Bai Jia dan para murid Pagoda Sembilan Naga yang masih hidup baru saja menyelenggarakan upacara pemakaman untuk Min Cun dan saudara mereka yang telah gugur. Setelah melakukan penghormatan kepada roh yang telah pergi, upacara pengangkatan Yuan Zi sebagai ketua perguruan pun dilaksanakan.
Diangkatnya Yuan Zi sebagai ketua Pagoda Sembilan Naga sudah direncanakan oleh Min Cun sejak lama dan semua orang mengetahui serta menyetujuinya. Jadi, begitu Min Cun meninggal, Yuan Zi dan lainnya sudah dapat langsung mengadakan upacara pengangkatan.Sebuah tali suci telah terikat di dahi Yuan Zi sebagai simbol janji suciya untuk Pagoda Sembilan Naga. Pedang leluhur milik perguruan kini juga sudah berada di tangannya.“Semua murid dan pendekar Pagoda Sembilan Naga memberi hormat kepada Ketua Yuan Zi, semoga ketua panjang umur dan sehat selalu!”—semua orang bersujud memberi hormat pada Yuan Zi....Setelah upacara selesai, Bai Jia dan Yuan Zi keBai Jia kembali menuju Diyu. Namun, kali ini dia tidak datang sendiri atau datang sebagai tawanan. Dia datang bersama dengan pasukannya.“Hormat kepada Pangeran Gui Tian!” sapa Wen Xiu Ji yang menyambut Bai Jia di gerbang utara.“Apakah semuanya aman, Tuan?” tanya Bai Jia.“Pangeran tenang saja! saya sudah mengatur kedatangan Pangeran, Jenderal Dou Yin juga sudah menunggu Anda di kamp utara.”“Apa hal ini tidak akan memicu curiga Hou Cun?”“Tidak akan, Pangeran. raja Hou Cun sendiri yang selama ini menempatkan jenderal Dou Yin di utara, beliau masih berpikir bahwa putra keluarga Tjin tidak akan pernah berkongko dengan keluarga Wen. Raja Hou Cun, dia tidak tahu bahwa hubungan antara jenderal Dou Yin dan keluarga Wen kami sangatlah baik.”Bai Jia mengangguk paham—“Baguslah kalau begitu! ... baiklah, mari kita pergi sekarang!”“Lewat sini, Pangeran.”Bai Jia dengan dipandu langsung oleh Wen Xiu Ji l
Sesuai dengan perintah Bai Jia, Dou Yin menyebarkan berita kembalinya Gui Tian ke seluruh pelosok Diyu. Dia mengirimkan pesan melalui burung hantu kepada para pejabat, menancapkan panah berisi pengumuman di pusat-pusat kota, dan menyebarkan dari mulut ke mulut orang-orang di pasar.Hanya dalam waktu singkat kabar tentang Gui Tian itupun menyebar ke seluruh Diyu. Kini semua orang sudah tahu bahwa putra mendiang raja Lei Cun masih hidup dan saat ini berada di Diyu.Banyak dari rakyat Diyu yang merasa mendapat hawa segar dengan adanya berita tersebut. Namun, tidak sedikit pula pihak-pihak yang merasa itu adalah kabar buruk dan berbahaya untuk mereka.Salah seorang bawahan Hou Cun mengambil salah satu pengumuman yang tertancap panah di alun-alun kota. Dia membawanya untuk diperlihatkan kepada Hou Cun.WUP!Pengumuman tersebut habis terbakar di tangan Hou Cun. “Berita sampah!” gumam Hou Cun yang jengkel, “siapa yang menyebarkan berit
Giok milik salah satu jenderal yang sebelumnya dikirim ke Gunung Yin Yang pada akhirnya sampai di tangan Hou Cun. Kembalinya giok tanpa sang pemilik adalah tanda bahwa saat ini pemiliknya telah gugur dalam tugas.Hou Cun membaca pesan dalam kain pembungkus giok tersebut. “Kurang ajar!”—Hou Cun murka. Di dalam kain itu tertulis bahwa Hou Cun tidak perlu lagi mengirim orang ke Gunung Yin Yang karena kitab iblis sudah tidak ada lagi di sana. “Gui Tian, apa anak itu yang mengirim ini padaku? anak itu ... apa anak itu sudah mendapatkan kitab iblis?”Hou Cun mengeratkan genggamannya. Lalu, tidak lama setelah itu ....PYAR!Aura gelap Hou Cun memancar keluar dan menciptakan gelombang energi negatif yang membuat tembikar-tembikar di aula itu pecah. Semua orang yang ada di sana tertunduk takut. Di situasi seperti ini tidak ada satupun yang berani menyela.“Kenapa kalian semua masih diam saja? cepat bawa orang-orang Wen itu pa
Pasukan Bai Jia yang hendak memasuki Istana Diyu dihadang oleh pasukan yang dipimpin oleh dua Jenderal yang merupakan rekan dekat Dou Yin selama ini. Setelah cukup lama mereka saling berhadapan, akhirnya Bai Jia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan langsung disahuti oleh Dou Yin.“Serang ...!” teriak Dou Yin menginstruksi.Hal tersebut segera mendapat balasan dari pihak lawan. “Maju ...!”“Hiya ...!”Perang saudara untuk yang kedua kalinya pun kembali terjadi. Tetap di tempat yang sama seperti belasan tahun lalu, yakni di pelataran luas depan istana Diyu. Tidak hanya tinggal diam, Bai Jia juga ikut bergerak maju. Dia bersama dengan pasukan pemanah berusaha meruntuhkan pertahanan yang ada di atas benteng istana.Di dalam peperangan itu Bai Jia mengeluarkan dan menggunakan berbagai macam senjata dari Junxie-ku. Namun, biarpun demikian, dia berusaha untuk sebisa mungkin tidak membunuh para prajurit Diyu. Bai Jia tidak mau peristiwa yang seharusnya menjadi urusan pribadinya justru men
Di saat Dou Yin akan mengejar Hou Cun yang berusaha melarikan diri, dia dengan cepat dihentikan oleh Bai Jia. “Tidak perlu dikejar!”“Tapi Pangeran ....”“Sementara waktu, aku yakin dia tidak akan sembarangan membuat ulah karena dia butuh waktu untuk memulihkan diri. Namun , sekalipun kalian mengejarnya, bukan tidak mungkin dia masih bisa menghabisi kalian.”Dou Yin tidak bisa membantahnya. Ucapan Bai Jia sangat masuk akal dan dia sadar akan hal itu. Sebelum Bai Jia muncul, di Diyu ini memang hanya Hou Cun keturunan iblis yang paling kuat. Tidak ada yang bisa menandinginya.“Hou Cun tidak mungkin lari begitu saja seperti pengecut, aku yakin dia akan kembali, kita hanya harus terus waspada,”—Bai Jia melihat ke jasad kedua Jenderal yang tadi dilempar Dou Yin—“bersamaan dengan itu, lebih baik kita juga mengurus semua ini.”Usai pertempuran tersebut, Bai Jia mulai memperbaiki kekacauan yang ada di Diyu. Semuanya diawali dari menduduki tahta raja.Di hari penobatannya sebagai raja Diyu, B
Setelah menerima surat dari Bai Jia, Yuan Zi lantas mengutus orang untuk menghadap Raja Mo Cheng. Selain untuk menyampaikan kabar jatuhnya kekuasaan Hou Cun dan naiknya Bai Jia menjadi raja Diyu, dia juga memperingatkan raja untuk memperketat penjagaan di Wuxia.“Jadi, bagaimana sekarang, Ketua?” tanya salah satu pendekar Pagoda Sembilan Naga kepada Yuan Zi di suatu pertemuan.Yuan Zi menjawab, “Kita serahkan penjagaan di Wuxia kepada raja dan para saudara seperguruan lainnya, sementara kita yang ada di sini sebaiknya mulai memimpin kelompok untuk mencari keberadaan Hou Cun dan memperingatkan setiap negeri agar memperketat penjagaan.”“Baik, Ketua, kalau begitu izinkan kami berlima untuk memulai pergerakan!”“Hem, kuizinkan. Lebih cepat kita bergerak akan lebih baik, dan yang perlu kalian ingat ialah segera laporkan padaku begitu kalian menemukan keberadaan Hou Cun! jangan mengambil tindakan di luar itu! kalian bukan tandingannya.”
“Kau!” Betapa terkejutnya Yuan Zi saat tahu siapa yang kini ada di hadapannya. Hou Cun, orang yang dilihat Yuan Zi di pemakaman para leluhur Pagoda Sembilan Naga ternyata adalah musuh terbesar dunia persilatan yang saat ini sedang dicari-cari. “Kau ingin membunuhku?”—Hou Cun menyunggingkan senyum getir—“kau tahu, bukan, bahwa kami para keturunan iblis tidak semudah itu bisa dibunuh oleh orang sepertimu?” Yuan Zi merasa ada yang aneh dari Hou Cun. Hou Cun terlihat seperti orang sedang terluka dan .... “Aku tidak bisa merasakan energi iblisnya,” batin Yuan Zi. Yuan Zi tidak sekali ini bertemu dengan Hou Cun, jadi tentu saja dia tahu energi yang biasanya dikeluarkan oleh Hou Cun. Belum sampai Yuan Zi paham dengan keadaan yang terjadi saat ini, dia kembali dikejutkan oleh Hou Cun yang tiba-tiba jatuh pingsan. Yuan Zi tentu saja bingung dibuatnya. Satu-satun
Yuan Zi membuka mata dan merasakan tubuhnya sangat nyaman berbaring di tempat tidur. Dia melihat langit-langit kamarnya dengan pikiran yang masih belum sadar sepenuhnya. “Apa yang terjadi?” batin Yuan Zi sambil mengingat-ingat.Tidak lama kemudian, kilas balik beberapa hari ini kembali terputar di ingatan Yuan Zi. Dia sontak bangkit dari tempat tidur dan segera mencari keberadaan Hou Cun di kamarnya. Namun, nihil, Hou Cun tidak ada di sana. Yuan Zi semakin panik ketika tidak menemukan topengnya ada di mana pun. “Iblis sialan itu ...!”—Yuan Zi geram.Terpaksa, Yuan Zi keluar dari kamarnya dengan menggunakan cadar sebagai penutup wajah, yang mana hal itu menyita perhatian setiap murid Pagoda Sembilan Naga yang berpapasan dengannya. “Itu tadi ketua?” bisik salah seorang murid kepada murid lainnya. “Benar, itu ketua.”“Jika yang baru saja lewat adalah ketua, lalu siapa yang tadi kita lihat memasuki pagoda?”Para murid tersebut saling menatap satu sama lain. Mereka menebak dalam hati m