Share

Part 5

Penulis: RA. ADISTI5585s
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-11 16:06:03

“Bukan main, Ibu Sutinah ini seakan-akan dia yang pandai bikin kue tapi ternyata cuma mantunya yang kerjain, mana sendirian lagi nggak dibantu, Nggak nyangka ya ibu mertuamu seperti itu.” Aku diam saja mendengarkan., tanganku masih sibuk dengan pesanan Bu Trisno.

Selama tiga jam Ibu Trisno menemani aku membuat kue, dia dengan ikhlas membantu menyusun kue dalam dandang kukusan juga mengangkatnya, kemudian membantuku menyusun kue yang sudah masak dalam keranjang. Selama itu pula dia mengajakku bercerita banyak hal. Bu Trisno sangat baik orangnya.

“Lain kali kalau Ibu ada hajatan, nanti biar Ibu langsung pesan sama kamu aja. Biar nanti ibu-ibu yang lainnya juga Saya kasih tau,” Dia lalu menyerahkan uang tiga ratus ribu kepadaku.

Aku bingung dan bertanya. “Ini buat apa, Bu,”

“Ini buat beli susu anak kamu, Arthur. Diterima aja ya, ini rejeki anakmu.” Katanya dan setelahnya ia menelpon anaknya untuk membawa kue bebongko ke dalam mobil. Aku sangat bersyukur pekerjaan menjadi cepat selesai karena dibantu oleh Bu Trisno.

***

“Mana istrimu, Dik!” Dari luar kamar kudengar suara teriakan ibu.

“Mayang, kamu dipanggil Ibu. Kayaknya marah tuh.” Wajah Mas Didik terlihat cemas. Dengan malas aku ke luar kamar dan menghampiri ibu mertuaku yang cerewet itu.

“Kamu itu ya, jadi orang nggak ada syukur-syukurnya, memangnya kurang apa Ibu kasih kamu uang lima puluh ribu itu Hahhh, masih lagi mulutmu tumpis bicara sama Ibu Trisno kalau kamu yang buat kuenya dan bukan ibu, itu maksudnya apa… mau cari muka kamu.” Bentak Ibu dengan berkacak pinggang, khasnya dia.

Ya Allah kapan bertobatnya ini orang tua. Seharusnya dia juga tahu sepandai-pandainya menyimpan rahasia busuknya pasti akan ketahuan juga.

“Aku nggak ada ngomong begitu sama Ibu Trisno soal itu, kebetulan memang beliau datang ke sini pas aku lagi buat kuenya. Dia menemani aku selama tiga jam sampai kue itu selesai. Makanya dia tau kalau aku yang buat kuenya dan bukan Ibu karena Ibu masih sibuk jalan kan?” Ibu langsung terdiam mendengar penjelasanku.

“Seharusnya kamu beralasan kalau adonan itu Ibu yang buat, terus kamu hanya bantu-bantu bungkus.” Ibu masih tak mau kalah meski suaranya sudah mulai melunak. Aku menghela napas panjang.

“Ibu … Ibu Trisno lihat aku membuat kue itu dari awal, jadi kenapa aku harus bilang yang nggak pernah terjadi, kok Ibu nyuruh aku untuk berbohong di depan orang yang jelas-jelas lihat prosesnya dari awal.” Ibu langsung melengos pergi.

Ia pasti tak terima dengan Bu Trisno yang mungkin sudah membongkar kedoknya. Dari kecil, orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk selalu berkata jujur, tapi herannya malah dapat ibu mertua yang selalu drama dan banyak bohongnya. Dia sama sekali tidak ingat umur. Aku merasa hidup seperti di sinetron saja.

***

Baru saja aku selesai menidurkan Arthur, dan melanjutkan melipat pakaian. Tiba-tiba Iwan, adik Mas Didik yang terakhir masuk ke dalam kamar tanpa permisi dan tanpa melepaskan sepatunya.

Dengan cueknya dia membuka lemari dan memilih pakaian, setelah itu berlalu pergi.

Apa yang dia lakukan tentu saja membuatku kaget, Ku anggap apa yang ia lakukan benar-benar tidak sopan.

Masuk ke kamar kakaknya yang sudah menikah tanpa mengetuk pintu dan setelah itu mengambil pakaian Mas Didik di lemari tanpa permisi.

Parahnya, masuk ke dalam kamar masih memakai sepatu. Luar biasa kurang ajarnya.

Aku lantas menyusulnya, dia yang baru saja mau masuk ke dalam kamarnya langsung ku halangi. Dia nampak cuek.

“Iwan! Kamu kok tanpa permisi langsung masuk kamar dan ambil pakaian Mas Didik, Seharusnya sebagai orang dewasa yang sudah tamat sekolah seharusnya kamu ngerti tata karma, bukan main nyelonong aja seenaknya.” Ia melihatku dengan malas.

“Aku pinjam bentar bajunya Mas Didik, biasanya juga kami begitu. Kenapa sekarang baru protes.” Sahutnya dengan helaan napas kasar.

“Tapi baru kali ini Mbak melihatmu masuk kamar dan ambil baju Mas Didik tanpa permisi.”

“Ya itu karena Mbak nggak tau aja, semua orang di rumah ini juga punya kebiasaan begitu, Aku juga sering pinjam baju Mas Purwanto, Toh istrinya nggak pernah protes, Kok Mbak malah sewot.” Ia mulai meninggikan suaranya.

“Aku tidak mau tau kebiasaan apapun kalian bersaudara, tetap saja apa yang kamu lakukan itu tidak sopan, aku tidak mau ini terulang kembali.” Ia malah mengacuhkan ku.

“Ada apa ini ribu-ribut.” Ibu mertuaku datang.

“Ini loh, Bu. Mbak Mayang masa Iwan pinjam baju Mas Didik, dianya malah protes. Orang pinjam sebentar juga kok, bukannya Iwan minta juga.” Kata Iwan meminta pembelaan ibunya. Pandangan mata ibu beralih padaku.

“Mereka itu bersaudara biasa sudah saling pinjam barang, bukan cuma Iwan saja yang pinjam barang Mas Didiknya tapi Didik juga sering pinjam-pinjam barang adik-adiknya, aneh kamu ini sewotnya minta ampun.” Sahutnya dengan nada tinggi.

“Tapi, Bu … caranya itu yang tidak sopan, main masuk kamar tanpa permisi. Mana pakai sepatu langsung ke kamar, aku ini seperti benda mati yang tidak dihargai sama sekali. Minimal dia bisa mengetuk pintu bilang permisi.” Kataku tak mau kalah.

“Kamu itu benar-benar menantu tidak tau diri! Sudah dikasih tumpangan makan dan tidur di sini, bukannya bersyukur malah ngelunjak kamu! Kamu itu cuma numpang di sini jadi jangan sok ngatur kamu!” Darahku rasanya mendidih mendengar Ibu menekan kata-kata menumpang berulang kali.

“Lihat saja, Ibu akan kasih tau suamimu supaya ngajari istrinya yang tidak tau berterima kasih ini dengan baik. Supaya sadar diri kalau lagi menumpang di sini. Kamu Iwan! Ambil saja apapun kepunyaan Mas Didikmu, karena dia saudaramu dan jangan pedulikan orang asing yang berani-beraninya melarang apa yang mau kita lakukan di sini.” Hatiku benar-benar sakit mendengarnya.

Bapak dan Mas Didik yang baru saja datang dari kebun, segera menghampiri kami. Dan berusaha mendamaikan.

“Sudah … sudah, Bu. Nggak enak didengar tetangga. Apa Ibu nggak capek marah-marah terus ke pada menantumu.” Bapak berusaha menenangkan ibu.

“Tanya mantu kesayanganmu itu, apa masalahnya sampai Ibu tidak bisa kontrol emosi. Ini lohh Pak, Cuma gara-gara baju Didik dipinjam Iwan, dia langsung ngamuk kayak orang kurang sesajen gitu, sopan nggak itu namanya.” Ibu memang pintar sekali menyalahkan orang.

“Mayang nggak mungkin marah hanya karena baju ini dipinjam, dia marah pasti ada alasannya, sekarang jelaskan Mayang ada apa.” Baru saja aku akan membuka mulut menjelaskan.

“Itulah mangkanya menantu kesayangamu itu jadi besar kepala karena kamu sibuk membela dia terus, Pak. Lama-lama jadi kebiasaan. Sudahlah lama-lama ngomong sama kalian, malah tambah bikin pusing.” Selesai berucap, Ibu melengos pergi. Iwan pun menutup pintu kamar.

“Kalau hanya masalah baju yang dipinjam, kenapa harus dibesar-besarkan, Mayang, biarlah Iwan pinjam bajuku, toh aku juga biasa pinjam bajunya,” Mas Didik pun turut membela Iwan.

Aku hanya diam saja malas menanggapi. Dadaku rasanya sakit sekali. Nyeri. Mengingat kata-kata Ibu yang terus menyebut menumpang itu terngiang di telingaku berulang kali.

Bab terkait

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 6

    Pagi Pukul 6.30, aku baru selesai mengangkat air untuk memandikan Arthur lalu menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya setelah mandi di tempat tidur. Arthur masih tertidur pulas. Iwan kembali masuk ke dalam kamar kami. Mas Didik sudah duduk di tepi ranjang. Aku dan Mas Didik memperhatikan Iwan memasukkan baju yang dipinjamnya kemarin ke dalam lemari. Dengan tanpa bicara sepatah katapun, dia berlalu dari hadapan kami. Aku mengambil baju yang menggumpal yang ditaruhnya ke dalam lemari. Astagfirullah. Baju yang dipinjamnya kemarin dalam keadaan kotor dan dia dengan santainya memasukkannya kembali ke dalam lemari. Terbuat dari apa otak manusia satu itu.“Baju kotornya biar Mas nanti yang cuci sekalian baju-baju Arthur ya.” Kata suamiku mengambil baju tadi di tanganku. Di rumah ibu mertuaku memang tidak punya mesin cuci jadi semua pakaian dicuci secara manual.“Benar-benar bikin stres kalau lama-lama tinggal di sini, Sabar… sabar Mayang, ingat kamu masih numpang dan harus lebih banyak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 7

    “Ibu bangun tidur, cucian sudah dalam keadaan seperti itu, mau membela istri tercintamu itu, kalian itu sama saja pemalas, bisanya mikirkan makan aja sedangkan kerjaan terbengkalai nggak diurus dengan baik. Baru juga urusan rumah sudah tidak bisa diatur apalagi mau mikir terima pesanan, yakin itu bisa?” Kata Ibu dengan berkacak pinggang. Aku tak mempedulikannya.Selesai memungut pakaian, aku langsung menghampirinya. Dan meletakkan begitu saja pakaian kotor di kursi teras. Ia langsung melotot. Aku cuek berlalu dari hadapannya lalu masuk ke dalam kamar. Mas Didik menyusul ku.Tak lama kudengar suara pedagang sayur keliling mampir di depan rumah, ibu-ibu tetangga mulai berdatangan. Samar-samar kudengar Ibu membicarakanku. Aku langsung mengintip dari jendela kaca nako di ruang tamu yang berbatasan langsung dengan teras rumah. “Saya ini sudah terlalu sabar menghadapi istri si Didik, terlalu pemalas dan joroknya minta ampun. Coba lihat tuh, Bu … masa pakaian seperti itu dianggap bersih, je

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 8

    Kedatangan ku bersama suami dan anakku disambut kedua adikku, Farida dan Emi. Mereka dengan antusias membantu kami pindah ke tempat tinggal yang baru. Rumah Eni memang tak sebesar rumah mertuaku. Rumah dengan dua kamar dan dindingnya masih belum diplester, masih kelihatan susunan batu batanya. Lantainya juga masih semen dan belum berkeramik. Aku suka karena rumahnya persis di depan sekolahan. Dengan pelataran yang cukup luas, membuat ku berpikir akan berjualan makanan untuk anak-anak sekolah.“Tempatnya strategis kalau kakak mau berjualan, persis depan SD lagi, menurut kakak bagaimana tempatnya bagus tidak?” Aku hanya bisa manggut-manggut saja. Aku benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan tempat sebagus ini dan gratis pula.“Kakak besok mau kerjakan orderan untuk jumat berkah sama orderan snack rabu depan, Jadi Kakak fokus dulu kerjakan orderan setelah itu baru pikirkan mau jualan apa di depan nanti,”“Aku masih libur jualan, Kak. Bisalah aku bantu-bantu kakak siapkan kotakann

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 9

    “Untunglah, Mas. Akhirnya kamu bisa bekerja kembali, semoga saja apa yang kita kerjakan menjadi berkah dan pahala ya, Mas.” Kataku sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan di hari pertamanya kembali bekerja.“Ya, Dek. Oya kamu nggak apa-apa kan, seandainya sewaktu-waktu Mas ditugaskan ke luar daerah karena perusahaan ini ada cabangnya di beberapa daerah.” Meski berat, Aku pun mengangguk. Toh, ini demi kebaikan kami bersama.“Nggak apa-apa kok, Mas. Ada Farida dan Emi yang bisa menemani aku dan Arthur saat kamu ada tugas ke luar daerah, yang terpenting kamu kerjanya baik-baik aja, Mas. Ingat aja Mas cari kerja itu sulit, kita sudah sangat bersyukur akhirnya kamu mendapat pekerjaan,” pintaku, dia mengangguk.“Ya, Dek. Insha Allah bila pekerjaan lancar, aku berniat kita pelan-pelan membangun rumah dan buat tabungan masa depan Arthur.” Aku mengaminkan perkataannya.“Aku udah buatkan sarapan, sebaiknya kita sarapan dulu sebelum kamu berangkat bekerja, Mas.” Bersyukur selama berjualan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 10

    “Dia ngomong begitu ada siapa aja, Mbak,” “Hampir semua ibu-ibu tadi ngumpul karena lagi beli sayur sama Pakle dan bicaranya itu meyakinkan, makanya aku ke sini langsung tanyain kamu, supaya jelas infonya itu gimana,” Meski baru dua minggu aku tinggal di kawasan ini tapi aku paham dengan Kiki, tetanggaku bak Wartawan ini selalu mau tahu apa saja berita terupdate seputar lingkungan kami.Hampir semua ibu-ibu di lingkungan kami ini selalu menghabiskan waktu untuk berkumpul sedangkan aku lebih memilih mengurus urusan rumah, mengurus Arthur, suami dan jualanku saja. “Kalau memang aku mencuri, kenapa dia nggak melaporkan sekalian aku ke Kantor Polisi, Mbak. Begitu juga dengan caraku jualan apa memang aku jorok, kamu bisa langsung ke dapurku supaya kamu bisa dapat kepastian informasi terbaru, gosip receh kayak gini paling malas aku menanggapi … Tapi kalau terus-terusan aku digosip yang nggak benar nanti aku tuntut balik dengan pencemaran nama baik.” Kesal Ku sudah di ubun-ubun. Kiki terl

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 11

    Sepuluh menit berbicara dengan bapak, endingnya membuat aku membatalkan melabrak ibu. Dan memilih tetap fokus berjualan untuk besok pagi. Kami merubah rencana berjualan secara online dan Farida siap mengantarkan pesanan ke pembeli.Berjualan online memang tak semudah yang kami bayangkan, kami harus benar-benar pintar berpromosi mencari pembeli, menampilkan gambar yang bagus juga sangat penting. Hari ini kami memposting olahan sosis dan gorengan lainnya hampir lima jam, hanya satu orang yang membeli. Kami tetap fokus menunggu calon pembeli. “Assalamualaikum.” Aku sontak menoleh. Melihat Ibu Trisno bersama dua orang temannya yang tak kukenal.“Waalaikum salam.” “Oya Mayang, ini teman-teman Ibu yang mau pesan catering sama kamu, mereka berdua ini sudah merasakan rasa masakan kamu, rendang daging sama soto banjar itu bikin kangen kata mereka.” Aku tersenyum mendengarnya.Makanan sedekah jumat yang kubuat untuk pesanan Ibu Trisno setiap minggunya selalu berubah-ubah menunya yang kuolah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 12

    “Kamu sudah siap, Dek?” tanya Mas Didik saat melihatku menata rambut di depan cermin. Setelahnya aku berdandan, sejak hasil jualanku meningkat secara perlahan aku mulai membeli pakaian tidak hanya untuk suami, Arthur dan juga diriku tapi juga membeli kosmetik akhirnya terwujudkan.Semalam suamiku gajian, dengan gajinya nyaris tiga juta per bulan benar-benar sangat kusyukuri. Selama kami pindah rumah, kami benar-benar mendapatkan berkah yang luar biasa. Arthur yang berusia hampir lima bulan juga sudah kubelikan gendongan yang dijual pada pedagang online, tidak lagi menggunakan kain jarik.Alhamdulillah saat akan ke rumah ibu mertuaku, keadaan kami jauh lebih baik ketimbang kami pertama kali meninggalkan rumahnya waktu itu. Sesuai permintaan Mas Didik, di hari minggu kami ke rumah ibu. Lagi pula aku tak berjualan dan Mas Didik juga libur bekerja. Aku juga meminjam sepeda motor adikku, Farida untuk dipakai mengunjungi keluarga suamiku itu. Sebelum sampai di rumah ibunya, kami menyemp

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 13

    “Ya Allah, Bu. Teganya juga Ibu sampai ngomong begitu. Mereka itu ke sini karena mau silaturahmi sama kita. Lagian ngapain juga mau pinjam uang sama Bapak. Lha wong si Mayang aja usaha jualannya lancar terus Didik juga udah kerja, jadi mereka nggak bakal kekurangan uang sampai-sampai mau pinjam uang.” Terang Bapak Mertuaku dengan sedikit kesal melihat kebiasaan istrinya yang suka ceplas ceplos. Ibu mencebikkan bibirnya. “OOO jadi kamu sudah kerja, Dik. Syukurlah. Berarti cara Ibu menyuruh kamu untuk mandiri itu sudah tepat, coba saja kalau kamu masih ikut menumpang terus di sini, mana ada pikiranmu mau berusaha cari uang sendiri.” Sahut Ibu dengan sedikit jumawa.Ya Allah, sejak kapan ibu mertuaku ini menyuruh kami hidup mandiri, justru kamilah yang dengan terpaksa turun dari rumah karena sudah tidak tahan dengan beda perlakuannya tersebut. Seakan-akan ibu mau menunjukkan bahwa siapa saja yang punya uang di rumah ini maka dia sajalah yang mendapat perhatiannya, kita lihat saja b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11

Bab terbaru

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 95

    Part 95 Pov Mayang“Kasihan Farah, Mbak Mayang. Setelah Mamanya meninggal malah Ia ikut menyusul meninggal bunuh diri dengan memotong nadi tangannya karena tak tahan menerima hinaan dari anak-anak sekitar rumahnya kalau wajahnya rusak akibat terkena luka bakar waktu masih di rumah Ibu Sutinah, setelah itu dia diceraikan sama suaminya. Katanya Farah ketahuan menggadaikan rumah Ibu Sutinah dan sekarang Ibu Sutinah bersama Didik dan Pur katanya mengontrak rumah kecil di pinggiran kota, lengkap sudah penderitaan keluarga Ibu Sutinah akibat menantunya itu. Syukur saja Iwan sama Shinta tidak bernasib sama.” Bu Trisno menyampaikan kabar duka itu saat ia bertandang ke rumah untuk membicarakan persiapan pernikahan Syawal dan Emi yang akan digelar dua hari lagi.Mungkin ini terdengar gila tapi Allah SWT sudah mengatur semuanya, aku yang dulunya dizolimi oleh orang-orang yang pernah hadir dalam hidupku, satu persatu seakan mendapatkan karma atas apa yang sudah mereka lakukan. Farah yang begit

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 94

    Part 94 “Kalau tidak, berarti kalian harus mengosongkan rumah ini, karena Ibu Farah sudah menggadaikan rumah ini dengan memberikan sertifikat rumah pada bos kami. Dia juga sudah menerima uang dua ratus juta tiga bulan yang lalu.” Mataku melotot mendengarnya, masalah apalagi yang dilakukan oleh Farah kali ini. “Ya Allah, bagaimana sudah ini, Dik, Pur. Farah memang betul-betul keterlaluan menjadi menantu bisanya hanya menyusahkan saja. Huhuhuuu.” Ibu menangis sesenggukan begitu tahu rumah yang kami tempati sekarang sudah sepenuhnya dikuasai oleh rentenir.“Apa kalian punya bukti kalau Farah memang yang menggadaikan rumah ini pada bos kalian?” Dua orang penagih utang tersebut malah tertawa. Setelahnya salah satu memperlihatkan foto copy sertifikat dan tanda bukti tanda tangan Farah di sana menyetujui syarat-syarat pinjaman uang dengan jaminan sertifikat rumah.Aku, Pur juga Ibu sudah tidak bisa berbuat banyak. Kami benar-benar dipecundangi oleh Farah. Apalagi Purwanto, ia merasa ikut

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 93

    Part 93“Terus, bagaimana dengan Mas Didik? Apa Mbak memaafkannya juga?” Deggg. Nama itu lagi, rasanya seharian ini sudah beberapa kali teringat akan dirinya. Orang yang sudah mengisi hidupku dalam beberapa tahun ini, kalau ditanya apakah aku mencintainya? Ya aku sangat mencintainya, hanya begitu banyak luka yang ia torehkan ke padaku sehingga aku memilih sebisa mungkin pergi jauh dari kehidupannya, meski saat mediasi pada proses perceraian kami, ia kekeh tidak mau berpisah. Aku memutuskan menjauh agar dapat menjaga kewarasan hatiku. “Lho, Mbak malah melamun.” Aku tersenyum malu ketika Iwan memergoki aku sedang melamun karena pertanyaannya.“Aku juga sudah memaafkan Mas mu, bahkan Ibumu. Bagiku yang lalu biarlah menjadi pengalaman berharga saja. Oya kalian tadi ke sini aku pikir mau pesan sesuatu. Mau bolu atau malah rendang daging saja.” Ujarku cepat mengalihkan topik pembicaraan.Malas membahas hal yang lampau.“Oya hampir lupa, Shinta maunya Mbak Mayang buatkan nasi dengan daging

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 92

    Part 92 Pov Mayang Pagi sekali aku dan kedua adikku sudah mulai bersiap membuka toko, kegiatan kami setiap harinya seperti ini. Tiba-tiba saja mobil Syawal berhenti di halaman dan Emi yang semula ada di depan menggendong Arthur melihat pemandangan segera masuk. Aku tahu jika Emi masih menghindar berbicara dengan calon suaminya tersebut. Persoalan perempuan yang mengaku sebagai kekasih Syawal membuat hubungan adikku dengan Syawal seketika renggang. Emi sudah membatalkan pernikahan, hanya saja aku senang dengan kegigihan Syawal ingin meraih hati adikku kembali, kadang aku membayangkan jika saja Mas Didik berlaku begitu padaku, mungkin saja kami masih bersama sampai saat ini. Tapi, ya sudahlah semua hanya tinggal kenangan sekarang. Bahkan aku tinggal menunggu ketuk palu saja.“Kak, aku cuma mau bilang kalau perempuan yang mengaku kekasihku itu ditangkap semalam bersama orang yang menyuruhnya, sebetulnya semalam dia ditangkap karena petugas kepolisian sedang menggerebek tempat perjudia

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 91

    Part 91Kulihat handphone di tangan Purwanto, segera kuambil dengan cepat dan membuka layar lalu mencari kamera dan menghadapkan posisi kamera ke arah depan, persis ke wajahku. Begitu aku melihat penampakan wajahku, handphone Purwanto sampai terjatuh dari tanganku. Apa aku tak salah lihat?Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku. Wajahku sudah seperti monster yang menyeramkan. Bagaimana bisa Purwanto tak terkejut melihatku? Apa dia menahan tawa agar tak membuatku malu, bentuk mata yang kurasakan perih kelopaknya berkeriput sehingga bola mataku terlihat mau ke luar dari tempatnya. Selain itu wajahku menghitam dan mengerut di beberapa tempat, selain itu bentuk mulutku terasa miring dan tidak berada di tempat seharusnya. Aku berusaha mengingat dan mencerna apa yang sudah terjadi padaku, kenapa gara-gara api yang membakar rambut juga membuat kobaran api di wajahku membuat wajahku sulit dikenali lagi. Tamat riwayatku.Habis semua sudah kecantikan yang dulunya aku banggakan, aku melihat kembali

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 90

    Part 90 “Pernikahan siapa yang kamu maksud gagal?” aku sontak menoleh kaget. Purwanto persis di belakangku. Aku harus mencari jawaban segera atas pertanyaannya.“Tadi … itu si Mayang ke sini dan marah-marahin Ibu, katanya dia tak terima kalau sampai pernikahan Emi dengan Syawal sampai gagal, dia menuduh Ibu yang menggagalkan pernikahan adiknya itu. Kalau mau tahu pastinya tanya Ibu deh sana.” Purwanto masih diam di tempatnya terus menatapku penuh kecurigaan, bahkan ia kini memicingkan matanya.Purwanto langsung mengambil handphone dari tanganku dengan cepat, kemudian membaca layar di gawaiku. Di sana kutulis nama Syahrini, aku sengaja menulisnya dengan nama perempuan supaya suamiku bahkan orang di rumah ini tidak ada satupun yang curiga. Benar saja, setelahnya Purwanto mengembalikan handphone ke tanganku.“Ya sudah… aku pikir tadi apa, lagian berita tentang si Mayang itu nggak penting sama sekali.” Sebutnya, aku bisa bernapas lega begitu melihatnya menanggapi dengan santai apa yang k

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 89

    Part 89Aku menghampiri Emi, adik bungsuku yang terlihat menelungkupkan wajahnya di lengannya, tubuhnya nampak terguncang. Kelihatannya ia sedang menangis. Kubelai rambutnya yang terurai panjang itu, ia belum mau mendongakkan kepalanya.“Mi, Syawal tadi sudah menceritakan semuanya. Apa kamu nggak mau memikirkan ulang apa yang terjadi?” kataku dengan hati-hati. Emi memperbaiki posisinya, tebakanku benar. Ia tengah menangis. “Apalagi yang harus dipikirkan, Kak. Jelas-jelas perempuan itu punya bukti kalau dia memang ada hubungannya dengan Kak Syawal, terus apalagi yang mau dipikirkan dan dia kok masih saja mau mengelak, dasar memang laki-laki selalu begitu. Gayanya aja mau menikah, tapi ujung-ujungnya sudah punya anak dari perempuan lain. Beruntung saja semua ini aku dapati sebelum menikah jadi bisa kuputuskan kalau rencana kami sebaiknya dibatalkan saja.” Terdengar tegas hanya aku tahu Emi masih berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi saja.“Tetap harus kamu pikirkan dengan tenang, de

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 88

    Part 88 Pov Mayang Dua minggu kemudian Aku bersyukur harapanku dengan kedua adikku akhirnya terwujud. Toko kue sekaligus tempat tinggal kami dengan mudahnya diberikan oleh bank melalui pinjaman yang kami ajukan. Ruko yang kami beli berada di pusat kota, meski harganya fantastis, minimal dengan usaha yang lancar maka kami yakin akan bisa membayarnya. Tentu dengan kerja keras. Hari ini merupakan hari kedua kami membuka toko, awal pembukaan toko kemarin sudah ramai dengan pengunjung, sebab dengan kepandaian dan gerak gesit Farida di media sosial membuat pelanggan berdatangan. “Ya Allah, luar biasa sekali ya, Kak. Aku yakin kalau begini terus ramenya pasti kita akan bisa dengan mudah mencicil membayar pada bank, apalagi toko ini sekalian tempat tinggal kita sehingga memudahkan kita tetap stand by di toko.” Farida menyapaku pagi ini. Aku mengangguk setuju. Sejak dibukanya toko kue, kami menambah satu orang lagi bernama Marlena untuk menjaga toko bersama Farida, sedangkan Kiki dan aku

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 87

    Part 87Pov Farah Sudah lama sekali aku tidak makan mie ayam yang dijual tak jauh dari rumah, di rumah hanya ada Purwanto dan Sekar, sedangkan Ibu entah ke mana. Mas Didik seperti biasa pergi bekerja.“Pur, kita makan mie ayam yuk.” Ajakku ke padanya. Purwanto yang tengah asik bermain game online sama sekali tak menoleh dan mempedulikanku. Itulah yang membuatku semakin hari semakin bosan padanya. Tak pernah ada niatan di hatinya untuk bergerak mencari pekerjaan dan lebih banyak menggantungkan hidup padaku atau pada Mas Didik.Selama Purwanto tidak bekerja, setiap bulan aku selalu minta jatah pada Mamaku, beruntung Mama tidak keberatan memberikan uang memenuhi kebutuhanku dan Sekar, Punya suami percuma saja, tidak berguna sama sekali.“Ya sudah kamu jaga Sekar, aku mau makan mie ayam di depan sana.” Tetap saja ia tak menoleh dan tak menyahut. Dasar, benar-benar laki-laki tidak ada gunanya. Mataku memperhatikannya selama semenit, tapi aku seperti berbicara dengan patung. Lalu kuputusk

DMCA.com Protection Status