[PERHATIAN: BAB INI MENGANDUNG ADEGAN DEWASA, TIDAK UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR]Samantha merasakan dinginnya ruangan itu. Suara hujan masih terdengar di luar mansion, tapi itu bukanlah satu-satunya hal yang memenuhi indranya.Dia menyadari tangan besar yang menyelimuti tubuh telanjangnya, menyusupi gaun tidurnya, dan betapa dia kini dihujani ciuman di wajah dan lehernya.Matanya terbuka perlahan dan dia melihat suaminya yang setengah telanjang sedang memeluknya. Dia berbisik, “Ethan? Kamu sedang apa?”“Sh …. Membangunkanmu,” pria itu berkata sambil menggendong Samantha. “Jangan khawatir, anak-anak sudah aku batasi dengan bantal.”Samatha hanya sempat melongok sebentar, melihat anak kembarnya tertidur di kasur itu dengan bantal-bantal mengitari mereka.Dia menoleh kembali pada suaminya dan bertanya, “Kamu mau membawaku ke mana?”Dengan mata menyipit, Ethan menjawab lembut, “Ke kamar mandi.”“Apa? Jam berapa ini? Kenapa kita ke kamar mandi?” Samantha melihat ke sekitar sambil berbisik. Et
Samantha masuk kerja pukul tujuh pagi. Dia ingin mengawasi layanan sarapan di hotel dan membantu Anthony, asisten kokinya hari itu. Saat dia fokus pada hidangan baru dan peraturan baru di dapurnya, dia setidaknya merasa puas akan asisten eksekutif kokinya sudah memulai pekerjaannya tanpa mengeluh. Akan tetapi, dia masih tidak mau berbicara dengannya. Akan tetapi, Samantha berpikir bahwa Maul kembali bekerja, itu berarti dia sudah menerima kekalahannya. Dia sekarang hanya perlu berusaha berteman dengannya. Terkecuali salah satu asisten koki bernama Deana, semuanya kembali bekerja. Deana, si pengikut nomor satu Maul masih merasa kepahitan dan izin sakit hari itu. Untunglah hari ini bukanlah hari yang sibuk. Karena ini Hari Selasa, pagi itu cukup sepi. Pada pukul sebelas pagi, Samantha menguap di dalam dapur. Dia kemudian memikirkan suaminya dan dia bersandar di salah satu dinding dan hanya memikirkan Ethan. Dia tidak tahu bagaimana dan bagaimana bisa ini terjadi, tapi pipinya meron
Sore itu suasana dapur kembali sepi. Jadi Samantha mengambil kesempatan ini untuk berdiskusi dengan timnya untuk pembukaan perdana hotel yang akan datang. Waktunya tinggal dua minggu lagi, dan seperti yang dilakukannya pada hidangan mereka, dia ingin membubuhkan sedikit modifikasi pada hidangan mereka. Karena mereka tidak ada pesanan lagi di pukul 3 sore serta reservasi malam itu, mereka mencicipi penyesuaian yang dibuat olehnya, lalu memasak masakan yang telah disesuaikan oleh Samantha. Restoran Bintang menutup hari mereka dengan mencoba masakan mereka serta mendiskusikannya. “Hmm ... Rasanya mantap sekali,” ujar Anthony. “Kenapa aku tidak pernah berpikiran untuk memasaknya seperti ini?”“Aku suka sekali campuran hidangan seafood ini,” ujar Juli. “Aku tidak tahu bahwa daun lemon bisa digunakan untuk menambah aroma!”Samantha tertawa kecil dan berkat apada mereka, “Terkadang, kamu akan memelajari banyak hal saat memasak untuk anakmu.”Sedangkan Maul sedang mencicipi set menu dari te
Di tengah minggu ini, ternyata hotel tengah ramai. Kedua restoran Hotel First Diamond dipenuhi oleh tamu.Ini semua karena tulisan Belinda Maharani soal hotel ini di Rabu pagi, sampai-sampai hotel ini dipenuhi oleh reservasi di siang hingga malam hari.Pada hari Kamis malam, Restoran Bintang penuh!Samantha sampai harus pulang larut hari itu untuk memenuhi setiap pesanan, dia tidak mau meninggalkan timnya di malam yang berharga ini. Saat memasuki kamar utama, Samantha menyambut suaminya, “Hai, suamiku yang tampan.”“Apakah ini normal kalau seorang istri datang ke rumah terlambat dari suaminya?” sahut Ethan sambil menaruh laptopnya di samping. Samantha tertawa kecil dan duduk di sebelahnya di ranjang. Dia sendiri mengharapkan ciuman, lalu dia jatuh di pelukannya dan mereka berciuman. Hal ini membuat Ethan melingkarkan lengannya di tubuh Samantha dan mengelus wajahnya yang menawan. Saat mereka berciuman, Samantha berkata, “Aku begitu lelah hari ini.” Dia lalu mengecup bibirnya sekali
“Koki Sam, ada seseorang yang mau menemuimu,” ujar salah satu pelayan dari Restoran Bintang di hari Jumat siang. Samantha baru saja akan menyelesaikan layanan makan siang dengan timnya saat dia diberitahu bahwa ada yang mau menemuinya secara dadakan. Dia mengernyitkan dahinya dan bertanya, “Apakah itu suamiku?”“Bukan, Koki Sam. Dia adalah Jendral Wijaya,” ujarnya. “Apa yang harus kukatakan?”Samantha merasakan jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memucat saat mendengar nama ayahnya. Dia mengerjapkan matanya berulang kali selama beberapa kali. Saat melihat ekspresi aneh dari si pelayan dan beberapa staf dapur, barulah dia berkata, “Uhm ... Suruh dia menunggu di tempat duduk di lobi dan aku akan ke sana.”“Baik.”“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Maul saat melihat raut mukanya. “Ada urusan apa dirimu dan militer? Ekspresimu sama takutnya saat menemui pasangan dari Keluarga Salim itu.”Samantha menjawab sambil menoleh ke arah Maul, “Ummm ... ceritanya panjang. Apakah kamu mau meng
Dari dalam Kamp Militer Elang, di rumah yang terbesar yang merupakan rumah lama dari Keluarga Wijaya, di dalamnya ramai akan orang-orang yang membantu dari seluruh penjuru rumah untuk menyambut kembalinya Samantha. “Ada apa ini? Kenapa kamu bahkan mengundang sebagian dari teman kelas Sam? Bahkan Clayton dan keluarganya ada di sini,” tanya Wilson Wijaya dengan menaikkan alisnya sebab dia terheran melihat sebegitu banyaknya orang di ruang makan mereka di pukul setengah sebelas pagi. “Yah, Wilson. Ini deminya kembalinya putrimu di mansion ini. Kami pikir pasti baik baginya untuk bertemu dengan teman lamanya dan beberapa wajah yang dikenalnya,” ujar Catherine Wijaya. “Aku bahkan mengundang beberapa saudaramu dari Keluarga Wijaya.”“Hari ini adalah hari bagi Samantha untuk berbahagia, sebab dia kembali ke rumah ini!” seru Catherine. “Itulah mengapa kita menyiapkan begitu banyak makanan.”Dia tersenyum pada Wilson Wijaya sebelum berkata, “Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya!”Wilson te
“Kamu sudah memberi contoh yang salah sebagai orang tua! Orang tua macam apa yang membuang anaknya dari rumah mereka ketika dia sedang hamil dua bulan? Kenapa?” Mata Amanda kian melebar dan nada suaranya semakin meninggi saat dia mengimbuhkan, “Lebih memalukannya lagi, aku yakin orang-orang di belakang kalian membicarakan soal perilaku memalukan kalian yang sudah kalian lakukan pada anak yang kalian akui sebagai anak kalian sendiri!”Amanda menatap Catherine dan Wilson berulang kali sebelum mengimbuhkan, “Kalau Sarah masih hidup, dia tidak akan pernah menelantarkan anaknya sendiri! Sudah jelas sekali, Wilson, istri barumu ini sangatlah tidak sebanding dengan Sarah. Dia dan anaknya bahkan berani sekali mengungkit masa lalu Samantha seolah yang dilakukannya itu dosa terburuk di muka bumi ini!”Perkataan Amanda membuat seisi ruangan hening. Semua orang melihat bahwa wibawa Wilson seketika jatuh dan wajah Catherine memucat. Setelah itu, Amanda kembali berbicara, “Aku mau tahu, mana yang l
Rasa iri terlihat di mata Annie saat melihat bagaimana putri kecil Samantha dengan mudah memenangkan hati ayah angkatnya. Dia merasa kesal melihat Samantha bisa punya anak semanis itu, meskipun mereka adalah hasil dari tidur dengan pria tua jelek.Saat dia berpikir kecemburuannya sudah memuncak, Ethan masuk sambil menggendong seorang anak laki-laki yang persis seperti dirinya, versi kecil dari Ethan Waskito yang hebat! Annie Wijaya mendapati dirinya tertegun melihat Ethan dan anak kecil itu. Dia hampir tidak mendengar perkenalan yang diucapkan Samantha, hanya fokus pada kemiripan mereka.Akhirnya, calon Ibu mertuanya memecah keheningan dan bertanya, “K ... Kenapa putramu bisa begitu mirip dengan Ethan?”"Ya, kebetulan sekali," Ayah angkatnya, Wilson Wijaya, turut menimpali, sambil melihat bolak-balik antara Ethan dan anak laki-laki itu.“Um ... tidak, sebenarnya, Ayah ... Ini bukan kebetulan,” Annie mendengar Samantha menjawab, wajahnya hampir memerah saat mengucapkan kata-kata itu.Me
“Sayang, ayo makan! Aku lapar.” Samantha menoleh ke belakangnya dan melihat suaminya yang tengah menghampirinya di dapur. Ethan dan Samantha sudah menyuruh seluruh pelayan dan staf di rumah untuk libur selama seminggu, kecuali satpam mereka yang masih menjaga pintu depan. Selama dua hari terakhir, mereka memesan makanan atau terkadang memasak sendiri. Setelah berhubungan badan beberapa kali kemarin, Samantha merasa lapar pada pukul tiga pagi. Dia tidak tega untuk membangunkan suaminya, jadi dia membiarkannya tertidur selama dia bangun. Meskipun dia kesulitan berjalan, dia berhasil berjalan ke dapur untuk membuat sarapan di pagi buta. Ethan lega akhirnya menemukan istrinya, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya. Dia mencium pipinya dan berkata, “Ingatkah saat kubilang jangan meninggalkanku sendirian di kasur?”Samantha dicium sekali lagi dan tertawa kecil saat menoleh ke suaminya. Dia melingkarkan tangannya ke lehernya dan mencium bibir kecil Ethan. Dia berkata, “Kamu terlihat
Sekarang saatnya bagi Ethan untuk memuaskan istrinya. Samantha sedang menelungkup di kasur dengan sepenuhnya telanjang dan dia tengah menikmati pijatan lembut dari suaminya. Ethan meremas bahunya dan bertanya, “Bagaimana kalau di sini?”“Oh, iya, di situ. Rasanya enak,” ujar Samantha. “Mmmm.”Mereka sama-sama telanjang dan kaki terbuka lebar, Ethan duduk di belakang istrinya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menurunkan tangannya ke punggungnya. Saat dia meminyaki tubuhnya, dia tidak ketinggalan meraih payudara. Dia meremasnya dengan baik sebelum melanjutkan pijatannya. Tindakannya membuat Samantha terkekeh. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan denganmu, Ethan." Sembari mendesis melihat sosok istrinya yang luar biasa, dia meremas dagingnya yang bulat dan berkata, "Aku tidak bisa menahannya. Istriku sangat seksi dan aku sangat beruntung bisa bercinta dengannya siang dan malam." Kejantanan Ethan sudah naik dan berulang kali mempermainkan pantat istrinya, sem
Dua hari berlalu.“Pak Waskito, apakah kamu pernah dengar tentang wanita yang katanya sembuh dari penyakit mereka saat hamil?” tanya Dr. Shannon Susanto lewat telepon, setelah berbicara dengan Ethan.Ethan mengerutkan dahi. Dia menoleh ke arah istrinya yang tertidur di ranjang rumah sakit di malam hari sebelum menjawab, “Aku pernah dengar soal itu, seingatku, iya.”“Penyakit Crohn, rematik, autoimun, ini hanya beberapa penyakit yang katanya sembuh setelah wanita-wanita ini hamil!” Shannon menghela napas sebelum melanjutkan, “Tadi malam, kami akhirnya bertemu korban ketiga yang bertahan dari penyakit Kannareth dan sama seperti dua lainnya, dia juga hamil. Lalu! Tiba-tiba, gejala-gejala penyakit Kannareth itu tidak pernah muncul lagi!”“Kamu bilang ... kehamilan adalah obatnya?” Ethan bertanya ragu sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Yah, secara teknis, belum ada obatnya, tapi kehamilan itu sendiri, perubahan di tubuh wanita, peningkatan hormon, perubahan enzim tubuh, semuanya mung
“Aku akan memberikan segalanya, sahamku di perusahaan, kekayaanku! Berikan saja aku obatnya!" pinta Ethan sambil menghentakkan tangannya ke meja.Steven hanya tertawa di hadapannya, wajahnya bengkak dan lebam. Dia mendengus dan mencondongkan tubuh ke depan, berkata, "Ethan. Bukankah aku sudah memberi syaratku?""Kami tidak akan mengajukan tuntutan terhadapmu seperti yang kamu minta!" Ethan membalas dengan matanya menyipit.Namun, Steven malah tertawa lebih keras, begitu keras hingga dia nyaris tersedak. Setelah membersihkan tenggorokannya, Steven mengingatkan, "Permintaanku tetap tidak berubah, Ethan. Syarat terakhirku adalah tidur dengan istrimu, dan aku akan pastikan aku membuatnya hamil!""Sialan kamu, Steven!" Sekali lagi, Ethan melayangkan pukulan ke Steven.Ethan meraih kerah bajunya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah menyentuh istriku! Itu tidak akan pernah terjadi!""Kalau kamu tidak akan memberikan obatnya, maka aku akan menginvestasikan semua uangku ke Farmasi U! Itu tidak
Hanya dalam tiga hari, Ethan dan Wilson berhasil mengumpulkan bukti yang cukup untuk memberatkan Galuh dan Steven atas percobaan penculikan Samantha.Hacker Ethan, Aiden, juga berhasil menemukan komunikasi antara ayah dan anak itu, yang mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam rencana tersebut. Meskipun Aiden belum menemukan informasi tentang obat penawar, mereka setidaknya punya cukup bukti untuk menahan keduanya.Dengan pengaruh Wilson, mereka ditempatkan di penjara militer untuk diinterogasi dan akan tetap di sana sampai jenderal merasa puas dengan jawaban yang mereka berikan.Di situlah Steven mengungkapkan rahasia obat penawar kepada Ethan.Duduk di depan meja, Steven tersenyum mengejek meskipun dia dikurung. Ada beberapa memar di wajahnya, tapi dia tetap percaya diri.Di depan Ethan, dia berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan apa obat penawarnya, Ethan. Jadi semua ini?” Steven mengangkat bahu, melirik ke arah para penjaga militer di sekitarnya. “Semua ini sia-sia.”Dia menunju
“Pak Waskito, senang bertemu denganmu.” Seorang wanita berusia akhir dua puluhan menjulurkan tangannya kepada Ethan setelah tiba di fasilitas penelitian Farmasi U. "Aku Dr. Shannon Susanto, kita sudah berbicara lewat telepon.""Terima kasih sudah meluangkan waktu bertemu denganku secepat ini," kata Ethan sambil menjabat tangannya.Di dalam kantor Shannon, Ethan berbicara dengan ditemani seorang tentara yang mengikutinya.Duduk di depan Shannon, Ethan langsung berkata, "Dr. Susanto, aku tidak ingin membuang waktu kita. Belum lama ini, sekelompok pria mencoba menculik istriku. Mereka gagal, tapi mereka menyuntiknya dengan penyakit Kannareth.""Ya ampun!" Wanita itu terkejut. Wajahnya menunjukkan campuran rasa jijik dan takut. "Siapa yang tega melakukan itu?""Itu yang coba aku cari tahu, tapi aku punya kecurigaan," jawab Ethan. Dia menarik nafas dalam dan mendekat ke meja, "Dr. Susanto, aku menempuh perjalanan dua jam dengan jet pribadi untuk menemuimu agar aku bisa mendapatkan jawaban u
Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann
Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu
“Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya