Setelah acara itu, Ethan dan Amanda memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan Samantha secara pribadi kepada seluruh keluarganya, termasuk pamannya dan beberapa sepupunya.Mereka semua menyambut Samantha dengan hangat, terutama setelah mengetahui bahwa dia adalah putri sang Jenderal. Samantha tidak bisa memungkiri bahwa dengan mendapatkan kembali statusnya sebagai putri ayahnya memiliki keuntungan tersendiri. Keluarga Ethan tidak lagi mempertanyakan latar belakangnya, mereka hanya memuji keterampilannya sebagai koki dan wajahnya yang cantik.Meski Wilson dan Samantha masih butuh waktu untuk menyembuhkan luka-luka di antara mereka, Samantha setidaknya senang bahwa kini mereka sedang mencoba. Sejak mereka berdamai, Wilson bahkan pernah datang ke rumah mereka sekali dan pernah juga menjemput cucu-cucunya, serta makan siang di Hotel First Diamond bersama Samantha.Saat Amanda membawa Samantha untuk mengenalkan ke beberapa meja lainnya, Ethan meminta waktu pribadi untuk bicara dengan Jen
Saat sore hari, Samantha pulang setelah mendengar dari Tante Diana bahwa ayahnya membawa Merina ke rumah mereka.Wilson sudah beberapa kali menelepon Samantha, tapi karena pekerjaannya, dia tidak bisa mengangkat telepon. Dia hanya meninggalkan pesan, memberitahu bahwa dia akan pergi selama beberapa hari.Setibanya di taman rumah, Samantha menemukan Merina bersama pengasuhnya yang sedang menyirami tanaman dengan anak-anaknya dan dua pelayan.“Ibu! Nenek Merina ada di sini!” seru Kyla."Hai, Ibu! Ibu pulang lebih awal hari ini?" tanya Kenzo.Dengan senyuman, Samantha memeluk anak-anaknya dan mencium pipi mereka. Dia berkata, "Ibu pulang cepat karena nenek ada di sini. Dan hari ini, kita ada hadiah yang harus dibungkus karena sebentar lagi Natal!"“Yey! Aku mau bungkus hadiah untuk Ayah!” jawab Kenzo dengan gembira.“Dan aku mau bungkus hadiah untuk Ibu, Nenek D, dan Nenek Merina!” ujar Kyla. “Kamu bisa bungkus hadiah lainnya, Kenzo.”“Kalian suka menyiram tanaman?” tanya Samantha.“Ya, I
Pukul 4:00 pagi di Pulau Miossu.Di dalam rumah mewah yang berdiri di atas tebing Pulau Miossu, para penjaga sibuk mengamankan area tersebut dan berjalan bolak-balik di sekitar rumah ketika tiba-tiba listrik padam!“Ada apa ini?”“Apa yang terjadi dengan listriknya?”“Nyalakan daya darurat!”Para penjaga saling bertanya sementara beberapa dari mereka memeriksa jalur listrik.Butuh sekitar sepuluh menit bagi generator di rumah besar itu untuk menyala, menyalakan sebagian kecil lampu di luar rumah.“Apa yang baru saja terjadi?”“Aku juga tidak tahu, tapi kota ini juga tidak ada listriknya.”Ada sekitar delapan penjaga di luar rumah. Saat beberapa dari mereka terus berbincang, sebagian lagi memeriksa perimeter, memastikan tidak ada penyusup yang masuk.Seorang pria yang memegang senapan melintang di dadanya secara khusus mengawasi lautan dan pintu masuk dari tebing. Ketika dia melihat rekan-rekannya di atas speedboat masih berpatroli hampir satu kilometer dari rumah, dia merasa lebih tena
Pukul 5 pagi di Pulau Miossu, langit masih gelap. Matahari belum akan terbit selama setengah jam lagi, namun listrik mati lagi."Sial!" seru seorang penjaga, menyadari generator telah dimatikan. "Apa lagi yang salah dengan listrik kali ini?"Dengan orang-orang Wilson yang mematikan listrik, kegaduhan pun terjadi di luar rumah besar.Kepala keamanan Afandi Sakti bergegas ke ruang bawah tanah, berharap bisa mengetahui apa masalahnya. Dia menyalakan senter saat turun tangga, hanya untuk terkejut melihat tiga bawahannya tergeletak tak sadarkan diri di lantai."Sialan - Ahhh!" Begitu kepala keamanan berbalik, tembakan senyap menghantam lengan dan pahanya. Dia jatuh terguling menuruni tangga.Sambil merintih kesakitan, pria itu mencoba memperingatkan rekan-rekannya, "Kita - kita diserang! Kita - "Ahhh!"Kata-katanya terhenti saat suara cekik muncul dari tenggorokannya, seorang tentara melilitkan lengannya ke lehernya.Sebuah suntikan menusuk punggungnya, dan dia pun pingsan dalam hitungan de
Wilson merasakan dunianya hancur setelah mendengar kata-kata Afandi. Wanita yang dinikahinya sebagai istri keduanya ternyata bertanggung jawab atas hilangnya Sarah! Saat itu, satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah benci. Dia membenci dirinya sendiri dan wanita yang menghancurkan keluarganya. Dalam hatinya, dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa memberitahu Sarah?’ Emosinya berkecamuk, tak mampu menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan. Untuk saat ini, yang bisa dia lakukan hanya meredakan rasa sakit Sarah. Dia tetap memeluk istrinya erat di dadanya sementara air mata Sarah terus mengalir.Sesaat setelah menenangkan perasaan Sarah, dia berkata dengan lemah, “Sarah, aku minta maaf. Aku seharusnya bisa menyadari ini. Ini salahku.”Sarah tak menjawab. Setelah semua tangisan pagi itu, hatinya mendadak mati rasa. Ia juga bisa merasakan hal yang sama tentang suaminya. Bagaimanapun, ia telah lama menyampaikan betapa ia tak suka Catherine yang jelas-jelas tertarik pada Wilson.Namun, saat
Dari dalam rumah sakit militer, dekat pantai timur, Wilson sedang mengeringkan tubuh Sarah setelah dia selesai mandi pagi.Wilson memeriksakan tubuh dan darah Sarah sebelum mereka pergi ke Bekasi, ingin memastikan tidak ada masalah serius dengan istrinya, setelah dia terkunci begitu lama.Untungnya, meskipun Blake bersalah, dia tetap merawat Sarah dengan baik. Dia sehat dan tampaknya telah diperiksa secara rutin oleh dokter yang berkunjung.Saat Wilson membantunya mengenakan gaun baru, dia berkata dengan suara bergetar, "Ini... Kamu - kamu terlihat cantik."Sarah diam sepanjang waktu. Sejak meninggalkan Pulau Jansu, dia hanya berbicara jika perlu sesuatu, seperti makanan atau air.Menatap Wilson, dia bertanya dengan mata sayu, "Benarkah kamu menikah dengan Catherine?"Pertanyaan itu membuat Wilson menelan ludah. Matanya berkedip saat dia menjawab, "Iya, aku menikah dengannya, tapi kami sudah bercerai sekarang." Dia berhenti sejenak sebelum mengakui dengan sedih, "Aku ... terlambat meny
“Ethan, kemarilah,” panggil Amanda pada putranya. Saat itulah Ethan diperkenalkan secara resmi pada Sarah. “Ini anakku, Ethan, suami Sam.”Amanda tertawa kecil dan berkata, “Bukankah ini luar biasa?” Dia menggenggam tangan Sarah dan berkata, “Mereka bertemu satu sama lain. Takdir yang mempertemukan mereka!”Sarah tertawa kecil sebelum menjawab, “Aku tahu.” Ia meraih tangan Samantha dan berkata, “Aku sangat bersyukur itu adalah Ethan.”“Selamat malam, Bu Wijaya,” sapa Ethan. Ia berjalan bersama mereka dan berkata, “Kami sangat senang akhirnya Ibu kembali.”Dengan mata berkaca-kaca, Sarah mengangguk dan meraih bahu Ethan. Dia mendekat dan memeluknya sebelum berkata, “Kalau bukan karena orang-orangmu yang mengikuti Catherine dan Annie, Wilson tidak akan menemukanku … Terima kasih, Ethan.”Sarah menyentuh wajah Ethan dan mengagumi, “Pemuda yang sangat tampan, anak baptisku tumbuh dewasa dan sekarang menjadi menantuku.”Bersama sang Jenderal, rombongan mereka berangkat ke rumah Ethan dan Sa
"Hmm." Dahi Ethan berkerut, merasakan sensasi aneh sekaligus menegangkan di sela-sela pahanya. Dia pikir dia sedang bermimpi, tetapi setelah membuka matanya, dia melihat sosok di bawah selimut di bawahnya. "Aaaahh." Erangan lembut keluar dari bibirnya saat dia menengadahkan kepalanya ke belakang. Dia merasakan bibir mengelilingi kejantanannya yang telanjang dan tangan ramping melingkari lingkar tubuhnya. Dia menggembungkan pipinya, meraih selimut. Dia membuka penutup dirinya dan menemukan istrinya, sudah melahap batangnya. Matanya menyipit menyadari Samantha sudah mandi. Dia mengenakan jubah sutra dan rambutnya masih basah setelah mandi. Desisan keluar dari bibir Ethan saat wajah tampannya berubah ringkih. Dia merasa terangsang saat melihat Samantha menatapnya sementara pipinya cekung. Dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa dia sendirian. Dia bertanya, “Di mana ... di mana anak-anak, sayang?” Sembari melepas benda di mulutnya dengan suara becek, Samantha menepuk tangan Et
Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann
Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu
“Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya
"Pilih apa pun yang kamu suka, Sayang. Aku mau menelepon Ayah di luar toko dulu," kata Ethan saat mampir di Toko Chanel di salah satu pusat terbesar di Asia.Setelah sepuluh hari menghabiskan waktu romantis di Maladewa, dan bercinta setiap hari, pasangan ini memutuskan untuk terbang ke negara lain dan merasakan pengalaman berbelanja yang terbaik.Terkesima oleh semua pilihan tas, mata Samantha membelalak sebelum menjawab, "Oke, sayang. Jangan terlalu lama."Selama beberapa bulan terakhir, selalu ada agen belanja Ethan yang memilihkan pakaian dan tas untuknya. Ini adalah pertama kalinya dia memilih sendiri ... setelah sekian lama dan bahkan di depan matanya ini sekarang ada Chanel!Selama beberapa detik, dia berbalik ke arah Ethan yang berdiri di luar toko.Ethan mendapati dirinya berada di area terpencil di sisi butik, menerima telepon dari Daniel Waskito, dan terlihat sangat khawatir.Samantha cemberut, mengingat bagaimana Ethan mendapatkan panggilan serius selama tiga hari terakhir s
“Aw! Sam!” keluh Ethan saat merasakan kepalanya dipukul lagi. Dia berulangkali meraih area pahanya saat Samantha tengah memijat lengannya dari sisi lain ranjang. Dia mendengarnya menjawab, “Biarkan kuselesaikan dulu, Pak Waskito. Bersabarlah!”Dia menghela nafas kecewa sebelum mengembalikan wajahnya terjatuh pada ranjang spa. Dia berkata, “Kita bisa memijat satu sama lain secara bersamaan.”Samantha hanya mengacuhkannya. Dia mulai menekan lehernya sebelum meraih bahunya, saat itulah dia mendengar Ethan mendesah keenakan. “Ahh. Enak sekali! Ya, di situ, sayang.”“Sesekali kamu perlu memanjakan dirimu, Sayang,” ujar Samantha. Sebuah lenguhan keluar dari bibir Ethan sebelum dia memejamkan matanya, pertanda dia mulai menikmati perlakuan yang diterimanya dari istrinya. Dia menjawab, "Aku ingin dimanjakan oleh istriku." Ketika akhirnya tiba waktunya untuk memberikan pijatan pada punggung Ethan, Samantha menaiki punggungnya. Dengan hanya handuk yang menutupi buah zakar Ethan, dia duduk
Nafas Samantha memburu saat berenang ke tepi kolam pribadi mereka, lalu dia bangkit dari permukaan air. Dia menarik nafas berat sebelum bersandar di tepi kolam, menikmati pemandangan sore itu. Dia tersenyum, mendengar aliran air dari sungai kecil beberapa meter di bawah villa mereka.Meskipun ada suara cipratan di belakangnya, dia mengabaikan tanda-tanda kedatangan suaminya dan beristirahat dengan dagu bertumpu di lengannya. Ketika Ethan muncul di belakangnya dan langsung memeluk pinggangnya, dia berkata, “Di sini tenang dan damai sekali.”Samantha menerima ciuman di pipi dan lehernya, membuatnya terkekeh dengan godaan Ethan. Lalu dia mendengarnya berkata, “Iya, tempat yang sempurna untuk liburan.”Di hari kedua mereka di resort pegunungan itu, pasangan itu bangun siang dan sarapan menjelang pukul sebelas pagi di dalam villa mereka.“Aku sudah memesan pijat dan perawatan spa untuk kamu jam tiga. Setelah itu, kita akan makan malam,” ungkap Ethan sebelum berdiri tegak dan menyandarkan da
Uap panas hasil dari embun nafas Samantha menempel di kaca pembatas area shower, segera setelah merasakan Ethan meremas payudaranya. Wajahnya menempel pada kaca itu saat Ethan menjamah tubuhnya. Pasangan itu masih dipenuhi oleh busa sabun mandi, tapi tangan Ethan sudah ke mana-mana. “Ethan ... Ahh.” Desahan lembut keluar dari bibir Samantha segera setelah Ethan mulai mencumbui leher Samantha. “Kupikir kita akan melakukannya di ranjang?”Seringaian licik muncul di wajah Ethan. Dia kembali memainkan pantatnya dengan jemarinya sebelum berkata, “Bukan berarti kita tidak bisa memulainya dari sini.”Membalikkan istrinya menghadapnya, Ethan memegangi wajah anggun Samantha dan berkata, "Kamu sangat cantik dan kamu milikku." Samantha akhirnya tersenyum. Dia melingkarkan lengannya di lehernya dan meraih bibirnya. Mereka memulai dengan kecupan sederhana, perlahan-lahan mengeluarkan suara pukulan keras dari dalam area pancuran di kamar mandi mereka. Ethan langsung melumatkan lidahnya dan men
"Ibu, apa Ibu akan meninggalkan kita?" tanya Kyla dengan bibir mengerucut saat mereka berbaring di ranjang malam itu.Itu adalah malam pernikahan Samantha dan Ethan. Anak-anak ikut bergabung bersama mereka di kamar hotel, terutama karena mereka akan pergi dua minggu untuk bulan madu.Mendengar pertanyaan Kyla, Samantha mengerucutkan bibir dan menjawab, “Hanya dua minggu, sayang.”"Iya, Kyla, kita juga masih harus sekolah," ingat Kenzo. "Kita tidak bisa bolos.""Om Tjandra dan Nenek akan bersama kalian selama kami pergi. Lagipula, kamu ‘kan sibuk dengan kelas tambahan kamu," kata Ethan yang berbaring di sisi ranjang yang lain.Mendengar itu, Kyla merengut, lalu berkata, "Tapi aku juga mau ikut liburan.""Kita akan pergi setelah tahun ajaran selesai," janji Ethan. "Mau pergi ke mana?""Beneran, Ayah?" Kyla bangkit dari kasur dengan mata berbinar. "Aku mau pergi ke pantai!""Baiklah, kita akan pergi ke pantai saat liburan sekolah kamu. Sekarang, biarkan Ibu dan Ayah punya waktu berdua, ya
~"I have often dreamed of a far off place(Aku selalu memimpikan suatu tempat nun jauh di sana)Where a hero's welcome would be waiting for me(Di mana seorang pahlawan akan menungguku)Where the crowds would cheer, when they see my face(Di mana kerumunan akan menyorakiku saat melihatku)And a voice keeps saying this is where I'm meant to be"~ (Dan sebuah suara terus menggaungkan bahwa di sinilah seharusnya aku tinggal)Di bawah lampu sorot, terlihatlah seorang pria dengan seragam tentaranya memegang tangan dan pinggang putrinya. Si Jendral Wilson dengan bangganya berdansa dengan Samantha, mereka berdansa perlahan mengikuti alunan lagu Disney berjudul ‘I Can Go The Distance’Sementara Samantha memandang ayahnya dengan senyuman, dia menaruh tangannya di pundaknya lalu dia mendengar Wilson berkata, “Kamu terlihat begitu bahagia, Sam. Tidak pernah Ayah melihatmu sebahagia ini seumur hidupmu.”Mata Samantha berbinar. Senyumnya melebar sebelum dia mengaku, “Aku bahagia, Ayah, tapi walaup