Miranda tengah termenung sendirian di rumahnya, sementara kedua orangtuanya tengah bermain bersama kedua anaknya yang masih balita di teras. Dirinya merasa geram dengan semua yang terjadi, karena dalam pikirannya ia bisa menikah dengan Rudi setelah bisa lepas dari Ferdi. Namun, kenyataannya ia malah ditolak dan dipermalukan oleh ibunya Rudi. Tiba-tiba ponselnya bergetar, lalu dilihatnya sebuah pesan dari anak buahnya.[Bos, kami masih belum mendapatkan kesempatan untuk mencelakai wanita itu, karena dia tidak pergi kemana-mana. Sementara para warga terus bergantian menjaga rumahnya.][Ya kalian mikir dong, gimana caranya, gak usah banyak alasan atau saya cari orang lain!] balas Miranda.[Baik, Bos, kami akan segera melaksanakan tugas dari Bos.]Sementara itu Anisa tampak bingung karena di depan rumahnya selalu ada orang yang lalu lalang, terkadang para ibu-ibu mengobrol di sebuah bangku di bawah pohon mangga depan rumah Anisa. Lalu malamnya para bapak-bapak bermain kartu di sana. Merek
Ferdi segera dilarikan ke rumah sakit terdekat dan langsung mendapatkan penanganan dokter."Anisa, biar ibu pulang bersama Bintang, soalnya bayi gak boleh dibawa ke rumah sakit, kamu disini saja tunggu Ferdi," ujar Bu Aminah.Anisa mengangguk, lalu setelah itu Bu Aminah bergegas pulang, sementara Anisa langsung menelpon Bu Elina."Hallo, Tante.." Tubuh Anisa gemetar saat menelpon Bu Elina, ia tak kuasa menceritakan semua yang terjadi, sementara air matanya terus berjatuhan."Iya, Nisa. Tumben telpon.""Tante sekarang juga ke rumah sakit medika, sesuatu yang buruk terjadi pada Ferdi."Tanpa bicara lagi, Bu Elina langsung mematikan teleponnya lalu meluncur pergi."Apakah Anda keluarga korban?" tanya dokter."Saya temannya, tapi orangtuanya akan segera kesini.""Korban mengalami luka yang cukup parah dan sekarang sedang membutuhkan transfusi darah.""Golongan darahnya apa, Dok?""AB.""Kebetulan golongan darah saya sama, ambil saja darah saya, Dok."Setelah itu Anisa dibawa oleh suster u
"Anisa, aku ingin bertanya padamu sekali lagi, benarkah kamu masih mencintaiku?" tanya Ferdi.Anisa hanya diam, lalu tiba-tiba ia tersenyum saat melihat wajah Ferdi yang penuh harap."Iya," jawabnya sembari memgangguk."Iya apa?""Iya, aku masih mencintaimu.""Tapi semua ini bukan karena kamu merasa berhutang budi padaku, kan?""Enggak, Fer, aku memang masih mencintaimu. Perasaan ini tak pernah berubah sejak dulu.""Anisa, aku senang banget saat mendengarnya."Keduanya saling bertatapan, sorot mata mereka menyiratkan bahwa keduanya masih memiliki perasaan yang sama."Ayo Fer, cepat sembuh, kita harus segera melamar Anisa," ucap Bu Elina dan Pak Ringgo."Mami dan Papi setuju kan jika aku melamar Anisa?" "Tentu saja kami setuju, asalkan Anisa mau sama kamu.""Bagaimana, Nis?" Ferdi kembali menatapnya penuh harap."Sebaiknya sekarang kamu pulihkan dulu keadaan kamu. Kita jangan dulu bahas ini," ucap Anisa."Aku benar-benar ingin mendengarnya sekarang, Nis.""Sejujurnya aku masih sangat
Rudi bergegas ke taman, ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Beribu sesal tengah berputar-putar dalam kepalanya. Namun, semuanya tak bisa lagi diubah, dirinya tak bisa lagi memperjuangkan Anisa karena jika itu dilakukannya ia harus berurusan dengan polisi atas video panasnya bersama Miranda."Hai Rud." Tiba-tiba Miranda muncul hingga membuat Rudi terhenyak."Ngapain kamu kesini?" tanya Rudi dengan wajah masam."Aku sering mendatangi taman ini untuk menyendiri jika aku sedang galau.""Semuanya kacau gara-gara kamu.""Asal kamu tahu, Rud, demi kamu aku rela kehilangan semua harta Ferdi, itu aku lakukan karena aku sangat mencintaimu."Mendengar itu Rudi langsung menatap wajah Miranda yang cantik. Paras menawan dengan tubuh jenjang berisi itu membuatnya kembali terpesona."Kamu beneran mencintaiku? Meskipun aku tidak sekaya Ferdi?""Iya, Rud, aku sangat mencintaimu. Karena kamu lemah lembut dan romantis, sangat berbeda dengan Ferdi."Rudi langsung memeluk tubuh ramping Miranda, la
"Mami kenapa, mana Alisya dan Seina?" tanya Ferdi."Mami nyesel dulu pernah menjodohkan kamu dengan Miranda, dia benar-benar wanita yang sangat menjijikkan.""Maksud Mami apa?" tanya Ferdi."Ternyata Miranda dan satpam di rumah kamu memiliki hubungan gelap, bahkan satpam itu mengatakan bahwa Alisya dan Seina adalah anaknya."Ferdi tampak terhenyak mendengar ucapan maminya, ia benar-benar tak menyangka jika satpam yang sangat loyal padanya itu diam-diam mengkhianatinya di belakang."Sudahlah, Fer, lagipula sekarang kamu sudah bercerai dengannya, mami semakin yakin bahwa Anisa adalah wanita terbaik untuk kamu.""Assalamualaikum." Obrolan mereka terhenti saat Anisa datang."Silahkan masuk Sayang." Bu Elina menyambut hangat calon menantunya itu."Kamu bawa apa itu?" tanya Ferdi saat melihat rantang yang dibawa Anisa."Aku bawakan pepes ayam, kamu suka gak?"Ferdi terdiam, selama hidupnya ia belum pernah mencoba makanan itu, meski nama masakan tersebut sering ia dengar."Ya ampun Anisa ken
Rudi dan Miranda tengah merajut kasih di taman, keduanya tampak saling bergelayut mesra seakan dunia milik mereka berdua."Sayang, jadi kapan kamu nikahin aku?" tanya Miranda."Sebenarnya bisa saja dalam waktu dekat ini, tapi aku gak punya banyak biaya. Kita nikah secara sederhana aja ya." Rudi menyahut."Gimana sih kamu, Rud. Masa wanita secantik aku harus menikah secara sederhana?" Miranda tampak merajuk."Jadi, kalian mau menikah?" tanya Jatmiko yang tiba-tiba muncul hingga membuat keduanya terhenyak."Heh satpam gila! Ngapain kamu tiba-tiba nyamber aja kayak petasan!" ucap Miranda lalu bangkit dari tempat duduknya."Hidup saya sudah hancur, saya kehilangan semuanya, Non Miranda harus tanggung jawab.""Heh! Maksud lu apa sih? Lu siapa?" tanya Rudi yang tampak kebingungan."Dia satpamnya Ferdi, dia itu terobsesi sama aku, mungkin niatnya mau pansos!""Asal lu tahu, gue dan Miranda udah sering tidur bareng, bahkan kedua anaknya adalah anak gue." Jatmiko akhirnya membongkar skandar di
[Guys, gue lagi gabut, nih, ngumpul di kafe, yuk!] Miranda mengirim pesan di WAG teman-teman arisannya.[Boleh, tapi seperti biasa, lo yang traktir ya.] Seseorang bernama Helen membalas.[Sorry guys, sekarang gue lagi gak ada duit.][Gue denger dari pembokat gue katanya lo dicerein sama Ferdi gara-gara selingkuh ya?] balas Caroline.[Wah masa?] Helen membalas dengan emoticon penuh tanya.[Iya, ih, si Miranda itu parah, gue tadi lihat tiktok pembokatnya, dia lagi curhat sambil nangis gitu katanya suaminya selingkuh sama si Miranda.] Seseorang bernama Seira menyahuti obrolan teman-temannya.[Najong tralala deh, masa suami pembokat juga sampe diembat.][Kalian kenapa tega banget sama gue, kalian ngomongin gue padahal gue masih ada disini.] Miranda membalas.[Sorry mulai sekarang lo bukan lagi circle kami.]Setelah itu Miranda tak bisa lagi membalas komentar karena ia telah dikeluarkan dari grup tersebut. "Aaaaaaaaaaaaaak!" teriaknya sembari menangis meraung-raung."Berisik!" bentak ibun
"Nasi uduk! Lauk matang, gorengaaaaaan!" teriak seorang wanita berkulit sawo matang berhidung mancung berparas manis.Mendengar teriakan khas Netti, Rudi langsung bergegas keluar dari kamarnya."Netti!" teriak Rudi.Wanita bertubuh jenjang itu menoleh lalu bergegas membawa keranjang dagangannya."Bang, beliin aku nasi uduk dan ayam goreng serundeng!" teriak Retha dari kamarnya saat melihat Rudi memanggil Netti."Aku juga, samain!" Risa menyahut."Hai Nett!" sapa Rudi."Iya, hai juga, Mas.""Kamu sekarang jualannya keliling, kok gak mangkal lagi di samping pabrik?""Gerobak aku hilang, lagipula aku udah gak bisa memperpanjang sewa lapak pada Bang Laseng.""Ya ampun, itu gerobaknya kok bisa hilang.""Iya, hilang dari kontrakanku." Netti tampak meneteskan air mata saat mengingat semua kepedihan yang terjadi hingga membuat Rudi meraih pipinya lalu mengusap air matanya."Jangan modus! Mau beli nasi uduknya gak, nih?" Tiba-tiba Netti bangkit dan menghempaskan tangan Rudi."Galak amat, bukan