang tersenyum.

"Lo di sini juga?" tanya Lintang balik.

"Iya. Lantai delapan. Baru seminggu. Sekantor sama Edo, dunia sempit ya, Lin."

"Enggak si. Biasa aja," jawab Lintang datar. "Lo mau ke mana?" Lintang bertanya sambil mengangkat dagu ke arah Galaksi.

"Ke bank. Mau ketemu kepala unit."

"Oh, Bu Ajeng, nanti lima belas menit lagi," ucap Lintang.

"Iya. Gue nunggu di dalam aja," ucap Galaksi sambil tetap berdiri dihadapan Lintang dan Vanka.

"Yaudah masuk sana. Gue mau siap-siap juga. Yok, Van." Lintang menggandeng Vanka yang diam kebingungan.

"Lintang!" Panggil Galaksi. Lintang menoleh. Hanya senyuman yang Gakaksi tampakan ke arah Lintang. Lintang diam tak menggubris.

***

"Jadi ketempat Adjie, Tang?" tanya Vanka. Lintang mengangguk sambil mengganti seragam tempatnya bekerja dengan celana panjang dan blouse hitam.

"Salam buat Adjie ya, gue nggak bisa ikut," ucap Vanka.

"Salam apa?"

"Apa aja. Sepupu lo gemesin banget tau tang ...."

"Masih anak kuliahan itu Vanka. Aduh tante..." ledek Lintang.

"Yaelah Tang,beda dikit doang, restuilah"

"Ogah. Emaknya sangar. Gue takut dipecat jadi keponakan nanti." Lintang membuka sanggul keong dan menggerai rambut panjangnya. Lalu ia merapikan sedikit dengan jarinya.

"Wiihhhh so sexy ...!" ledek Vanka.

"Janda keceh ya gue." Lintang membanggakan diri.

"Buruan nikah, biar nggak jadi fitnah. Lo tau banyak laki-laki incer janda macam lo."

"Gue janda terhormat. Bukan janda kegatelan, gue janda ditinggal mati suami. Standar gue tinggi buat nanti seleksi calon suami gue lagi."

"Nah, kalo cowok tadi, siapa, Tang? Kayaknya kok kenal banget sama lo?"

Lintang berjalan keluar ruang locker diikuti Vanka.

"Masa lalu terindah gue." jawab Lintang sambil berjalan keluar gedung lewat pintu samping. Vanka diam. Seperti memikirkan sesuatu.

"Galaksi? Itu cowok sih Galaksi itu?" Teriak Vanka.

"Iyaaaa," jawab Lintang sambil berjalan ke arah halte busway. Aura Lintang membuat beberapa pasang mata seakan menatap lapar kearahnya. Tapi Lintang cuek. Ia memasang earphone dan memainkan lagu-lagu di ponselnya. Tujuannya sepulang kerja, restaurant tantenya.

Ia senang membantu disana atau sekedar duduk untuk menikmati makanan kecil dan mengobrol dengan sepupu-sepupunya yang rajin membantu tantenya itu.

***

Lintang tertawa saat Adjie bercerita tentang dosen wanita sexy yang suka tebar pesona ke Adjie.

"Gue mau pindah tang, asli jijik gue. Udah emak-emak gitu. Hiiii ...." Adjie mengelap gelas yang sudah dicuci dan diletakkan di tempatnya.

"Hahaha, makanya punya muka jangan cakep-cakep banget, muka lo korea banget si. Jadi diincer banyak emak-emak model dosen lo itu, 'kan?"

"Ya kali muka gue beda ama bokap gue. Bokap gue aja Kim. Mana lu," bela Adjie.

"Tuh, temen gue, Vanka, juga ngebet banget sama lo, Jie."

"Ya mending Vanka lah, beda cuma tipis umurnya sama gue."

"Tipis dari uranus. Vanka dua delapan, elo dua dua, mana lu" Lintang menoyor kepala Adjie. Adjie terkekeh geli. "Abang-abang lo mana, kok nggak keliatan" tanya Lintang yang duduk santai di pojok restaurant.

"Lagi sibuk di tatar mami. Bang Bima sibuk merhatiin koki masak, bang Dewa sibuk sama Papi di ruangan, diajarin mengatur pembukuan"

"Lo beruntung bisa kuliah, Jie, nggak kayak abang-abang lo yang lulus SMA langsung ditarik kesini"

"Iya, tapi mami sama papi punya lima cabang ditempat lain. Ini bukan sembarang restaurant tang, abang-abang gue penerusnya. Gue, ogah amat"

"Iya, iya, mantep pokoknya"

Restaurant korean grill and indonesian grill menjadi usaha keluarga tantenya itu. Om dan tantenya sama-sama lulusan perhotelan walau dari negara yang berbeda. Mereka bertemu saat tantenya menjadi mahasiswa yang dikirim ke korea untuk belajar culinary tiga bulan di seoul.

Karyawannya banyak, cita-cita om dan tantenya itu membuat restoran maju dan diwariskan ke anak-anaknya kelak. Hanya Adjie yang tidak mau dan minta kuliah hukum.

Lintang asik memakan edamame, jam menunjukan pukul setengah tujuh malam, ia masih belum berniat pergi.

"Lintang," suara itu membuat lintang tidak jadi memasukan edamame kedalam mulutnya dan mendongak.

"Galak," jawab Lintang. Galaksi tersenyum, ia menarik kursi dan duduk dihadapan Lintang.

"Ketemu lagi" ucap Galaksi sambil tersenyum. Lintang manggut-manggut.

"Take away?" Tanya Lintang. Galaksi mengangguk.

"Sendiri?" Tanya Galaksi. Lintang mengangguk.

"Gue beli buat sarapan besok. Gue nggak akan keburu bikin sarapan."

"Ohhh." jawab Lintang singkat. "Istri lo,nggak bisa bikinin sarapan?"

"Udah pergi" jawab Galaksi.

"Lo--"

"Duda. Gagal pernikahan gue yang waktu itu"

"Gitu," jawab Lintang singkat,lagi.

"Lo apa kabar, Lin?" tanya Galaksi.

"Lintang janda, Om. Baru setahun lalu suaminya meninggal. Tapi belum punya anak. Saudara saya ini siap dinikahi duda keren kaya Om⁶" Adjie menyambar omongan sambil meletakkan pesanan Galaksi.

Lintang melotot ke Adjie yang menjulurkan lidah ke lintang lalu kabur secepat kilat kedapur.

"Serius Lin?" Tanya Galaksi dengan tatapan sendu. Lintang tersenyum masam sambil memasukan edamame ke mulutnya.

"Gue duda, lo janda" ucap Galaksi dengan wajah tak terbaca. Lintang menatapnya dengan satu alis terangkat.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yasmin Amira Prastiawan
ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Sriamah Sriamah
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Salah tempat

    "Heh! Harus banget gue dateng ke acara itu. Malas tau nggak sih, itu para orang tua getol banget jodoh-jodohin gue sama anaknya Om Arya. Mentang-mentang gue janda. Nggak deh, gue absen kali ini." Lintang nesu-nesu saat berbicara dengan sepupunya—Meta, melalui sambungan telepon."Tang, lo pasti kalau nggak datang, bakal jadi sasaran empuk di pertemuan selanjutnya. Lo mau dua kali lipat jadi bahan gunjingan mereka?" Meta tetap berusaha membujuk Lintang supaya hadir di acara pertemuan keluarga besar ayahnya yang diadakan dua bulan sekali."Met, lo nggak inget terakhir kalo gue dateng, apa yang kejadian? Gue dijodoh-jodohin terus, mending kalo yang dijodohin worth it, ini, ah, gitu, deh.""Namanya orang tua, Tang, nggak baik kalau seorang janda lama-lama sendiri. Bisa jadi fitnah nanti.""Gue juga tahu, Met, tapi kan gila kali, gue baru beberapa bulan ditinggal meninggalkan, udah aja gitu-gituin.""Ehm, apa lo bawa cowok aja, Tang, pura-pura jadi pacar lo, biar mereka diem.""Siapa yang m

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Cerita lalu

    Adjie menghisap rokok elektriknya dan membuang asap yang cukup tebal dari bibir merahnya. Lintang lahap memakan mie ayam pangsit yang sudah kedua kalinya. "Gila lo, Tang. Nggak begah?" Adjie menatap takjub. Lintang menggeleng."Work out gue nanti sore," jawab Lintang santai.Adjie mengusap kepala Lintang. "Kakak perempuan gue yang paling bar-bar.""Ya… ya… ya…, terserah lo," jawab Lintang santai."Salam buat Vanka dari gue, ya, Tang.” kata Adjie yang membuat Lintang sontak menoleh."Serius lo?" sumpit yang ditangan Lintang menunjuk ke kedua mata Adjie."Iya. Lucu temen lo dilihat-lihat, mirip cewek-cewek gemes korea." lanjutnya."Najong," komen Lintang sambil kembali memakan mie ayam pangsitnya."Lo yang bayar ya, Tang, Mami belum kasih gue duit jajan tambahan, nih, habis bayar semesteran kemarin lusa," bisik Adjie. Lintang melirik sinis."Ada jasanya tapi," oceh Lintang."Pa-an?" jawab Adjie sambil kembali mengepulkan asap dari bibirnya."Seminggu jadi tukang ojek gue. Senin sampai j

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Breyana

    Meja kerja Lintang sudah rapi, jam empat sore bank tempat kerjanya sudah tutup. Pekerja tinggal merapikan laporan harian sebelum pulang. Lintang menatap Vanka dimeja kerja seberang, tersenyum sambil menatap layar ponsel. Vanka yang sadar sedang ditatap Lintang kembali tersenyum dan menunjukan ponselnya."Iya iya, nanti dia jemput gue kok, Van, lo bisa ketemu Adjie," ucap Lintang sambil beranjak."Iyes, udah di depan orangnya," jawab Vanka sembari menahan senyum. Lintang melotot. Berjalan sambil berdecak heran menuju ke Vanka."Semoga berhasil sampai seterusnya ya, Van, lo nggak tau kan, Maminya Adjie gualaakkk banget, gue sebagai keponakannya aja jiper kalo di deket dia, nggak kebayang gue kalo Adjie bawa lo ke Maminya, wah wah wah," bisik Lintang menakut-nakuti Vanka. Vanka menelan ludah cepat."Tapi, jadian aja belum, Tang, baru dekat, masa udah begitu sikap Maminya?""Wah, lo nggak tau Adjie, sepupu gue itu, wah... udah lah, nanti lo juga tau, gue mau ke atas nyerahin ini, bye," tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Helper (Si penolong)

    Kondisi ayah Lintang sudah stabil, sudah menempati kamar rawat juga. Lintang dan Adjie berjalan menuju ke meja suster karena harus ada yang dibicarakan."Lo balik aja, Jie, ke resto, kasian Mami sama Papi lo pasti nyariin. Gue nggak apa-apa kok.""Yaudah, nanti Mami juga mau ke sini katanya, sekalian bawain makanan buat lo sama Ibu.""Ok. Hati-hati, ya." Lintang berdiri di depan meja suster. Adjie memeluk Lintang lalu berjalan menuju lift.Lintang berdiri bersama suster yang menjelaskan beberapa hal, Lintang manggut-manggut mengerti. Hingga ia melakukan proses penandatanganan sebagai tanda ia setuju dengan prosedur yang akan dokter lakukan.Ia menunduk, memegang pangkal hidungnya sambil berjalan pelan. Kembali, suara tangis Bre terdengar. Lintang berjalan kembali ke meja suster."Sus, apa dilantai ini ada pasien anak-anak juga?" tanya Lintang"Ada, Bu. Di bangsal sebelah kiri, pintu kaca itu," tunjuk suster."Apa ada pasien anak atas nama Breyana?" tanya Lintang lagi. Suster menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   New Job

    Sebulan berlalu. Lintang sedang berada di rumah kedua orang tuanya. Ia menyiapkan sarapan dan obat untuk ayahnya. Rutinitas yang ia jalankan sejak ayahnya pulang dari rumah sakit.Ia duduk di depan meja komputer yang ada di rumah kedua orang tuanya. Berselancar untuk mencari lowongan pekerjaan baru untuknya.'Asisten pribadi? Boleh juga.' Pikir Lintang sambil mencatat email perusahaan tempat ia akan melamar pekerjaan. Beberapa perusahaan sudah ia catat. Tidak ada lowongan aspri, tetapi lowongan customer service,marketing, hingga posisi secretaris."Mudah-mudahan cepet dapet kerjaan baru ya, Tang," ujar ibunya seraya meletakan pisang goreng di dekat Lintang."Makasih, Bu," jawab Lintang sambil tersenyum. Dengan santai ia mulai memakan pisang goreng dengan kaki diangkat satu.Ponselnya berbunyi, nama Adjie muncul."What's up broooo …." Jawab Lintang seraya menempelkan ponsel ke telinganya."Dipanggil Mami, Tang, suruh ke resto.""Resto yang mana?""Pusat.""Suruh ngapain?""Ngelapin kac

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Calon mama baru

    Galaksi menatap foto putri kecilnya yang dijadikan wallpaper ponselnya. Ia tersenyum. Galaksi mendapat kekuatan setiap harinya hanya dengan memikirkan kebahagiaan putri kecilnya. Betapa lucunya Breyana walau diusianya saat ini belum bisa berjalan lancar. Masih terjatuh-jatuh. Efek terlalu sering digendong kemana-mana, jadi motorik Bre juga lambat.Mobil Galaksi mengarah ke restaurant, sesuai janji Lintang waktu itu, kalau ia mau sesekali menemui Bre. Ia juga paham anak Galaksi itu mudah ceria jika bersamanya."Hai calon Mamanya Bre, gimana kerjanya?" Galaksi sudah berdiri di samping mobilnya sambil bersedekap. Kemeja kerjanya, seperti biasa, sudah tidak rapi jika pulang kantor. Ia cengengesan sendiri."Masih halu banget sumpah." Jawab Lintang sewot. Adjie yang baru datang dengan motornya dari kampus menatap heran sambil meletakan helm di motornya."Mau kemana?" Adjie menunjuk ke Lintang dan Galaksi."KUA!" jawab Galaksi asal. Ia mendapat pukulan di bahunya dari Lintang."Enak aja, ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Tak pernah menyangka

    Playground yang dipilih Lintang tak begitu ramai, mungkin karena malam hari juga dan hanya Breyana juga dua anak kecil lainnya yang bermain. Lintang duduk di atas matras yang memang dijadikan alas supaya anak-anak tidak terasa dingin jika bersentuhan dengan lantai dan lebih aman.“Breyana umurnya berapa, sih, udah dua tahun atau belum?” Lintang bersuara tapi kepalanya terus menuju ke arah Breyana yang merangkak mengejar mainan.“Pas dua tahun, tiga bulan lalu,” jawab Galaksi yang duduk bersila disebelah Lintang. Kedua masih memakai pakaian kerja, Galaksi sesekali mengulum senyum saat menatap Lintang. “Kenapa nanyain? Mau beli kado? Beli, dong, buat calon anak sambung,” celetuk lelaki berperawakan tinggi dengan rambut cepak.“Iya lah, gue mau beli kado. Sebagai Tantenya,” tegas Lintang.“Calon Mama,” sanggah Galaksi.“Dih! PD banget lo. Udeh, Lak … jangan mancing gue ngamuk!” ancan juga pelotot Lintang. Ia lalu beranjak, ingin menghampiri Breyana namun sebelumnya Lintang menguncir ting

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Mulai dari nol, ya?

    Ulah Galaksi ada-ada aja, hari itu ia sengaja datang ke rumah orang tua Lintang sejak pukul setengah empat pagi, bahkan marbot masjid saja belum ancang-ancang hendak pergi ke masjid terdekat. Galaksi membuat ayah Lintang terpaksa bangun lalu membuka pagar.“Lho, ada apa, Galaksi?” tanya ayah sembari membuka pagar.“Maaf, Om, datang jam segini. Tadinya mau dari tengah malam, tapi nanti disangka maling.” Galaksi berjalan dibelakang ayah yang sudah kembali menutup pagar.“Kamu memang maling?” celoteh ayah.“Nggak, Om, saya bukan maling. Berani sumpah, saya, Om.”Ayah Lintang menoleh setelah menghentikan langkah kakinya. Menatap lekat Galaksi.“Maling hati anak saya, ‘kan,” ujarnya lalu kembali berjalan. Galaksi menahan tawa. Bisa aja calon mertua. Padahal boro-boro Lintang memberi respon OK. Galaksi duduk di ruang tamu, sendirian, yaiyalah, ngapain juga ayah Lintang temani lelaki yang niatnya tak jelas datang jam segitu. Lintang keluar kamar, dengan wajah bantal, ia duduk di sofa berjara

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09

Bab terbaru

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Bonus part

    Menjadi seorang ibu, bagi Lintang satu kebanggaan juga kebahagiaan. Memiliki anak bukan satu kerepotan, apalagi jika benih yang tumbuh dirahimnya dari orang yang ia cintai dengan tulus. Selain itu, anak juga rezeki dari pencipta, semua sudah diatur oleh-NYA. Terkadang, manusianya saja yang suka berpikir seenaknya, lupa jika dia dulunya juga seorang anak. Tangannya menggandeny Breyana, mereka sedang di mal untuk membeli sepatu baru karena Breyana akan mengikuti turnamen basket wanita usia 16. Iya, Breyana sudah remaja. Ia tumbuh cantik dan lebih mirip Lintang--ibu sambungnya--dari pada Karmen. "Ma, jangan yang mahal-mahal, Bre nggak mau, yang penting nyaman," pintanya saat mereka masuk ke toko sepatu olahraga. "Oke, Kakak," jawab Lintang sembari melihat ke jajaran sepatu yang tertata apik di rak. "Bre," panggil Lintang. "Apa, Ma?" Breyana memegang sepatu basket dengan corak pink orange. Warna yang mencolok dan itu limited edition, tertulis dirak. Saat melihat harganya, Breyana ke

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ibu sambung untuk anakku

    Galaksi sudah selesai mandi, segera ia duduk anteng di sebelah Lintang. Ia memperhatikan istrinya melayani dirinya makan. Padahal perutnya sudah semakin membesar. Dasar Galaksi, tetap saja ia iseng dengan mencolek-colek lengan istrinya yang semakin berisi. Bukan gendut, ya, Lintang bisa sewot kalau dibilang begitu. “Jadi, katakan Adinda, ada ghibahan apa? Supaya Kakandamu itu, tidak ketinggalan informasi hangat,” kata Galaksi. Lintang menjewer pelan telinga suaminya, “Nggak usah lebay gitu bisa, nggak sih, Lak … ya ampun …,” kesal Lintang dengan menyipitkan mata menatap Galaksi yang mengusap telinganya setelah jemari Lintang menjauh. “Sebel aku,” gerendeng Lintang. “Jangan sebel-sebel, nanti anaknya mirip aku, lho,” lanjut Galaksi kemudian meneguk air putih di gelas. “Ya pasti mirip, Galak… ini anakmu, kamu yang tanam bibitnya, aku potnya, pasti mirip kamu, masa mirip Goong Yoo!” “Hah! Siapa oyong!” Galaksi terbelalak. “Kok oyong …, hih! Goong Yoo! Nih, ya, bentar aku lihat

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Hati yang lembut

    "Saya tau kamu ibu kandung Breyana, tapi saya minta kamu untuk jujur, Karmen, sekali lagi saya mau tanya sama kamu. Apa... kamu berniat bawa Breyana tinggal dan menetap sama kamu?"Pertanyaan itu terlontar begitu lancar dengan nada bicara santai namun penuh penekanan. Lintang akan benar-benar menahan emosi dan egonya kali ini. Ia tam mau meledak-ledak apalagi gegabah. Hati Breyana yang ia harus jaga.Karmen menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Iya, Lintang, aku memang... suatu hari nanti berniat bawa Bre tinggal dan kembali ke aku, seenggaknya satu tahun ke depan."Lintang sudah menduga hal itu, lambat laun pasti akan begitu. Ia menunduk, mengangguk pelan. Hatinya sakit juga sedih, bagaimana ia suatu hari memang akan berpisah dengan Breyana."Aku minta maaf sama kamu Lintang, aku begitu naif beberapa tahun lalu, nggak mau bawa Bre untuk hidup sama aku karena menurutku, fokus saat itu ke suamiku sekarang. Aku mau memperbaiki hubunganku sama dia, di mana emang aku cintan

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Cemburu

    Lintang ingin sekali bisa beraktifitas normal, namun kehamilannya membuatnya harus bersabar dan mengalah kepada Karmen yang kini, mengantar jemput Breyana sekolah. Lintang selalu diingatkan Galaksi untuk sabar dan mengerti, kasihan Breyana juga nantinya.Siang itu, Lintang sedang membeli buah-buahan di supermarket buah, diantar Adjie yang sedang memiliki waktu luang, sementara Galaksi sibuk bekerja. Ia paham posisi dan kondisi suaminya itu, dan Adjie lah yang menjadi orang yang dihubungi saat darurat."Tang, enak kayaknya nih, pir, beliin gue ya, buat di rumah." Palak Adjie."Kebangetan. Udah kaya, masih malah gue." ketus Lintang. "Ambil!" lanjutnya. Lintang tak akan tega pada akhirnya."Eh iya, Bang Igo tanya, Breys cabang Jakarta, gimana prosesnya?" tanya Adjie."Aman, Kak Dita kan yang ngurusin. Gue udah nggak boleh mondar mandir ke sana, Jie, bawel banget Kak Dita, takut gue kenapa-kenapa." Lintang mendorong troli lagi, Berkeliling mencari buah dan camilan lainnya, Adjie mengekor,

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Kesempatan

    Lintang dikejutkan dengan Breyana yang tiba-tiba demam tinggi, Sari membangunkannya tengah malam, Galak juga ikut terbangun. Breyana, kemarin saat di sekolah memang ikut ekskul renang, Sari sudah melarang karena Breyana tampak tak enak badan, namanya anak kecil, dilarang malah menangis. Sari jadi merasa bersalah, tapi Lintang dan Galaksi tak masalah, sudah saatnya sakit ya sakit saja, pikirnya. Karena ia tau Sari menjaga Breyana begitu penuh perhatian juga sayang.IGD menjadi saksi tangis Lintang saat dokter memberitahu jika Breyana tipes sehingga harus dirawat intensif di rumah sakit. Sari juga ikut menangis, bahkan meminta maaf kepada Lintang dan Galaksi."Kamu nggak salah Sari, saya cuma sedih lihat anak saya dipasang infusan sampai Breyana nangis jerit-jerit. Ibu mana yang nggak sedih, udah, kamu jangan sedih juga." Lintang mengusap lengan Sari. Ketiganya m

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Ketemu di mal

    Rencana cuma dibuat manusia, tapi penciptalah yang menentukan hasil akhirnya. Galaksi cuti mendadak selama dua hari, ia menepati janji mengajak Lintang ke mall setelah pulang dari pantai. Breyana duduk di baby stroller yang masih bisa digunakan sampai Bre lima tahunan, cukup berfungsi baik, karena model baby stroller itu yang bisa dijadikan seperti kursi dorong.“Bu, ini bagus modelnya, bisa sampai Sembilan bulan Ibu pakai,” ujar Sari.“Iya bener, Sar, yaudah boleh tuh, motifnya lucu, bunga-bunga. Bunga Lily kayaknya ya,” ucap Lintang. Galaksi bersama Breyana ke bagian pria, toko pakaian merek Z itu begitu menggoda Galaksi juga untuk berbelanja, lain emang bapak-bapak satu ini, nggak mau kalah sama bininya, padahal, dari jauh Lintang sudah melotot ke arah Galaksi saat ia memegang sepatu dan beberapa kaos santai.Dengan kode tangan yang diberikan Lintang, akhirnya Galaksi menaruh kaos kembali ke gantungan dan meminta izin membeli sepatu santai. Lintang mengangguk.“Bre, besok-sesok, Pa

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Dua kantong

    Galaksi menatap istrinya yang sudah menghabiskan dua kelapa muda langsung dari kelapanya, alias masih murni tanpa tambahan gula. Mereka duduk di warung kelapa muda yang ada di dekat pantai di daerah Anyer, Banten. Ngidamnya Lintang kali ini kelewatan, sebelum subuh, Galaksi dibangunkan Lintang yang langsung bikin panik karena dengan mengguncang-guncangkan tubuh suaminya itu yang sedang menikmati mimpi indah.“Ke Anyer, ayok. Aku mau minum air kelapa muda di sana. Cepeettt...,” rengekan itu jelas pemaksaan. Galaksi mau menolak tak mungkin, akhirnya sembari berjalan dengan muka bantal dan mata masih semi melek, ia berjalan ke kamar mandi, sementara Lintang membangunkan Breyana dan pengasuhnya. Lintang sendiri sudah siap dengan training satu stel warna abu-abu terang.Dan disinilah mereka, duduk di tepi pantai, pukul tujuh pagi, dengan Galaksi yang harus memaksa pemilik warung membuka kiosnya karena Lintang yang udah kepingin banget minum air kelapa muda itu. Kedua mata Galaksi menatap i

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Mood swing

    Lintang uring-uringan setelah kehadiran Karmen ke rumahnya untuk meminta izin bertemu Breyana. Ia tak rela, apalagi saat tau jika Karmen akan mengajak Bre bermain dan makan bersama. Ketakutan Lintang akan Bre yang termakan bujuk rayu wanita yang melahirkannya begitu besar. Adjie yang masih setia duduk di sofa rumah Lintang dan Galaksi, mencoba untuk menenangkan emosi wanita hamil muda itu yang seperti sudah mengeluarkan tanduknya dan siap menyeruduk."Gimana juga, Karmen ibu kandungnya Breyana, Tang, lo bakal salah kalau larang apalagi usir kayak tadi," celoteh Adjie. Lintang menoleh, menatap menusuk ke kedua bola mata Adjie yang langsung mengunci mulutnya."Diem. Lo nggak akan tau rasanya jadi gue. Gue perempuan, Karmen juga, harusnya dia mikir panjang, setelah sekian tahun baru cari Bre dan minta ketemu. Nggak sudi gue, bodoh amat mau gue dibilang jahat, kasar, atau apalah. Gue punya alasan kuat ya, buat pertahanin Breyana. Lo kan orang hukum, tau dong, harusnya!" omel Lintang. Adji

  • Ibu Sambung Untuk Anakku   Pertemuan

    Lintang terserang morning sick, wajar bagi ibu hamil apalagi masih di trimester pertama. Galaksi yang selalu menjadi pelampiasan Lintang, baik saat kesal karena baru mau makan udah mual muntah, atau saat merasa lemas akhirnya Galaksi memapah Lintang. Hamil payah kalau kata orang-orang. Galaksi menatap wajah Lintang yang tampak tirus, sudah seminggu setelah Karmen memberi kabar jika ia ingin menemui Breya, bersamaan dengan waktu Lintang periksa ke dokter. Semua mulai Lintang rasakan, ia juga tak bisa bekerja, apa jadi masalah dengan Lintang di pecat? Ya tidak, justru Om Kim dan keluarganya menyambut heboh karena Lintang hamil. Tak masalah jika Lintang tak masuk kerja atau mau berhenti."Resign aja kamu, ya, kerja lagi nanti kalau udah lahiran," pinta Galaksi sambil merapikan surai rambut Lintang yang menutupi wajah cantiknya. Lintang duduk bersandar lemas di sofa ruang TV, Breyana sudah bersiap sekolah, aka

DMCA.com Protection Status