Rudi bergegas ke taman, ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Beribu sesal tengah berputar-putar dalam kepalanya. Namun, semuanya tak bisa lagi diubah, dirinya tak bisa lagi memperjuangkan Anisa karena jika itu dilakukannya ia harus berurusan dengan polisi atas video panasnya bersama Miranda."Hai Rud." Tiba-tiba Miranda muncul hingga membuat Rudi terhenyak."Ngapain kamu kesini?" tanya Rudi dengan wajah masam."Aku sering mendatangi taman ini untuk menyendiri jika aku sedang galau.""Semuanya kacau gara-gara kamu.""Asal kamu tahu, Rud, demi kamu aku rela kehilangan semua harta Ferdi, itu aku lakukan karena aku sangat mencintaimu."Mendengar itu Rudi langsung menatap wajah Miranda yang cantik. Paras menawan dengan tubuh jenjang berisi itu membuatnya kembali terpesona."Kamu beneran mencintaiku? Meskipun aku tidak sekaya Ferdi?""Iya, Rud, aku sangat mencintaimu. Karena kamu lemah lembut dan romantis, sangat berbeda dengan Ferdi."Rudi langsung memeluk tubuh ramping Miranda, la
"Mami kenapa, mana Alisya dan Seina?" tanya Ferdi."Mami nyesel dulu pernah menjodohkan kamu dengan Miranda, dia benar-benar wanita yang sangat menjijikkan.""Maksud Mami apa?" tanya Ferdi."Ternyata Miranda dan satpam di rumah kamu memiliki hubungan gelap, bahkan satpam itu mengatakan bahwa Alisya dan Seina adalah anaknya."Ferdi tampak terhenyak mendengar ucapan maminya, ia benar-benar tak menyangka jika satpam yang sangat loyal padanya itu diam-diam mengkhianatinya di belakang."Sudahlah, Fer, lagipula sekarang kamu sudah bercerai dengannya, mami semakin yakin bahwa Anisa adalah wanita terbaik untuk kamu.""Assalamualaikum." Obrolan mereka terhenti saat Anisa datang."Silahkan masuk Sayang." Bu Elina menyambut hangat calon menantunya itu."Kamu bawa apa itu?" tanya Ferdi saat melihat rantang yang dibawa Anisa."Aku bawakan pepes ayam, kamu suka gak?"Ferdi terdiam, selama hidupnya ia belum pernah mencoba makanan itu, meski nama masakan tersebut sering ia dengar."Ya ampun Anisa ken
Rudi dan Miranda tengah merajut kasih di taman, keduanya tampak saling bergelayut mesra seakan dunia milik mereka berdua."Sayang, jadi kapan kamu nikahin aku?" tanya Miranda."Sebenarnya bisa saja dalam waktu dekat ini, tapi aku gak punya banyak biaya. Kita nikah secara sederhana aja ya." Rudi menyahut."Gimana sih kamu, Rud. Masa wanita secantik aku harus menikah secara sederhana?" Miranda tampak merajuk."Jadi, kalian mau menikah?" tanya Jatmiko yang tiba-tiba muncul hingga membuat keduanya terhenyak."Heh satpam gila! Ngapain kamu tiba-tiba nyamber aja kayak petasan!" ucap Miranda lalu bangkit dari tempat duduknya."Hidup saya sudah hancur, saya kehilangan semuanya, Non Miranda harus tanggung jawab.""Heh! Maksud lu apa sih? Lu siapa?" tanya Rudi yang tampak kebingungan."Dia satpamnya Ferdi, dia itu terobsesi sama aku, mungkin niatnya mau pansos!""Asal lu tahu, gue dan Miranda udah sering tidur bareng, bahkan kedua anaknya adalah anak gue." Jatmiko akhirnya membongkar skandar di
[Guys, gue lagi gabut, nih, ngumpul di kafe, yuk!] Miranda mengirim pesan di WAG teman-teman arisannya.[Boleh, tapi seperti biasa, lo yang traktir ya.] Seseorang bernama Helen membalas.[Sorry guys, sekarang gue lagi gak ada duit.][Gue denger dari pembokat gue katanya lo dicerein sama Ferdi gara-gara selingkuh ya?] balas Caroline.[Wah masa?] Helen membalas dengan emoticon penuh tanya.[Iya, ih, si Miranda itu parah, gue tadi lihat tiktok pembokatnya, dia lagi curhat sambil nangis gitu katanya suaminya selingkuh sama si Miranda.] Seseorang bernama Seira menyahuti obrolan teman-temannya.[Najong tralala deh, masa suami pembokat juga sampe diembat.][Kalian kenapa tega banget sama gue, kalian ngomongin gue padahal gue masih ada disini.] Miranda membalas.[Sorry mulai sekarang lo bukan lagi circle kami.]Setelah itu Miranda tak bisa lagi membalas komentar karena ia telah dikeluarkan dari grup tersebut. "Aaaaaaaaaaaaaak!" teriaknya sembari menangis meraung-raung."Berisik!" bentak ibun
"Nasi uduk! Lauk matang, gorengaaaaaan!" teriak seorang wanita berkulit sawo matang berhidung mancung berparas manis.Mendengar teriakan khas Netti, Rudi langsung bergegas keluar dari kamarnya."Netti!" teriak Rudi.Wanita bertubuh jenjang itu menoleh lalu bergegas membawa keranjang dagangannya."Bang, beliin aku nasi uduk dan ayam goreng serundeng!" teriak Retha dari kamarnya saat melihat Rudi memanggil Netti."Aku juga, samain!" Risa menyahut."Hai Nett!" sapa Rudi."Iya, hai juga, Mas.""Kamu sekarang jualannya keliling, kok gak mangkal lagi di samping pabrik?""Gerobak aku hilang, lagipula aku udah gak bisa memperpanjang sewa lapak pada Bang Laseng.""Ya ampun, itu gerobaknya kok bisa hilang.""Iya, hilang dari kontrakanku." Netti tampak meneteskan air mata saat mengingat semua kepedihan yang terjadi hingga membuat Rudi meraih pipinya lalu mengusap air matanya."Jangan modus! Mau beli nasi uduknya gak, nih?" Tiba-tiba Netti bangkit dan menghempaskan tangan Rudi."Galak amat, bukan
"Sayang, Bintang sudah tidur?" tanya Ferdi saat Anisa menyusui bayinya yang berusia 6 bulan."Belum, sabar, ya." Anisa tersenyum sembari melirik suaminya yang sejak tadi terus meremas jemarinya.Beberapa saat kemudian Bintang berhenti menyusu, tapi matanya tak juga terpejam, ia malah menatap Ferdi lalu sesekali tersenyum."Sini, Bintang Ferdinan, biar papa gendong," ujarnya sembari memangku bayi menggemaskan itu."Main ganti nama sembarangan." Anisa mencebik lalu tertawa."Ganti aja namanya jadi Bintang Ferdinand, gak usah Bintang Prayoga, soalnya sekarang dia anakku," ucap Ferdi sembari menimangnya dengan lembut sehingga Bintang seketika memejamkan matanya."Tidur loh dia, Mas, apa Mas terbiasa menimang bayi? Soalnya dia tampak sangat nyaman berada di pangkuan Mas?" tanya Anisa lirih."Ini yang pertama kalinya." Ferdi menyahut dengan lirih lalu menidurkan Bintang yang telah terlelap ke tempat tidur bayi yang terletak tidak jauh di tempat tidur mereka. Setelah itu keduanya duduk di te
Anisa tampak bercucuran air mata, ia sangat kecewa karena ternyata suaminya memiliki kelainan. Ia juga khawatir memiliki nasib seperti Miranda yang menjadi budak nafsu Ferdi. Gegas ia masukan pakaiannya ke dalam koper, ia berniat untuk kabur dari rumah itu."Non Anisa!" Sri mengetuk pintu.Anisa segera membuka pintu kamarnya sembari mengusap air mata."Non mau kemana?""Saya mau pergi dari rumah ini.""Sebenarnya saya takut nanti Den Ferdi akan marah jika Non Anisa pergi, tapi saya juga merasa kasihan kalau wanita sebaik Non Anisa mengalami nasib seperti Non Miranda.""Separah apa penyiksaan yang dilakukan Ferdi pada Miranda?""Tapi Non Anisa janji ya jangan bawa-bawa saya.""Oke, saya janji.""Non Miranda wajah dan badannya sampai dupenuhi lebam, ya namanya juga dicambuk dan disundut rokok, saya sering disuruh mengompres lukanya makanya saya tahu semuanya.""Disundut rokok?" Anisa bergidik ngeri saat membayangkannya."Iya, sebenernya saya benci sama Non Miranda karena sudah merebut M
Bab 34Berkat bantuan Sri, Jatmiko dan komplotannya juga Miranda menyelinap masuk ke rumah itu dengan mengenakan penutup wajah, karena mereka tahu banyak CCTV disana.Setibanya di sebuah kamar, ia langsung membekap mulut Anisa dan Ferdi dengan obat bius lalu meringkusnya setelah itu membawa keduanya ke ruang tengah."Bangun!" bentak Miranda sembari menyiramkan air ke wajah Ferdi dan Anisa hingga keduanya kembali ke alam sadar.Ferdi langsung terhenyak saat melihat Miranda yang tengah memegangi cambuk bersama Jatmiko juga dua lelaki bertubuh tinggi besar."Apa yang kalian inginkan?" tanya Ferdi dengan wajah geram.Sementara Anisa tampak tercengang saat melihat Sri berada diantara mereka."Ayo kita melakukan permainan yang biasa kita mainkan," ujar Miranda sembari menghantamkan cambuk ke tubuh Ferdi yang telanjang dada."Aaaaaaaargh!" Ferdi mengerang hingga membuat Anisa berteriak histeris."Hentikan Mir!" teriak Anisa."Ini belum sebanding dengan apa yang dia lakukan padaku!" bentak Mi