Jerry mendadak terduduk di lantai. Ekspresinya terlihat sedikit linglung.“Sesuatu terjadi dengan Marlin? Semua karena sup abalon yang aku kasih?” gumam Jerry dengan bibir bergetar.Juanita menatapnya dalam diam. Dalam hatinya tidak ada emosi apa pun dan hanya merasa konyol. Sampai detik ini lelaki itu masih mencoba bersandiwara bahwa dia sangat menyesal. Sungguh sulit di percaya.Dia malas untuk mencari tahu apakah Jerry jujur atau hanya bohong belaka. Yang pasti, apa pun itu Jerry tidak akan mendapatkan maaf dari dirinya. Sebelum Juanita menunjukkan respons apa pun, terlihat Santi yang mendadak menggila.Melihat Jerry yang tampak sedih, dia merasa marah dan tidak terima. Perempuan itu bangkit berdiri dan menunjuk lelaki itu sambil berseru, “Jerry, sudah kuduga kamu nggak bisa melupakan perempuan licik itu! Meski dia penyakitan dan sudah akan mati, kamu tetap tidak bisa melupakan dia!”“Santi! Jaga ucapanmu!” kata Jerry dengan kening berkerut. Ucapan Santi membuatnya sangat tidak nyam
Begitu Tommy masuk, semua orang yang berada di dalam ruangan tercengang seketika. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka bahwa Tommy akan datang saat itu.Tatapan mata Tommy yang tajam, langsung tertuju ke belakang badan Juanita. Pisau dapur yang sedang dipegang Nanda berkilat memantulkan cahaya lampu ruangan, sebaliknya wajah Tommy langsung berubah gelap. Pria itu maju beberapa langkah hingga tepat di depan Nanda, lalu merebut pisau dapur tersebut hanya dalam beberapa Gerakan.Nanda sangat terkejut oleh serangan Tommy yang mendadak ini, melihat pisau dapurnya telah direbut oleh Tommy dengan begitu cepat, perempuan itu pun mulai merasa takut dan melangkah mundur.”A … apa yang mau kamu lakukan? Aku peringatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhku sehelai rambut pun, keluarga Sandoro nggak akan melepaskan kamu begitu saja!”Walaupun ucapan perempuan itu terdengar begitu berani dan mengancam, raut wajahnya yang ketakutan telah menunjukkan suasana hati Nanda yang sebenarnya saat itu
Berhubung ketika keluar tadi sudah larut malam, sehingga Tommy memutuskan untuk tidak memanggil supirnya dan langsung membawa sendiri mobil tersebut.Juanita dan Jingga duduk di kursi belakang, melihat Tommy yang duduk di kursi pengemudi dan serius mengemudi untuk mereka, hati Juanita pun merasa tidak enak.Mengapa dirinya seperti setiap hari terus menerus membuat masalah untuk Tommy selesaikan? Juanita melirik sekilas ke arah Tommy, lalu pelan-pelan menundukkan kepalanya.Tommy yang sudah dari awal menyadari tatapan Juanita melalui kaca spion tengah, hanya tersenyum kecil dan tidak mengatakan apa pun.Akhirnya mobil yang dikendarai oleh Tommy tiba di depan tempat tinggal Juanita. Juanita menggandeng Jingga turun dari mobil, lalu berpamitan kepada pria itu. “Terima kasih kamu sudah mengantar kami berdua pulang ke rumah …, terima kasih juga … kamu sudah mau datang untuk menyelamatkan aku.”Tommy menjawab dengan raut wajah yang datar, tanpa ekspresi, “Bukan hal besar, aku hanya nggak ing
“Aahh ….” Juanita buru-buru mengalihkan pandangannya, lalu berkata dengan sedikit canggung, “Nggak apa-apa. Mmm …, aku lihat kamu juga udah hampir selesai makan, aku sekalian bereskan, yah. Sudah sangat malam, menurutku kamu juga sudah seharusnya pulang?”Tommy awalnya sudah meletakkan sendok makannya, tapi begitu mendengar Juanita yang sepertinya bermaksud untuk meminta dirinya cepat-cepat pergi, pria itu kembali mengangkat sendoknya, “Nggak, aku belum selesai makan.”“Tapi …, tadi jelas-jelas kamu sudah menaruh sendok kamu,” ucap Juanita menatap Tommy dengan tatapan kebingungan. Perempuan itu merasa semakin lama dirinya semakin tidak mengerti pikiran Tommy.Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Tommy kembali menyendok sayur ke piringnya, “Kenapa? Siapa yang bilang kalau sudah menaruh sendoknya berarti dia nggak akan makan lagi?” ucap pria itu.“Baiklah kalau begitu, kamu lanjutkan saja makan kamu.” Melihat hal tersebut, Juanita tidak mengindahkan lagi pria itu, dirinya hanya mengangkat
Tanya menangkap raut wajah kecewa dan sedih milik Juanita. Perempuan itu pun langsung tersenyum puas. Bukankah tujuan perempuan itu malam-malam datang ke tempat Juanita, memang untuk ini?Juanita melihat Tanya yang terus memerhatikannya, langsung merasa panik. Takut perempuan itu tahu perasaan sedih dan kecewanya, Juanita buru-buru membuang mukanya ke samping, “Itu …, apa masih ada hal lainnya lagi?”Sikap Juanita ini sudah membuat Tanya puas, sehingga perempuan itu pun memutuskan untuk menyelesaikan urusannya di sini. “Sudah nggak ada lagi. Begini saja, kita janjian satu waktu, aku akan membawa kamu untuk mendiskusikan urusan pekerjaan. Bagaimana kalau besok?”“Besok … sepertinya aku nggak bisa ….” Tanpa sadar sorot mata Juanita masih berusaha mengelak tatapan mata Tanya.Tanya langsung cemberut melihat hal ini, perempuan itu kembali berkata dengan nada menyindir, “Ya sudah, nggak apa-apa. Lusa juga boleh, lagi pula waktu ku banyak, kamu sekarang nggak ada pekerjaan seharusnya juga ng
Ketika Hendri dan Tommy berdiri berhadapan, suasana penuh ketegangan. Tommy, yang sebelumnya melihat keadaan di ruang sakit, merasa jengkel. Namun, begitu Juanita menyentuh lengannya, emosinya mereda. Sebuah senyum tipis terlihat di wajah Tommy.Tommy membiarkan Juanita merangkulnya, hingga keduanya berdiri sangat dekat. Hendri hanya bisa menatap dengan perasaan kaget. Bukankah dulu mereka hanya sekedar berpacaran? Apa yang membuat hubungan mereka berubah begitu drastis?Dalam hati, Hendri berharap Juanita hanya bercanda. Dia berinisiatif untuk mendekati Juanita. Namun, Tommy langsung berdiri di antara mereka. "Kamu nggak ingin rasakan pukulanku lagi, ‘kan?" kata Tommy dengan nada ancaman.Ingatan Hendri kembali pada saat dia pernah dipukul oleh Tommy. Mencoba meredakan suasana, Hendri berkata, "Tommy, aku hanya ingin membantu. Juanita dan aku punya kenangan bersama."Juanita, yang lebih tahu Hendri, merasa tidak nyaman dengan kehadirannya. "Ada batas-batas yang seharusnya kamu tahu,"
Di lingkungan tempat Juanita tinggal, atmosfer sedikit tegang. Sebuah Audi hitam parkir, dan di dalamnya Nanda berbicara dengan dua pria yang tampak seperti preman."Ini detailnya, Juanita di E 405. Kalian punya setengah jam," kata Nanda dengan suara datar.Pria pertama mengangguk yakin, "Bu Nanda, percayakan pada kami. Kami spesialis dalam hal ini. Ibu pasti akan puas dengan pekerjaan kami."Tanpa banyak bicara, Nanda menjawab, "Itu yang aku harapkan. Lakukan dengan cepat dan pastikan tanpa jejak."Saat hendak berangkat, salah satu pria bertanya tentang pembayaran. Nanda menatap mereka tajam, "Setelah semuanya selesai dengan baik, kalian akan mendapatkan enam puluh juta. Tapi ingat, jika ada yang salah, aku tak akan ragu memberi hukuman."Dua pria itu tersenyum penuh harapan, membayangkan uang yang akan mereka dapatkan. "Bu Nanda, kami akan menyelesaikan ini dengan sempurna."Mereka segera bergerak, meninggalkan Nanda yang duduk di mobil. Nanda ingin mereka memasang kamera tersembunyi
Juanita dengan mata yang bercahaya menarik lengan Tommy. "Ayo main bareng!" serunya.Mengamati Juanita bersemangat bermain di taman hiburan memang menghibur, namun Tommy merasa kurang nyaman untuk bergabung. "Kamu saja yang main, aku tunggu di sini," tolak Tommy.Juanita nampak sedikit sedih. "Sendirian kan nggak asyik," keluhnya, berusaha menyeret Tommy masuk ke taman.Meski awalnya enggan, Tommy memutuskan untuk menemani Juanita. Dengan pengalamannya bermain di taman hiburan sejak kecil, Juanita bergerak dengan percaya diri. Sementara Tommy terlihat agak kikuk.Juanita terkekeh. "Kamu kurang akrab ya dengan tempat ini?" godanya.Tommy muka merah padam. "Bukan soal itu. Aku cuma merasa ini bukan untukku," kilahnya.Juanita melihat Tommy dengan tatapan dalam, "Bukannya kamu yang mengajakku ke sini untuk bersenang-senang? Aku lebih suka kalau kamu juga ikut."Tommy menangkap sedikit keraguan di mata Juanita. "Eh maksudku, terima kasih sudah ajak aku ke sini," kata Juanita cepat-cepat, m
Setelah Tommy selesai bicara, Juanita yang merasa bersalah menunduk. Hati Tommy melunak saat melihat sikap Juanita, tetapi Tommy harus menegaskan beberapa hal kepada Juanita. Bagaimanapun, Tommy tidak ingin mengalami hal yang menakutkan seperti ini lagi.Tommy berujar, "Juanita, waktu itu aku benar-benar nggak menyangka kamu berani bersembunyi dariku. Apa kamu tahu aku takut sekali nggak bisa menemukanmu?"Juanita yang merasa bersalah sama sekali tidak berbicara. Tommy tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukanmu, aku masih merasa kesal kepadamu karena kamu nggak percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, kamu bahkan berniat meninggalkanku. Jadi, sekalipun aku tahu keberadaanmu, aku juga sengaja nggak mencarimu. Aku mau kamu tahu apa yang kurasakan supaya kelak kamu nggak berani meninggalkanku lagi."Kelak Juanita tidak akan meninggalkan Tommy lagi. Juanita yang merasa sedih memeluk Tommy dengan erat. Dia tahu kali ini dirinya telah membuat Tommy ketakutan. Setelah melihat
Keluarga Saloza masih merasa kesal setelah meninggalkan lokasi pernikahan. Kenapa pernikahannya bisa berakhir seperti ini? Jelas-jelas, semuanya berjalan dengan lancar dan Tanya hampir menjadi menantu Keluarga Ador. Namun, pengantin wanitanya malah menjadi orang lain dalam sekejap.Di luar lokasi pernikahan, ekspresi Tommy tampak lembut. Apalagi, dia sedang menggendong Juanita yang memakai gaun pengantin. Juanita memukul punggung Tommy sembari berkata, "Turunkan aku dulu."Tommy menuruti perkataan Juanita, sepertinya dia khawatir Juanita merasa tidak nyaman karena sedang hamil. Juanita bertanya, "Apa kita akan pergi sekarang? Bagaimana dengan keluargamu dan Keluarga Saloza?" Juanita khawatir masalah ini akan memengaruhi Tommy.Tommy malah mengalihkan topik pembicaraan, "Apa tadi kamu terkejut?"Juanita mengatupkan bibirnya dan tidak menanggapi ucapan Tommy. Sewaktu menyadari keberadaannya, jantung Juanita berdegup kencang. Namun ... kapan Tommy mulai merencanakan semua ini?Tommy melir
Pernikahan menjadi kacau sehingga tidak bisa dilanjutkan lagi. Para tamu mulai heboh karena tidak menyangka pernikahan bisa berakhir seperti ini. Kejadian hari ini telah mempermalukan kedua keluarga, jadi pengurus rumah segera bertindak dan menyuruh para pengawal untuk mengantar semua tamu keluar. Dengan demikian, kedua keluarga bisa menyelesaikan masalah hari ini.Akhirnya, hanya tersisa anggota dari kedua keluarga di lokasi pernikahan. Juanita yang tidak tahu harus berbuat apa merasa sangat panik. Hanya saja, Juanita tahu sekarang dia tidak boleh pergi. Dia harus menemani Tommy untuk menghadapi semua permasalahan, apalagi sekarang Tommy berada di sisinya.Keberadaan Tommy sudah cukup memberi Juanita rasa aman. Jadi, Juanita hanya panik sesaat, lalu dia berusaha menenangkan dirinya.Aula yang awalnya dipenuhi orang-orang seketika menjadi sunyi setelah para tamu lainnya pergi. Anggota Keluarga Saloza tidak menyangka Tommy akan bertindak seperti ini dan mempermalukan mereka. Semua anggo
Tommy tersenyum ketika mendengar jawaban Juanita. Tommy tahu Juanita pasti bersedia menikahinya. Tommy dan Juanita telah mengalami banyak rintangan, sekarang akhirnya mereka bisa menikah. Tommy tidak mungkin melepaskan kesempatan yang begitu bagus.Semua tamu merasa sangat senang melihat pasangan mempelai yang berdiri di atas panggung, kecuali Ruben. Dia terus mengamati Juanita dan merasa ada yang tidak beres, terutama saat Juanita bersuara. Ruben pernah bertemu dengan Tanya. Meskipun mereka jarang berhubungan, Ruben bisa mengenali suara Tanya.Tadi, suara wanita itu memang sangat mirip dengan Tanya, tetapi Ruben merasa wanita itu bukan Tanya. Sebenarnya, Ruben ingin mengekspos mereka. Hanya saja, Ruben tidak terlalu yakin sehingga tidak berani bertindak gegabah. Kemudian, pendeta berucap, "Selanjutnya, saatnya sepasang mempelai bertukar cincin."Juanita gemetaran begitu mendengar suara pendeta. Hanya tinggal selangkah lagi, Juanita akan menjadi istri Tommy secara sah dan anaknya bisa
Di dalam aula, Tommy berdiri di depan pendeta sembari menunggu pengantinnya dengan sabar. Di bawah tatapan serius orang-orang, pintu akhirnya dibuka, lalu disusul oleh sosok cantik yang berjalan masuk. Wajah wanita itu ditutup oleh kerudung, jadi mereka tidak bisa melihat parasnya. Sementara itu, gaun yang pas badan membuat si pengantin tampak sangat menawan."Wow, pengantinnya cantik sekali!""Benar, mereka memang serasi!"Para tamu mulai memuji sembari bertepuk tangan. Pada saat yang sama, banyak kelopak bunga yang berjatuhan.Ketika mendengar suara-suara itu, Juanita sungguh terkejut. Dia tidak menduga hasilnya akan menjadi seperti ini.Tangan Juanita terkepal erat. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup ini. Sebuah pemikiran yang tidak pernah ada bahkan tiba-tiba muncul dalam benaknya, yaitu melarikan diri dari tempat ini.Orang yang berjalan di samping Juanita merasakan keanehan ini. Dia pun berbisik, "Demi masa depan anakmu, kamu harus terus berjalan."Juanita merasa dirinya sedan
Beberapa saat kemudian, mobil akhirnya tiba di suatu tempat. Juanita pun dibawa turun oleh kedua pengawal itu.Juanita tidak berteriak-teriak lagi sekarang. Dia berusaha untuk tenang meskipun merasa sangat takut. Kini, banyak adegan penculikan dan pemerkosaan yang terlintas di benaknya.Entah sudah berapa kali Juanita hampir mengalami peristiwa seperti itu. Makin dipikirkan, dia merasa makin getir.Namun, yang menyambutnya bukanlah suara galak pria. Juanita seperti dibawa ke suatu tempat, lalu mendengar suara beberapa orang wanita."Bawa dia masuk," perintah seorang wanita dengan tegas. Kemudian, Juanita pun dibawa masuk oleh kedua wanita.Setelah melewati tirai, kedua wanita itu mengulurkan tangan dan membantu Juanita melepaskan baju. Juanita sontak panik. Dia berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian kalau macam-macam!"Kedua wanita itu tidak berbicara, melainkan terus membantu Juanita melepaskan pakaiannya. Mana mungkin Juanita membiarkannya begitu saja, dia pun
Meskipun berpikir demikian, para wanita muda itu tidak memiliki latar belakang seperti Tanya. Jadi, mereka tidak bisa menjadi istri dari pria terhebat di Kota Andara. Mereka hanya bisa menjadi saksi dari pernikahan ini. Bagaimanapun, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka.Saat ini, Tanya yang berada di kamar rias menggigit bibirnya karena tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau bukan karena harus menjaga citranya yang lemah lembut, dia pasti sudah melompat dan berlari kegirangan, lalu memberi tahu semua orang di dunia ini bahwa dirinya akan menjadi istri Tommy.Ruben dan Yolanda juga berada di kamar rias. Ketika melihat wajah cantik Tanya, Yolanda pun memuji, "Cantik sekali, kamu sudah pasti pengantin tercantik di dunia ini."Tanya pun menunduk sembari tersenyum manis. Melihat ini, Ruben segera memuji, "Siapa yang tidak jatuh cinta melihat kecantikan Nona Besar Keluarga Saloza?"Tanya menjadi besar kepala karena terus dipuji. Wanita mana yang tidak senang saat dipuji oleh p
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang