Share

Part 3

last update Last Updated: 2023-12-11 15:39:51

Selama dua jam Arthur diperiksa dan dilakukan pengecekan darah, ternyata Arthur didiagnosa terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Aku dan Mas Didik terduduk lesu. Pasalnya, kami bingung dengan biaya rumah sakit yang pasti tak sedikit.

“Biarlah nanti Mas usahakan pinjam lagi sama teman Mas untuk biaya berobat Arthur, Dia harus sembuh, Mas pulang dulu bawa baju ganti kamu sama Arthur.” Ujar suamiku sembari memegang pundakku. Aku mengangguk pelan. Malam ini aku harus menginap menjaga Arthur.

Aku menghubungi saudaraku, Farida dan Emi dengan berkirim pesan melalui W******p. Mereka berjanji akan menjenguk keponakannya pada esok harinya. Pikiranku tak tenang memikirkan biaya Arthur. Uang yang dibawa Mas Didik tadi hanya tiga ratus ribu dan tersisa seratus ribu sisa dari biaya pemeriksaan darah Arthur.

Aku tak yakin Mas Didik akan mendapatkan pinjaman, namun ingin meminjam dengan adik-adikku juga rasanya tak mungkin sebab kedua adikku bekerja serabutan.

Farida ikut menjaga warung gorengan milik tetangga, sedangkan Emi menjadi pengasuh anak dengan gaji kurang dari satu juta sebulannya. Melihat wajah anakku yang sudah harus merasakan jarum suntik di pergelangan tangannya, sakit sekali rasanya.

Tak lama Mas Didik datang membawakan baju ganti kami dan beberapa makanan ringan. Aku heran dari mana dia memiliki uang untuk membelikan makanan kami. Sedangkan uang untuk berobat terbilang sangat pas-pasan.

“Bapak tadi kasih uang dari hasil menjual bibit.” Katanya saat kutanyakan darimana uang membeli makanan ringan. Dia menyerahkan uang sepuluh lembar seratus ribu.

‘Alhamdulillah’. Batinku. Minimal kami punya pegangan untuk membayar biaya rumah sakit nantinya, meski kami juga belum tahu berapa lama Arthur akan dirawat.

***

Sudah empat hari Arthur dirawat namun tak ada satu pun orang di rumah mertuaku yang menjenguk. Bila urusan Bapak, aku sangat paham dan maklum, karena bapak fokus mencari uang buat perawatan Arthur melalui penjualan bibit-bibit tanamannya. Selama Arthur di rumah sakit, dia rutin menitipkan makanan.

Sedangkan Ibu tak sekalipun menampakkan batang hidungnya untuk sekedar melihat cucunya yang sakit, Sementara adik-adikku setiap hari datang dengan membawa apel, jeruk juga roti-roti yang sering kumakan untuk mengganjal perutku. Aku bersyukur memiliki saudara yang sangat perhatian.

Mas Didik datang dengan dua orang temannya. Temannya membawakan buah-buahan yang cukup banyak dan memberikan amplop berisi uang yang sangat ku syukuri.

“Semoga Arthur cepat sembuh ya.” Kata mereka sebelum pergi. Arthur sudah mulai bermain-main. Keadaannya benar-benar membaik. Aku berharap dalam beberapa hari ini anakku sudah diperbolehkan pulang.

“Hari ini Arthur sudah boleh pulang.” Ujar Dokter Rahma yang memeriksanya pagi ini.

Kami pun diminta untuk menyelesaikan administrasi. Dengan uang bapak dan uang teman-teman suamiku, akhirnya bisa menyelesaikan urusan administrasi dan kami bersiap pulang.

“Ini masih ada sekitar tujuh ratus ribu, kamu pegang baik-baik ya Dek.” Mas Didik menyerahkan uang dalam amplop.

Pulang dari rumah sakit, aku membawa satu tas plastik besar buah-buahan dan roti juga uang tujuh ratus ribu di tangan. Bersyukur, Arthur sakit membawa berkah.

Kami pulang, rumah dalam keadaan sepi. Kata Mas Didik, Ibu bersama Farah, Sekar sedang ke luar sejak pagi tadi. Begitu masuk kamar, aku langsung merebahkan Arthur yang sedang tertidur di kasur dan aku memilih ikut beristirahat, sebab selama empat hari badan rasanya sangat capek dan mataku sangat mengantuk karena tidur tak nyenyak menjaga Arthur yang masih rewel saat itu.

Belum ada sepuluh menit aku memejamkan mata, kudengar suara Ibu dan Farah di ruang tamu. Mereka seperti sedang membongkar belanjaan. Aku berusaha cuek dan tetap memejamkan mata.

“Istrimu sudah pulang?” Suara Ibu bertanya pada Mas Didik.

“Ya Bu, dia masih tidur istirahat karena ....” Belum selesai Mas Didik berbicara, Ibu sudah menyela.

“Istrimu masih tidur jam segini? Bangunin dia, buatkan ibu sama Farah teh hangat.” Titahnya masih fokus membongkar plastik belanjaan mereka.

“Biar aku saja, Bu. Mayang masih capek habis jagain Arthur di rumah sakit.” Jawab suamiku lalu melangkah menuju dapur.

“Kamu itu memang senang diperbudak istrimu, capek apanya di rumah sakit, itu hanya alasan saja untuk orang pemalas seperti dia.” Teriakannya terdengar di telingaku, Mas Didik juga, hanya ia cuek saja.

Selama empat hari di rumah sakit, aku merasakan ketenangan yang luar biasa meski harus menjaga Arthur yang sedang sakit, tenang karena tidak perlu mendengarkan suara ibu yang tidak perlu.

Kata-kata yang ke luar dari mulutnya hanya membuat batin ini semakin terluka. Aku bersyukur tak membangunkanku dan Mas Didik tak mengindahkan ucapan ibunya, ia memilih langsung ke dapur membuatkan dua cangkir teh pesanan ibu.

“Bagus tidak Sekar mainan barbie yang ini, pokoknya kalau mbahmu nanti dapat uang penjualan bibit, kita beli yang lebih banyak lagi ya, nduk.” Janji Ibu ke pada cucu kesayangannya. Aku merasakan perih mendengar ucapan ibu yang samar-samar kudengar dari dalam kamar.

***

Sore, setelah mandi dan berganti baju. Aku mengambil pisau dari dapur untuk mengupas apel yang kubawa dari rumah sakit. Aku duduk di teras sambil menggendong Arthur.

“Bukan main nyonya besar, baru bangun langsung makan buah ya?” Suara ibu mulai mengangguku. Aku menoleh sekilas dan melanjutkan aktivitasku mengupas apel.

“Itulah sifat jelek dipelihara, menantu nggak tau diri. Makan sendiri sementara mertua nggak dikasih, Ajaran orangtua pelit ya anak juga ikut pelit.” Mataku melotot sempurna. Bila ibu sudah menyinggung orangtuaku, sudah pasti aku akan marah.

“Aku tidak pernah pelit, Bu. Apapun makanan selalu dibagi sama semua orang di rumah ini. Berbeda sama ibu yang suka menyembunyikan makanan karena takut aku sama Mas Didik memintanya, jadi siapa yang pelit aku atau ibu?”

Dia kaget mendengar jawabanku. Baru saja dia ingin menjawab, Bu Trisno teman pengajiannya datang.

“Ehh Ibu Trisno apa kabarnya, ayo silahkan masuk.”

“Ini istrinya Didik ya, Bu. Cantiknya.” Sapanya. Aku hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalaku tanda hormat.

“Ya, Bu. Ini istrinya Didik. mantuku semuanya ayu-ayu.” Ibu mengambil tanganku dan mengelusnya. Aku tentu saja kaget dengan sikap ibu yang tiba-tiba baik ke padaku.

“Semua mantu kesayangan, pokoknya semua kuanggap anak, Oya Ibu Trisno ada perlu apa kemari.” Katanya lagi langsung mengambil Arthur dari gendonganku. ‘Ada angin apa ini tiba-tiba menggendong Arthur’

O, sepertinya selain memperlakukan tak adil buatku dan anakku, ternyata Ibu juga suka bersandiwara menjadi baik jika di depan orang, sementara biasanya dia tak pernah begitu padaku, hanya pada Farah saja perlakuannya selalu baik dan sempurna.

“Lusa, saya rencananya mau pesan kue bebongko sama ibu untuk pengajian bapaknya, kurang lebih 200 bungkus. Jadi nanti sebagian makan di tempat dan sebagian lagi dibawa pulang. Kalau Ibu nggak repot bantu saya buatkan ya, Bu. Nanti saya ambil dua jam sebelum pengajian, bisa kan, Bu?”

“Pasti ... pasti bisa… jangankan 200 bungkus.. 500 bungkus pun bisa saya kerjakan sendiri, Bu.” Perutku terasa mual mendengar celotehan ibu. Benar-benar hobi berbohong.

“Oya lah, Bu makasih sudah mau saya repoti, ini uang mukanya. Nanti sisanya Saya bayar setelah kuenya diambil. Jangan lupa lusa sebelum jam empat Saya ambil pesanannya.” Bu Trisno langsung pergi.

“Kamu dengar tadi kan apa kata Ibu Trisno, jadi mulai besok kamu persiapkan bahannya apa saja untuk membuat kue bebongko itu, ingat 200 bungkus,” Tukas ibu langsung menyerahkan Arthur kembali kepadaku.

“Bukannya ibu yang katanya bisa mengerjakannya sendiri, kue bebongko itu apa, aku juga nggak bisa buatnya.”

Aku langsung meninggalkannya sendiri di teras dan kembali ke kamar. Kali ini aku tak ingin membuat kue pesanan Ibu Trisno. Sekali-kali harus diberi pelajaran.

Dia selalu saja drama di depan semua orang mengatakan dia mertua yang terbaik, berbanding terbalik dengan aslinya.

Related chapters

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 4

    “Ngapain ibu repot-repot minta bantuannya, sekarang itu jaman sudah canggih. Semua resep makanan bisa langsung dilihat di Youtube kemudian tinggal dipraktekkan, Beresss,” Ku dengar suara Farah di teras, memberi saran ke ibu. Aku yakin sekali dia pasti ingin mencari resep kue bebongko pesanan Bu Trisno.“Oya sudah, gimana caranya. Bantuin Ibu ya, Rah… Cuma kamu aja menantu harapan ibu.”“Tenang, Bu. Ibu ketik aja kue apa namanya.” Farah memperlihatkan ponselnya kepada ibu. Aku yang mengajak Arthur bermain di ruang tamu berusaha cuek. Meski sesekali aku melihat dari kaca jendela yang menjadi pembatas antara ruang tamu dengan teras.“Videonya terlalu cepat, Rah. Ibu bingung jadinya.” Mereka pun menonton video berulang kali.“Besok ibu praktek dulu, jadi begitu buat yang 200 bungkus nanti hasilnya nggak mengecewakan, memangnya ibu mau nanti beda rasanya dengan yang dibuat Mbak Mayang.” Ibu menggelengkan kepalanya. “Nah, makanya ibu besok beli bahannya terus praktek.” “Ya, besok ibu mul

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 5

    “Bukan main, Ibu Sutinah ini seakan-akan dia yang pandai bikin kue tapi ternyata cuma mantunya yang kerjain, mana sendirian lagi nggak dibantu, Nggak nyangka ya ibu mertuamu seperti itu.” Aku diam saja mendengarkan., tanganku masih sibuk dengan pesanan Bu Trisno.Selama tiga jam Ibu Trisno menemani aku membuat kue, dia dengan ikhlas membantu menyusun kue dalam dandang kukusan juga mengangkatnya, kemudian membantuku menyusun kue yang sudah masak dalam keranjang. Selama itu pula dia mengajakku bercerita banyak hal. Bu Trisno sangat baik orangnya.“Lain kali kalau Ibu ada hajatan, nanti biar Ibu langsung pesan sama kamu aja. Biar nanti ibu-ibu yang lainnya juga Saya kasih tau,” Dia lalu menyerahkan uang tiga ratus ribu kepadaku.Aku bingung dan bertanya. “Ini buat apa, Bu,”“Ini buat beli susu anak kamu, Arthur. Diterima aja ya, ini rejeki anakmu.” Katanya dan setelahnya ia menelpon anaknya untuk membawa kue bebongko ke dalam mobil. Aku sangat bersyukur pekerjaan menjadi cepat selesai ka

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 6

    Pagi Pukul 6.30, aku baru selesai mengangkat air untuk memandikan Arthur lalu menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya setelah mandi di tempat tidur. Arthur masih tertidur pulas. Iwan kembali masuk ke dalam kamar kami. Mas Didik sudah duduk di tepi ranjang. Aku dan Mas Didik memperhatikan Iwan memasukkan baju yang dipinjamnya kemarin ke dalam lemari. Dengan tanpa bicara sepatah katapun, dia berlalu dari hadapan kami. Aku mengambil baju yang menggumpal yang ditaruhnya ke dalam lemari. Astagfirullah. Baju yang dipinjamnya kemarin dalam keadaan kotor dan dia dengan santainya memasukkannya kembali ke dalam lemari. Terbuat dari apa otak manusia satu itu.“Baju kotornya biar Mas nanti yang cuci sekalian baju-baju Arthur ya.” Kata suamiku mengambil baju tadi di tanganku. Di rumah ibu mertuaku memang tidak punya mesin cuci jadi semua pakaian dicuci secara manual.“Benar-benar bikin stres kalau lama-lama tinggal di sini, Sabar… sabar Mayang, ingat kamu masih numpang dan harus lebih banyak

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 7

    “Ibu bangun tidur, cucian sudah dalam keadaan seperti itu, mau membela istri tercintamu itu, kalian itu sama saja pemalas, bisanya mikirkan makan aja sedangkan kerjaan terbengkalai nggak diurus dengan baik. Baru juga urusan rumah sudah tidak bisa diatur apalagi mau mikir terima pesanan, yakin itu bisa?” Kata Ibu dengan berkacak pinggang. Aku tak mempedulikannya.Selesai memungut pakaian, aku langsung menghampirinya. Dan meletakkan begitu saja pakaian kotor di kursi teras. Ia langsung melotot. Aku cuek berlalu dari hadapannya lalu masuk ke dalam kamar. Mas Didik menyusul ku.Tak lama kudengar suara pedagang sayur keliling mampir di depan rumah, ibu-ibu tetangga mulai berdatangan. Samar-samar kudengar Ibu membicarakanku. Aku langsung mengintip dari jendela kaca nako di ruang tamu yang berbatasan langsung dengan teras rumah. “Saya ini sudah terlalu sabar menghadapi istri si Didik, terlalu pemalas dan joroknya minta ampun. Coba lihat tuh, Bu … masa pakaian seperti itu dianggap bersih, je

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 8

    Kedatangan ku bersama suami dan anakku disambut kedua adikku, Farida dan Emi. Mereka dengan antusias membantu kami pindah ke tempat tinggal yang baru. Rumah Eni memang tak sebesar rumah mertuaku. Rumah dengan dua kamar dan dindingnya masih belum diplester, masih kelihatan susunan batu batanya. Lantainya juga masih semen dan belum berkeramik. Aku suka karena rumahnya persis di depan sekolahan. Dengan pelataran yang cukup luas, membuat ku berpikir akan berjualan makanan untuk anak-anak sekolah.“Tempatnya strategis kalau kakak mau berjualan, persis depan SD lagi, menurut kakak bagaimana tempatnya bagus tidak?” Aku hanya bisa manggut-manggut saja. Aku benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan tempat sebagus ini dan gratis pula.“Kakak besok mau kerjakan orderan untuk jumat berkah sama orderan snack rabu depan, Jadi Kakak fokus dulu kerjakan orderan setelah itu baru pikirkan mau jualan apa di depan nanti,”“Aku masih libur jualan, Kak. Bisalah aku bantu-bantu kakak siapkan kotakann

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 9

    “Untunglah, Mas. Akhirnya kamu bisa bekerja kembali, semoga saja apa yang kita kerjakan menjadi berkah dan pahala ya, Mas.” Kataku sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan di hari pertamanya kembali bekerja.“Ya, Dek. Oya kamu nggak apa-apa kan, seandainya sewaktu-waktu Mas ditugaskan ke luar daerah karena perusahaan ini ada cabangnya di beberapa daerah.” Meski berat, Aku pun mengangguk. Toh, ini demi kebaikan kami bersama.“Nggak apa-apa kok, Mas. Ada Farida dan Emi yang bisa menemani aku dan Arthur saat kamu ada tugas ke luar daerah, yang terpenting kamu kerjanya baik-baik aja, Mas. Ingat aja Mas cari kerja itu sulit, kita sudah sangat bersyukur akhirnya kamu mendapat pekerjaan,” pintaku, dia mengangguk.“Ya, Dek. Insha Allah bila pekerjaan lancar, aku berniat kita pelan-pelan membangun rumah dan buat tabungan masa depan Arthur.” Aku mengaminkan perkataannya.“Aku udah buatkan sarapan, sebaiknya kita sarapan dulu sebelum kamu berangkat bekerja, Mas.” Bersyukur selama berjualan

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 10

    “Dia ngomong begitu ada siapa aja, Mbak,” “Hampir semua ibu-ibu tadi ngumpul karena lagi beli sayur sama Pakle dan bicaranya itu meyakinkan, makanya aku ke sini langsung tanyain kamu, supaya jelas infonya itu gimana,” Meski baru dua minggu aku tinggal di kawasan ini tapi aku paham dengan Kiki, tetanggaku bak Wartawan ini selalu mau tahu apa saja berita terupdate seputar lingkungan kami.Hampir semua ibu-ibu di lingkungan kami ini selalu menghabiskan waktu untuk berkumpul sedangkan aku lebih memilih mengurus urusan rumah, mengurus Arthur, suami dan jualanku saja. “Kalau memang aku mencuri, kenapa dia nggak melaporkan sekalian aku ke Kantor Polisi, Mbak. Begitu juga dengan caraku jualan apa memang aku jorok, kamu bisa langsung ke dapurku supaya kamu bisa dapat kepastian informasi terbaru, gosip receh kayak gini paling malas aku menanggapi … Tapi kalau terus-terusan aku digosip yang nggak benar nanti aku tuntut balik dengan pencemaran nama baik.” Kesal Ku sudah di ubun-ubun. Kiki terl

    Last Updated : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 11

    Sepuluh menit berbicara dengan bapak, endingnya membuat aku membatalkan melabrak ibu. Dan memilih tetap fokus berjualan untuk besok pagi. Kami merubah rencana berjualan secara online dan Farida siap mengantarkan pesanan ke pembeli.Berjualan online memang tak semudah yang kami bayangkan, kami harus benar-benar pintar berpromosi mencari pembeli, menampilkan gambar yang bagus juga sangat penting. Hari ini kami memposting olahan sosis dan gorengan lainnya hampir lima jam, hanya satu orang yang membeli. Kami tetap fokus menunggu calon pembeli. “Assalamualaikum.” Aku sontak menoleh. Melihat Ibu Trisno bersama dua orang temannya yang tak kukenal.“Waalaikum salam.” “Oya Mayang, ini teman-teman Ibu yang mau pesan catering sama kamu, mereka berdua ini sudah merasakan rasa masakan kamu, rendang daging sama soto banjar itu bikin kangen kata mereka.” Aku tersenyum mendengarnya.Makanan sedekah jumat yang kubuat untuk pesanan Ibu Trisno setiap minggunya selalu berubah-ubah menunya yang kuolah.

    Last Updated : 2023-12-11

Latest chapter

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 95

    Part 95 Pov Mayang“Kasihan Farah, Mbak Mayang. Setelah Mamanya meninggal malah Ia ikut menyusul meninggal bunuh diri dengan memotong nadi tangannya karena tak tahan menerima hinaan dari anak-anak sekitar rumahnya kalau wajahnya rusak akibat terkena luka bakar waktu masih di rumah Ibu Sutinah, setelah itu dia diceraikan sama suaminya. Katanya Farah ketahuan menggadaikan rumah Ibu Sutinah dan sekarang Ibu Sutinah bersama Didik dan Pur katanya mengontrak rumah kecil di pinggiran kota, lengkap sudah penderitaan keluarga Ibu Sutinah akibat menantunya itu. Syukur saja Iwan sama Shinta tidak bernasib sama.” Bu Trisno menyampaikan kabar duka itu saat ia bertandang ke rumah untuk membicarakan persiapan pernikahan Syawal dan Emi yang akan digelar dua hari lagi.Mungkin ini terdengar gila tapi Allah SWT sudah mengatur semuanya, aku yang dulunya dizolimi oleh orang-orang yang pernah hadir dalam hidupku, satu persatu seakan mendapatkan karma atas apa yang sudah mereka lakukan. Farah yang begit

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 94

    Part 94 “Kalau tidak, berarti kalian harus mengosongkan rumah ini, karena Ibu Farah sudah menggadaikan rumah ini dengan memberikan sertifikat rumah pada bos kami. Dia juga sudah menerima uang dua ratus juta tiga bulan yang lalu.” Mataku melotot mendengarnya, masalah apalagi yang dilakukan oleh Farah kali ini. “Ya Allah, bagaimana sudah ini, Dik, Pur. Farah memang betul-betul keterlaluan menjadi menantu bisanya hanya menyusahkan saja. Huhuhuuu.” Ibu menangis sesenggukan begitu tahu rumah yang kami tempati sekarang sudah sepenuhnya dikuasai oleh rentenir.“Apa kalian punya bukti kalau Farah memang yang menggadaikan rumah ini pada bos kalian?” Dua orang penagih utang tersebut malah tertawa. Setelahnya salah satu memperlihatkan foto copy sertifikat dan tanda bukti tanda tangan Farah di sana menyetujui syarat-syarat pinjaman uang dengan jaminan sertifikat rumah.Aku, Pur juga Ibu sudah tidak bisa berbuat banyak. Kami benar-benar dipecundangi oleh Farah. Apalagi Purwanto, ia merasa ikut

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 93

    Part 93“Terus, bagaimana dengan Mas Didik? Apa Mbak memaafkannya juga?” Deggg. Nama itu lagi, rasanya seharian ini sudah beberapa kali teringat akan dirinya. Orang yang sudah mengisi hidupku dalam beberapa tahun ini, kalau ditanya apakah aku mencintainya? Ya aku sangat mencintainya, hanya begitu banyak luka yang ia torehkan ke padaku sehingga aku memilih sebisa mungkin pergi jauh dari kehidupannya, meski saat mediasi pada proses perceraian kami, ia kekeh tidak mau berpisah. Aku memutuskan menjauh agar dapat menjaga kewarasan hatiku. “Lho, Mbak malah melamun.” Aku tersenyum malu ketika Iwan memergoki aku sedang melamun karena pertanyaannya.“Aku juga sudah memaafkan Mas mu, bahkan Ibumu. Bagiku yang lalu biarlah menjadi pengalaman berharga saja. Oya kalian tadi ke sini aku pikir mau pesan sesuatu. Mau bolu atau malah rendang daging saja.” Ujarku cepat mengalihkan topik pembicaraan.Malas membahas hal yang lampau.“Oya hampir lupa, Shinta maunya Mbak Mayang buatkan nasi dengan daging

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 92

    Part 92 Pov Mayang Pagi sekali aku dan kedua adikku sudah mulai bersiap membuka toko, kegiatan kami setiap harinya seperti ini. Tiba-tiba saja mobil Syawal berhenti di halaman dan Emi yang semula ada di depan menggendong Arthur melihat pemandangan segera masuk. Aku tahu jika Emi masih menghindar berbicara dengan calon suaminya tersebut. Persoalan perempuan yang mengaku sebagai kekasih Syawal membuat hubungan adikku dengan Syawal seketika renggang. Emi sudah membatalkan pernikahan, hanya saja aku senang dengan kegigihan Syawal ingin meraih hati adikku kembali, kadang aku membayangkan jika saja Mas Didik berlaku begitu padaku, mungkin saja kami masih bersama sampai saat ini. Tapi, ya sudahlah semua hanya tinggal kenangan sekarang. Bahkan aku tinggal menunggu ketuk palu saja.“Kak, aku cuma mau bilang kalau perempuan yang mengaku kekasihku itu ditangkap semalam bersama orang yang menyuruhnya, sebetulnya semalam dia ditangkap karena petugas kepolisian sedang menggerebek tempat perjudia

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 91

    Part 91Kulihat handphone di tangan Purwanto, segera kuambil dengan cepat dan membuka layar lalu mencari kamera dan menghadapkan posisi kamera ke arah depan, persis ke wajahku. Begitu aku melihat penampakan wajahku, handphone Purwanto sampai terjatuh dari tanganku. Apa aku tak salah lihat?Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku. Wajahku sudah seperti monster yang menyeramkan. Bagaimana bisa Purwanto tak terkejut melihatku? Apa dia menahan tawa agar tak membuatku malu, bentuk mata yang kurasakan perih kelopaknya berkeriput sehingga bola mataku terlihat mau ke luar dari tempatnya. Selain itu wajahku menghitam dan mengerut di beberapa tempat, selain itu bentuk mulutku terasa miring dan tidak berada di tempat seharusnya. Aku berusaha mengingat dan mencerna apa yang sudah terjadi padaku, kenapa gara-gara api yang membakar rambut juga membuat kobaran api di wajahku membuat wajahku sulit dikenali lagi. Tamat riwayatku.Habis semua sudah kecantikan yang dulunya aku banggakan, aku melihat kembali

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 90

    Part 90 “Pernikahan siapa yang kamu maksud gagal?” aku sontak menoleh kaget. Purwanto persis di belakangku. Aku harus mencari jawaban segera atas pertanyaannya.“Tadi … itu si Mayang ke sini dan marah-marahin Ibu, katanya dia tak terima kalau sampai pernikahan Emi dengan Syawal sampai gagal, dia menuduh Ibu yang menggagalkan pernikahan adiknya itu. Kalau mau tahu pastinya tanya Ibu deh sana.” Purwanto masih diam di tempatnya terus menatapku penuh kecurigaan, bahkan ia kini memicingkan matanya.Purwanto langsung mengambil handphone dari tanganku dengan cepat, kemudian membaca layar di gawaiku. Di sana kutulis nama Syahrini, aku sengaja menulisnya dengan nama perempuan supaya suamiku bahkan orang di rumah ini tidak ada satupun yang curiga. Benar saja, setelahnya Purwanto mengembalikan handphone ke tanganku.“Ya sudah… aku pikir tadi apa, lagian berita tentang si Mayang itu nggak penting sama sekali.” Sebutnya, aku bisa bernapas lega begitu melihatnya menanggapi dengan santai apa yang k

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 89

    Part 89Aku menghampiri Emi, adik bungsuku yang terlihat menelungkupkan wajahnya di lengannya, tubuhnya nampak terguncang. Kelihatannya ia sedang menangis. Kubelai rambutnya yang terurai panjang itu, ia belum mau mendongakkan kepalanya.“Mi, Syawal tadi sudah menceritakan semuanya. Apa kamu nggak mau memikirkan ulang apa yang terjadi?” kataku dengan hati-hati. Emi memperbaiki posisinya, tebakanku benar. Ia tengah menangis. “Apalagi yang harus dipikirkan, Kak. Jelas-jelas perempuan itu punya bukti kalau dia memang ada hubungannya dengan Kak Syawal, terus apalagi yang mau dipikirkan dan dia kok masih saja mau mengelak, dasar memang laki-laki selalu begitu. Gayanya aja mau menikah, tapi ujung-ujungnya sudah punya anak dari perempuan lain. Beruntung saja semua ini aku dapati sebelum menikah jadi bisa kuputuskan kalau rencana kami sebaiknya dibatalkan saja.” Terdengar tegas hanya aku tahu Emi masih berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi saja.“Tetap harus kamu pikirkan dengan tenang, de

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 88

    Part 88 Pov Mayang Dua minggu kemudian Aku bersyukur harapanku dengan kedua adikku akhirnya terwujud. Toko kue sekaligus tempat tinggal kami dengan mudahnya diberikan oleh bank melalui pinjaman yang kami ajukan. Ruko yang kami beli berada di pusat kota, meski harganya fantastis, minimal dengan usaha yang lancar maka kami yakin akan bisa membayarnya. Tentu dengan kerja keras. Hari ini merupakan hari kedua kami membuka toko, awal pembukaan toko kemarin sudah ramai dengan pengunjung, sebab dengan kepandaian dan gerak gesit Farida di media sosial membuat pelanggan berdatangan. “Ya Allah, luar biasa sekali ya, Kak. Aku yakin kalau begini terus ramenya pasti kita akan bisa dengan mudah mencicil membayar pada bank, apalagi toko ini sekalian tempat tinggal kita sehingga memudahkan kita tetap stand by di toko.” Farida menyapaku pagi ini. Aku mengangguk setuju. Sejak dibukanya toko kue, kami menambah satu orang lagi bernama Marlena untuk menjaga toko bersama Farida, sedangkan Kiki dan aku

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 87

    Part 87Pov Farah Sudah lama sekali aku tidak makan mie ayam yang dijual tak jauh dari rumah, di rumah hanya ada Purwanto dan Sekar, sedangkan Ibu entah ke mana. Mas Didik seperti biasa pergi bekerja.“Pur, kita makan mie ayam yuk.” Ajakku ke padanya. Purwanto yang tengah asik bermain game online sama sekali tak menoleh dan mempedulikanku. Itulah yang membuatku semakin hari semakin bosan padanya. Tak pernah ada niatan di hatinya untuk bergerak mencari pekerjaan dan lebih banyak menggantungkan hidup padaku atau pada Mas Didik.Selama Purwanto tidak bekerja, setiap bulan aku selalu minta jatah pada Mamaku, beruntung Mama tidak keberatan memberikan uang memenuhi kebutuhanku dan Sekar, Punya suami percuma saja, tidak berguna sama sekali.“Ya sudah kamu jaga Sekar, aku mau makan mie ayam di depan sana.” Tetap saja ia tak menoleh dan tak menyahut. Dasar, benar-benar laki-laki tidak ada gunanya. Mataku memperhatikannya selama semenit, tapi aku seperti berbicara dengan patung. Lalu kuputusk

DMCA.com Protection Status