Rasa iri terlihat di mata Annie saat melihat bagaimana putri kecil Samantha dengan mudah memenangkan hati ayah angkatnya. Dia merasa kesal melihat Samantha bisa punya anak semanis itu, meskipun mereka adalah hasil dari tidur dengan pria tua jelek.Saat dia berpikir kecemburuannya sudah memuncak, Ethan masuk sambil menggendong seorang anak laki-laki yang persis seperti dirinya, versi kecil dari Ethan Waskito yang hebat! Annie Wijaya mendapati dirinya tertegun melihat Ethan dan anak kecil itu. Dia hampir tidak mendengar perkenalan yang diucapkan Samantha, hanya fokus pada kemiripan mereka.Akhirnya, calon Ibu mertuanya memecah keheningan dan bertanya, “K ... Kenapa putramu bisa begitu mirip dengan Ethan?”"Ya, kebetulan sekali," Ayah angkatnya, Wilson Wijaya, turut menimpali, sambil melihat bolak-balik antara Ethan dan anak laki-laki itu.“Um ... tidak, sebenarnya, Ayah ... Ini bukan kebetulan,” Annie mendengar Samantha menjawab, wajahnya hampir memerah saat mengucapkan kata-kata itu.Me
Makan siang itu terasa penuh keheningan dan kecanggungan, namun suasana sedikit menghangat berkat ocehan positif dari para anak-anak. Terutama Kyla yang saat ini berjalan ke arah sang Jenderal dan bertanya, "Kakek, kenapa Kakek tidak makan? Ada yang salah?"Mata Kyla yang jernih dan polos membuat Wilson menghela napas. Dia mengusap kepala anak itu dan menjawab, "Kakek tidak terlalu lapar." Dia berdeham lalu berkata, "Kakek sedang tidak begitu berselera.""Tapi, Kakek, Ibu selalu bilang kalau makanan itu berkah! Kadang-kadang kami hanya makan bubur cokelat, tapi di piring Kakek ada sayur dan daging. Kakek harus makan itu, ya," ucap Kyla dengan jujur.Mendengar itu, senyum terpaksa muncul di wajah Wilson, namun ucapannya malah membuat hatinya semakin sesak. Dia menoleh ke arah Samantha, meminta penjelasan dari lirikannya. Bahkan Ethan pun melihat Samantha dengan pandangan penuh tanya, dia juga penasaran dengan maksud Kyla."Uh ..." Samantha menggigit bibirnya sebelum menjelaskan, "Sebelu
"Aku benci dia! Aku benci dia!" Teriak Annie dengan sekuat tenaga sambil menghentakkan kakinya bersamaan dengan kekesalan mereka.“Dasar gadis bodoh!” seru Catherine sembari mengguncang bahu putrinya dan berkata, “Kamu bahkan tidak memastikan sendiri ke mana kamu menjerumuskan Sam malam itu! Kamu seharusnya memastikan dia berada bersama lelaki yang tidak kompeten! Apakah kamu tidak belajar apa-apa dari Ibu?”Catherine mendorong dahi putrinya dengan jarinya dan berkata, “Kamu malah mengirimnya ke Ethan Waskito!”Selama empat jam terakhir, Ibu dan anak itu terus bertengkar tanpa henti di dalam kamar Annie. Annie mencoba mencari cara untuk menimpakan semua kesalahan kepada Samantha sementara ibunya terus menerus memarahi dia atas kelalaiannya."Aku tidak tahu kalau itu Ethan!" seru Annie lagi."Ibu, sekarang apa yang harus kita lakukan?" geram Annie dengan penuh frustrasi, tetapi sebelum Catherine bisa menjawab, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dan Wilson Wijaya masuk ke dalam."Ayah," A
[Perhatian: Bab ini mengandung konten dewasa yang tidak pantas dibaca oleh anak di bawah umur]Pukul delapan malam di rumah Ethan dan Samantha. Samantha mengoleskan krim di lengannya sambil tersenyum. Dia lalu menatap dirinya sendiri di depan meja rias lalu bergumam, “Rasanya senang sekali bisa memeluk Ayah lagi.”Ethan berjalan di belakangnya dan membantunya mengoleskan krim badan di tangan satunya lagi. Dia kemudian bertanya, “Apakah istriku sedang bahagia?”Binar di mata Samantha tampak saat dia menoleh ke arah suaminya. Dia merasakan kecupan di bibirnya sebelum dia menjawab, “Aku sangat bahagia Ethan.”Dia tertawa kecil sambil membiarkan dirinya digendong oleh si suami ke ranjang. Kemudian dia bertanya, “Pernahkah seberapa aku bahagia bahwa aku menikahimu? Oh, ngomong-ngomong, aku belum selesai.”“Hmmm,” ujar Ethan. Dia membaringkan istrinya di kasur dan mulai menciumi lehernya sebelum menjawab, “Buktikan perkataanmu.”Samantha tidak bisa menghentikan tawanya. Dia mengingatkan sua
Berhari-hari telah berlalu. Samantha begitu merindukan Ethan, dia sampai tidak sabar menunggu kembalinya Ethan di hari Kamis. Ketika masih di dalam dapur Hotel First Diamond, Samantha berulang kali mengecek jam. Sebelum Ethan pergi, dia berkata bahwa jet pribadinya masih tidak bisa digunakan, maka dari itu, dia bersama John membeli tiket pesawat kelas pertama untuk kembali ke Bekasi dari Kota Jember. Smaantha menyibukkan dirinya agar bisa melupakan setiap jam yang berlalu sambil menunggu kembalinya Ethan. Dia sedang mencicipi secara acak makanan yang dipersiapkan kokinya untuk makan siang. Ketika salah satu koki station, Juli, melapor terlambat bekerja, dia segera bergegas ke dapur sambil bergumam. “Maaf aku terlambat. Ada kemacetan besar karena ada mobil pemadam kebakaran dan ambulans yang menuju ke bandara. Ternyata, sedang ada pesawat yang menabrak landasan di Bandara Internasional Soekarno Hatta!”Samantha langsung mengalihkan perhatiannya pada Juli dan bertanya dengan alis ber
Jumat, pukul 8 pagi.Di sebuah tebing berbatu di Pulau Miossu, berdirilah sebuah rumah mewah besar yang terbuat dari batu bata dengan jendela berjeruji tertutup menghadap ke laut.Bangunan yang sama berdiri berkilo-kilometer jauhnya dari kota kecil yang hampir tidak berpenghuni di pulau itu.Rumah besar itu dikelilingi oleh berbagai macam keamanan yang menjaga wilayahnya yang terpencil dari tamu yang tak diundang. Itu adalah rumah paling terlindungi di Pulau Miossu.Pulau Miossu dikenal karena ombaknya yang kasar, yang sering membanjiri pesisir. Banyak nelayan kehilangan rumah mereka sehingga beberapa pergi meninggalkan pulau untuk mencari kehidupan baru. Mereka yang tetap tinggal berlindung di puncak-puncak pulau, jauh dari laut.Pulau itu adalah salah satu pulau paling terpencil di negeri ini, dan jarang ada kapal yang keluar masuk tempat tersebut.Dari dalam rumah mewah berlantai empat itu, terdapat seorang pria berdiri di balik jendela berjeruji, menggenggam ponsel di tangannya. Ra
Akhirnya waktu itu datang juga. Hari itu adalah pembukaan perdana Hotel First Diamond.Seluruh lobi hotel dipenuhi dekorasi Natal, mengingatkan semua orang akan perayaan yang semakin dekat.Pohon Natal besar berdiri di bagian tengah lobi hotel, dengan sebuah sofa di depannya, sempurna bagi keluarga untuk berfoto sejenak di tengah langit-langit tinggi yang indah dan lampu gantung megah di dekat pintu masuk.Sebuah band memainkan lagu-lagu Natal di salah satu sudut saat setiap tamu hotel yang terhormat mulai datang.Sementara Ethan dan orang tuanya sibuk menyambut kedatangan para petinggi Perusahaan Berlian Waskito, Samantha sedang sibuk di dapur.“Lima menit lagi untuk menyajikan canape babi laut kita, apakah sudah siap?” seru Samantha.“Sepuluh porsi sudah siap, Koki Sam!” jawab salah satu koki di stationnya.Dia tersenyum saat melihat telur urak-arik yang dicampur dengan babi laut yang lembut yang dengan diletakkan secara hati-hati di cangkangnya yang berduri, dan sepotong roti pangga
Setelah acara itu, Ethan dan Amanda memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan Samantha secara pribadi kepada seluruh keluarganya, termasuk pamannya dan beberapa sepupunya.Mereka semua menyambut Samantha dengan hangat, terutama setelah mengetahui bahwa dia adalah putri sang Jenderal. Samantha tidak bisa memungkiri bahwa dengan mendapatkan kembali statusnya sebagai putri ayahnya memiliki keuntungan tersendiri. Keluarga Ethan tidak lagi mempertanyakan latar belakangnya, mereka hanya memuji keterampilannya sebagai koki dan wajahnya yang cantik.Meski Wilson dan Samantha masih butuh waktu untuk menyembuhkan luka-luka di antara mereka, Samantha setidaknya senang bahwa kini mereka sedang mencoba. Sejak mereka berdamai, Wilson bahkan pernah datang ke rumah mereka sekali dan pernah juga menjemput cucu-cucunya, serta makan siang di Hotel First Diamond bersama Samantha.Saat Amanda membawa Samantha untuk mengenalkan ke beberapa meja lainnya, Ethan meminta waktu pribadi untuk bicara dengan Jen
“Sayang, ayo makan! Aku lapar.” Samantha menoleh ke belakangnya dan melihat suaminya yang tengah menghampirinya di dapur. Ethan dan Samantha sudah menyuruh seluruh pelayan dan staf di rumah untuk libur selama seminggu, kecuali satpam mereka yang masih menjaga pintu depan. Selama dua hari terakhir, mereka memesan makanan atau terkadang memasak sendiri. Setelah berhubungan badan beberapa kali kemarin, Samantha merasa lapar pada pukul tiga pagi. Dia tidak tega untuk membangunkan suaminya, jadi dia membiarkannya tertidur selama dia bangun. Meskipun dia kesulitan berjalan, dia berhasil berjalan ke dapur untuk membuat sarapan di pagi buta. Ethan lega akhirnya menemukan istrinya, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya. Dia mencium pipinya dan berkata, “Ingatkah saat kubilang jangan meninggalkanku sendirian di kasur?”Samantha dicium sekali lagi dan tertawa kecil saat menoleh ke suaminya. Dia melingkarkan tangannya ke lehernya dan mencium bibir kecil Ethan. Dia berkata, “Kamu terlihat
Sekarang saatnya bagi Ethan untuk memuaskan istrinya. Samantha sedang menelungkup di kasur dengan sepenuhnya telanjang dan dia tengah menikmati pijatan lembut dari suaminya. Ethan meremas bahunya dan bertanya, “Bagaimana kalau di sini?”“Oh, iya, di situ. Rasanya enak,” ujar Samantha. “Mmmm.”Mereka sama-sama telanjang dan kaki terbuka lebar, Ethan duduk di belakang istrinya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menurunkan tangannya ke punggungnya. Saat dia meminyaki tubuhnya, dia tidak ketinggalan meraih payudara. Dia meremasnya dengan baik sebelum melanjutkan pijatannya. Tindakannya membuat Samantha terkekeh. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan denganmu, Ethan." Sembari mendesis melihat sosok istrinya yang luar biasa, dia meremas dagingnya yang bulat dan berkata, "Aku tidak bisa menahannya. Istriku sangat seksi dan aku sangat beruntung bisa bercinta dengannya siang dan malam." Kejantanan Ethan sudah naik dan berulang kali mempermainkan pantat istrinya, sem
Dua hari berlalu.“Pak Waskito, apakah kamu pernah dengar tentang wanita yang katanya sembuh dari penyakit mereka saat hamil?” tanya Dr. Shannon Susanto lewat telepon, setelah berbicara dengan Ethan.Ethan mengerutkan dahi. Dia menoleh ke arah istrinya yang tertidur di ranjang rumah sakit di malam hari sebelum menjawab, “Aku pernah dengar soal itu, seingatku, iya.”“Penyakit Crohn, rematik, autoimun, ini hanya beberapa penyakit yang katanya sembuh setelah wanita-wanita ini hamil!” Shannon menghela napas sebelum melanjutkan, “Tadi malam, kami akhirnya bertemu korban ketiga yang bertahan dari penyakit Kannareth dan sama seperti dua lainnya, dia juga hamil. Lalu! Tiba-tiba, gejala-gejala penyakit Kannareth itu tidak pernah muncul lagi!”“Kamu bilang ... kehamilan adalah obatnya?” Ethan bertanya ragu sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Yah, secara teknis, belum ada obatnya, tapi kehamilan itu sendiri, perubahan di tubuh wanita, peningkatan hormon, perubahan enzim tubuh, semuanya mung
“Aku akan memberikan segalanya, sahamku di perusahaan, kekayaanku! Berikan saja aku obatnya!" pinta Ethan sambil menghentakkan tangannya ke meja.Steven hanya tertawa di hadapannya, wajahnya bengkak dan lebam. Dia mendengus dan mencondongkan tubuh ke depan, berkata, "Ethan. Bukankah aku sudah memberi syaratku?""Kami tidak akan mengajukan tuntutan terhadapmu seperti yang kamu minta!" Ethan membalas dengan matanya menyipit.Namun, Steven malah tertawa lebih keras, begitu keras hingga dia nyaris tersedak. Setelah membersihkan tenggorokannya, Steven mengingatkan, "Permintaanku tetap tidak berubah, Ethan. Syarat terakhirku adalah tidur dengan istrimu, dan aku akan pastikan aku membuatnya hamil!""Sialan kamu, Steven!" Sekali lagi, Ethan melayangkan pukulan ke Steven.Ethan meraih kerah bajunya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah menyentuh istriku! Itu tidak akan pernah terjadi!""Kalau kamu tidak akan memberikan obatnya, maka aku akan menginvestasikan semua uangku ke Farmasi U! Itu tidak
Hanya dalam tiga hari, Ethan dan Wilson berhasil mengumpulkan bukti yang cukup untuk memberatkan Galuh dan Steven atas percobaan penculikan Samantha.Hacker Ethan, Aiden, juga berhasil menemukan komunikasi antara ayah dan anak itu, yang mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam rencana tersebut. Meskipun Aiden belum menemukan informasi tentang obat penawar, mereka setidaknya punya cukup bukti untuk menahan keduanya.Dengan pengaruh Wilson, mereka ditempatkan di penjara militer untuk diinterogasi dan akan tetap di sana sampai jenderal merasa puas dengan jawaban yang mereka berikan.Di situlah Steven mengungkapkan rahasia obat penawar kepada Ethan.Duduk di depan meja, Steven tersenyum mengejek meskipun dia dikurung. Ada beberapa memar di wajahnya, tapi dia tetap percaya diri.Di depan Ethan, dia berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan apa obat penawarnya, Ethan. Jadi semua ini?” Steven mengangkat bahu, melirik ke arah para penjaga militer di sekitarnya. “Semua ini sia-sia.”Dia menunju
“Pak Waskito, senang bertemu denganmu.” Seorang wanita berusia akhir dua puluhan menjulurkan tangannya kepada Ethan setelah tiba di fasilitas penelitian Farmasi U. "Aku Dr. Shannon Susanto, kita sudah berbicara lewat telepon.""Terima kasih sudah meluangkan waktu bertemu denganku secepat ini," kata Ethan sambil menjabat tangannya.Di dalam kantor Shannon, Ethan berbicara dengan ditemani seorang tentara yang mengikutinya.Duduk di depan Shannon, Ethan langsung berkata, "Dr. Susanto, aku tidak ingin membuang waktu kita. Belum lama ini, sekelompok pria mencoba menculik istriku. Mereka gagal, tapi mereka menyuntiknya dengan penyakit Kannareth.""Ya ampun!" Wanita itu terkejut. Wajahnya menunjukkan campuran rasa jijik dan takut. "Siapa yang tega melakukan itu?""Itu yang coba aku cari tahu, tapi aku punya kecurigaan," jawab Ethan. Dia menarik nafas dalam dan mendekat ke meja, "Dr. Susanto, aku menempuh perjalanan dua jam dengan jet pribadi untuk menemuimu agar aku bisa mendapatkan jawaban u
Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann
Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu
“Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya