Keesokan harinya, Andre yang terlihat marah melemparkan koran ke atas meja. "Sialan, begitu ada masalah, orang-orang tua itu langsung buru-buru menjauhiku. Benar-benar habis manis sepah dibuang!"Sejak konferensi pers diadakan, saham Keluarga Setiawan anjlok parah, bahkan mengalami penurunan sebesar 3% hanya dalam satu minggu. Kemerosotan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Segala macam berita negatif juga bermunculan hingga membuat seluruh perusahaan sangat sibuk. Dewan direksi menegur Andre dengan serius dan memberikan batasan waktu dua minggu untuk menyelesaikan masalah ini. Keputusan dewan direksi membuat Andre makin kesal karena dia merasa bahwa masalah ini tidak bisa diatasi sendirian. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya asisten dengan agak gugup."Mau bagaimana lagi? Kita harus berusaha menunda urusan ini atau mengalihkan tanggung jawab ini ke orang lain. Kalau nggak, situasinya akan sangat gawat!" jawab Andre dengan kesal. Raut wajahnya dipenuhi dengan kebencian.
Setelah pesta berakhir, sebagian orang berencana pergi ke KTV untuk karaoke. "Bu Juanita mau ikut dengan kami?" Beberapa gadis mengajak Juanita. Bagi mereka, Juanita adalah idola. Bukan hanya mahir mengelola perusahaan, Juanita selalu sukses membuat produk baru perusahaan mendapatkan penilaian tinggi.Jika tidak dijebak oleh orang jahat, produk baru mereka pasti akan menggemparkan industri kosmetik. Namun, dalam waktu yang singkat, Juanita dapat menemukan bukti yang cukup untuk menegaskan bahwa perusahaan tidak bersalah sekaligus menghukum Setiawan Group. Hal ini sudah sangat luar biasa.Juanita mengambil tasnya dan menggelengkan kepala. "Nggak saja, deh. Aku mau pulang lebih awal." "Bu Juanita …," ucap salah satu gadis yang ingin membujuk Juanita. Bagaimanapun, Juanita memiliki manajemen waktu yang ketat. Dia jarang sekali bisa bermain dengan semuanya hingga selarut ini. Jadi, mereka enggan untuk membiarkannya pulang. Pada saat yang sama, gadis lain di sebelah segera menarik tangan
Setelah bangun dan bersandar di tepi ranjang, Juanita memijat bagian pelipis karena kepalanya terasa sangat berat. Saat ini juga, pintu kamar terbuka."Sudah bangun? Nggak enak badan, ya?" tanya Tommy yang segera menghampiri ketika melihat Juanita memijat kepalanya.Juanita menggelengkan kepala dan menjawab, "Nggak." "Ayo minum sup pereda pengar dulu," ucap Tommy seraya memapah Juanita dan menyerahkan sup tersebut kepadanya. Juanita memang kurang pandai minum alkohol. Tentu saja, dia merasa pusing setelah minum alkohol semalam, apalagi dalam kondisi hamil. Jadi, Tommy meminta pelayan membuat semangkuk sup pereda pengar. Juanita mengambil sup tersebut dan mencicipinya. Suhu sup terasa sangat pas di lidah sehingga Juanita langsung meneguknya sampai habis. Setelah meminum sup yang hangat, Juanita merasa jauh lebih baik. Dia menyeka mulutnya dan bertanya, "Kamu nggak kerja hari ini?" "Kerja, kok," jawab Tommy seraya menaruh mangkuk di nakas. Kemudian, dia mengambil selembar tisu dan men
Ketika keduanya pulang, matahari sudah terbenam. Begitu masuk, Juanita seketika melihat seorang wanita di dalam. Wanita itu sedang duduk di sofa dengan tenang. Lampu dan TV di ruang tamu pun menyala.Begitu mendengar suara pintu terbuka, wanita itu menoleh dan menatap Juanita lekat-lekat. Saat ini, Juanita pun mengamatinya dengan saksama.Wanita ini tampak menawan dan cantik. Karena mengenakan pakaian pendek, pahanya yang ramping dan putih terpampang dengan jelas. Terusan merah yang dikenakannya pun memperlihatkan tubuhnya yang seksi dengan sempurna. Sementara itu, matanya yang tajam membuatnya tampak berkarisma.Meskipun tidak bisa dikatakan sebagai yang tercantik, Juanita yakin bahwa wanita ini termasuk salah satu wanita cantik di kota ini. Bahkan, karismanya jelas adalah sesuatu yang tidak bisa diremehkan oleh orang biasa."Kamu ...." Juanita tertegun sejenak sebelum bersuara untuk bertanya.Sebelum selesai bertanya, Tommy yang berdiri di samping dan menatap dengan tidak percaya son
Setelah Serafina pergi, Juanita merasa kalut. Bagaimanapun, Serafina adalah Nona Besar Keluarga Ador. Serafina memang tidak bersikap sinis kepadanya, tetapi ada kesenjangan status di antara Juanita dan Serafina. Mungkin ... Serafina juga diam-diam tidak menerima Juanita.Selain itu, pasti banyak anggota Keluarga Ador yang menghadiri pesta penyambutan tersebut. Jika Juanita datang ke pesta itu, bukankah itu sama saja dengan menghadiri acara Keluarga Ador? Juanita tahu jelas Keluarga Ador tidak menerima keberadaannya. Jadi, dia merasa takut.Saat memikirkan hal ini, Juanita merasa pusing. Bahkan, dia berniat untuk menghindar. Kalau dia tidak pergi ... mungkin masalahnya tidak akan begitu runyam."Kenapa? Kamu takut?" tanya Tommy. Dia yang berdiri di samping terus mengamati ekspresi Juanita yang tampak bimbang.Setelah ragu-ragu sejenak, Juanita mengangguk dan menyahut, "Um ..."Tommy merasa sedih saat melihat ekspresi Juanita yang cemas. Tommy tahu anggota Keluarga Ador tidak menerima Ju
Keesokan harinya, Juanita pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Marlin setelah mengantar Jingga ke sekolah."Ma," panggil Juanita. Dia meletakkan buah dan suplemen yang dibelinya di rak rumah sakit.Melihat Juanita datang, Marlin pun berhenti menyulam. Belakangan ini, Marlin merasa bosan di rumah sakit sehingga dia menyuruh Juanita untuk membeli alat sulam untuknya. Marlin mengeluh, "Kenapa kamu membawa begitu banyak barang? Aku pun nggak sempat makan kalau begitu banyak, yang kemarin kamu beli juga belum habis dimakan.""Nggak apa-apa. Kalau begitu, simpan dulu. Kamu pelan-pelan habiskan saja," ucap Juanita seraya tersenyum.Juanita baru datang hari ini karena ada waktu luang. Jika nanti dia sibuk dengan urusan perusahaan, entah kapan lagi Juanita bisa datang. Jadi, Juanita membeli lebih banyak persediaan."Hari ini kamu nggak ke kantor?" tanya Marlin. Mungkin karena dia sudah lama tidak melihat putrinya. Sebelumnya, Marlin terus memperhatikan masalah yang menimpa perusahaan Juanita da
Mungkin pemikiran seperti ini sangat tidak bermoral. Namun, melihat kondisi Marlin yang kesulitan sekarang, Juanita merasa kesal. Sementara itu, Santi dan Nanda malah hidup begitu bebas. Marlin benar-benar menderita."Oke, aku tahu. Terima kasih," ucap Juanita. Dia sudah mendapatkan informasi yang diinginkannya, jadi dia hendak pergi. Juanita berpamitan, "Kalau nggak ada masalah lain lagi, aku pergi dulu."Selesai bicara, Juanita langsung berdiri. Namun, Hendri langsung meraih pergelangan tangan Juanita dan berujar, "Tunggu dulu."Juanita berbalik dan memelototi Hendri. Sekarang, Juanita adalah istri Tommy. Tidak semestinya Hendri menggandeng tangan Juanita di depan umum seperti ini.Hendri tahu dia terlalu gegabah sehingga langsung menarik tangannya. Hendri menggaruk kepala sembari berkata, "Aku mau traktir kamu makan malam."Juanita menggeleng dan menyahut, "Nggak usah. Aku mau menjemput Ingga, dia akan pulang sekolah sebentar lagi."Selesai bicara, Juanita langsung meninggalkan kafe
Setelah selesai makan, Serafina mengantar Juanita dan Jingga pulang dengan mengendarai mobilnya."Maaf sudah membuat Kakak repot," ucap Juanita sesudah sampai di rumah. Kemudian, Juanita menarik lengan Jingga dan berkata, "Ingga, cepat pamitan sama Tante."Sekarang, Jingga sangat menyukai Serafina. Dia melambaikan tangan kepada Serafina dan berujar dengan antusias, "Sampai jumpa, Tante."Serafina mengangguk dan berucap dengan datar, "Sampai jumpa." Sesudah itu, mobil Serafina pun melaju pergi.Juanita baru merasa lega saat melihat mobil Serafina yang menjauh. Sebenarnya, Juanita merasa sangat gugup ketika Serafina mengajaknya bertemu. Bagaimanapun, Juanita tahu seperti apa sikap anggota Keluarga Ador kepadanya. Jadi, Juanita tidak berharap Serafina bisa bersikap ramah kepadanya.Namun, setelah pertemuan kali ini, Juanita merasa seharusnya Serafina adalah orang yang lebih mudah didekati di antara semua anggota Keluarga Ador.Juanita tidak tahu bahwa setelah Serafina pulang, Soraya berta