Suasana maghrib yang terasa damai ini terasa sangat nyaman. Angin berhembus dengan lembut, tanpa membuat dingin permukaan kulit. Hawa yang sangat bersahabat dan pas untuk berbicara dari hati ke hati.
"Kiara..." Panggil Ray.
"Ya?"
"Mau menikah denganku?"
"..."
"..."
"Eh?"
Mendengar kata-kata dari Ray, Kiara langsung bangun dati tidurnya. Tak lupa ia menggunakan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
"Menikah dengan Anda?" Tanya Kiara menegaskan.
"Hn." Jawab Ray singkat.
Ada yang mengganjal di benak Kiara akan ajakan menikah dari sosok yang selama ini hobinya membuatnya menderita dan menangis di sebagian besar hari-harinya.
Menikah dengan Ray?
"Saya hanya tidak tahu bagaimana Anda berpikir untuk mengucapkan kata-kata seperti itu kepada saya. Semampu saya mencoba memahami Anda, memahami kata-kata dari Anda, tapi Anda terlalu dalam dan gelap untuk diselami... Tuan Ray, saya benar-benar menyimpan rasa
KIARA'S POVSial... sial.. sial.. sialan!Ini pertamanya aku mengumpat karena kekesalan yang aku rasa pada Tuan Ray!Gila! Gila! Gilaaa!Ini benar-benar sangat gila!Ah, maunya apa coba? Aku sendiri tidak tahu apa mauku. Aku ini seperti bebek yang tak bisa keluar kerumunan untuk mencari jalan sendiri.Aku selalu mengikuti segala perintah dari Tuan Ray.Ya...Termasuk perintah untuk menghangatkan tubuhnya.Aku tiga kali ditiduri olehnya terhitung semenjak tadi siang. Ya walau ada jeda beberapa waktu, tapi sama saja, remuk badanku! Lemas sekali. Bahkan hanya untuk menggerakkan jemariku saja sulitnya minta ampun.Ini orang apa iblis sih? Seperti tidak punya rasa lelah dalam permainan intim seperti itu.Aahhh... tubuhku sakit semua!Sudah dua hari disentuh seperti ini terus, jangan bilang Tuan Ray akan melakukannya lagi? Melakukannya tiap hari? Bisa-bisa aku tak bisa berangkat ke kampus karena kelelahan
He he ... Sudah terlalu lama tapi baru nongol. Hemmm, FYI ya, aku itu down berat di PF ini karena pembaca sepi dan tentu saja soal pendapatan. Berusaha bertahan, tapi tidak ada yang komen untuk menyemangati. Ha ha ha, ditambah lagi, aku cukup sibuk dengan novelku di tempat lain yang genrenya komedi romantis. Dibandingkan dengan dark romance ini, bedanya jauh sekali. Aku harus menderita lebih dahulu untuk mengembalikan mood menulisku.Aku sempat tidak percaya diri dengan novelku ini. Selalu berpikir apakah aku seburuk itu dalam merangkai kisah sampai-sampai pembaca sepi, pendapatan sepi, namun ya ... memang seperti itu adanya.Semua jelas karena aku kurang berusaha keras, kurang bertanggung jawab akan novel yang sudah aku buat.Sekali lagi, maafkan aku...Untuk yang tanya kapan dilanjutkan, hmmm... aku tak bisa memberikan janji, tapi aku selalu memiliki mimpi jika novel yang paling berat aku buat ini, akan bisa tamat suatu hari nanti.Makany
Time skip..."Kiara..." Panggil Yuna pelan. Tidak ini lebih terdengar seperti sedang berbisik."Hm?" Kiara tidak menoleh karena saat ini dirinya sedang sibuk dengan sayuran di tangan kirinya dan pisau di tangan kanannya.Ya, sedang memotong sayuran. Sayur wortel lebih tepatnya. Di dekatnya, juga sudah ada tomat dan daun bawang serta seledri yang sudah dipotong rapi.Kiara berniat untuk memasak sup ikan ekstra tomat kesukaannya Ray, calon suaminya."Kiara, memang kau tidak risih?" Tanya Yuna."Risih apanya? Keringat, kah? Bau ya keringatku? Maaf ya, tadi aku sudah mandi, tapi karena harus memasak, keringatku jadi muncul, banyak lagi." Terang Kiara. Ia masih sibuk dengan wortelnya."Bukan itu, tapi kak Ray yang membuat risih!""Tuan Ray?" Kira menaikan sebelah alisnya."Iya, kak Ray!"Kiara lalu menolah ke arah Ray yang memang sedang ada di dapur bersama dirinya dan Yuna.Ia lalu tersenyum pada Ray, dan Ray tentu saja membalas senyumann
"Akhirnya aku bisa lepas dari dia." Kiara merasa sangat lega. Hari ini hari Minggu, harusnya libur dan bisa santai-santai. Namun apa daya, sejak ada Ray di kehidupannya, semua menjadi begitu sibuk. Tidak ada waktu libur untuk bermain-main sesuai keinginan. Jadi Minggunya sibuk 'bermain' dengan Ray."Kwalahan sekali nampaknya kau mengurusi Kaka Ray?" Yuna sekarang sedang duduk di ruang tamu dimana Kiara juga ikut duduk di sana."Sebenarnya tidak sulit, hanya tenaga dia saja yang berlebih, kalau dia belum puas, belum aku dilepas." Kiara mengambil sepotong apel yang ditawari Yuna tanpa omongan, hanya dengan isyrat menyodorkan satu piring berisi berbagai macam potongan buah."Berati kak Ray sekarang sedang tidur?""Hmm... sedang tidur dia. Aku bosan di kamar, makanya aku turun saja.""Kalau dia bangun dan mencarimu sementara kau tidak ada, bagaimana?""Mungkin dia akan kesal?""Kau bisa dihabisi oleh dia!"
Beberapa waktu setelahnya..."Kiara, apa Ray seharian bersama denganmu?" Tanya Ken kepada Kiara.Kiara yang sedang mengiris bawang pun menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh kepada laki-laki yang diketahui sebagai kakaknya Yuna itu. Laki-laki baik hati dan penuh dengan perhatian."Tuan Ray? Dia tidak bersamaku sejak semalam, kak Ken. Memangnya ada apa? Bukankah biasanya dia lembur kalau tidak pulang seperti ini." Ujar Kiara."Begitu kah? Dia tidak datang ke kantor. Sampai kantor bubar, dia juga tidak terlibat di sana. Aku pikir dia bersamamu seperti biasanya.""Tidak... Tuan Ray tidak bersama denganku. Aku juga yakin dia tidak ada di mansion hari ini. Semalam dia pulang, tapi hanya sebentar, lalu pergi lagi. Tidak bilang mau kemana."Ya, semalam Kiara tidak melayani nafsu bejat 'tunangannya' itu seperti yang sudah-sudah. Ray pulang kerja dan terlihat sangat lelah. Kiara pikir, Ray mau istirahat saja tanpa harus melakukan hubungan sex. Namun ternyata, Ray malah pergi lagi entah kemana.
Kiara baru selesai mengerjakan tugas kuliahnya. Lalu ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dan pegal. Setelah itu, ia memberesi meja belajarnya. Mengembalikannya ke tempat semula agar meja belajarnya rapi. Merasa semuanya sudah rapi, Kiara pun minum sisa air mineral yang sebelumnya menemani malam belajarnya."Habis... aku mau ambil lagi air minumnya."Kiara berjalan ke dapur yang ada di lantai satu untuk kembali mengisi gelas minumnya. Memang lumayan jauh dari kamarnya, tapi tidak mengapa, sudah terbiasa. Sudah tidak lelah lagi.Kiara membuka kulkas dan mengambil botol berisi air mineral dingin dari sana ke dalam gelas kosong miliknya."Kiara, kau sedang haus?" Tanya suara laki-laki yang tiba-tiba saja mengagetkan Kiara."Ya Tuhan! Kak Teha, kau membuat diriku sangat kaget!" Ujar Kiara.Maklum, lampu utama sudah dimatikan mengingat hari ini sudah malam. Kebanyakan para penghuni Mansion mewah ini sudah pada tidur. Ketika ada suara cukup keras jelas membuat Kiara sangat kaget. Jan
KIARA'S POVPagi harinya, entah kenapa Tuan Ray mengajakku pergi ke salah satu desainer ternama untuk membuat gaun pernikahan. Padahal, sejak awal aku selalu bilang kepada dirinya jika aku tidak masalah hanya mengenakan gaun pernikahan sederhana yang dijual di toko. Bagiku, yang penting bukan masalah gaun pernikahan yang dipakai, tetapi ikrar pernikahan dan janji kepada Tuhan sebagai sepasang suami istri.Hanya itu...Namun, mengingat Tuan Ray adalah orang yang sangat keras kepala dan mutlak, aku tidak bisa sembarangan menolak perintah darinya. Aku terlalu takut dia akan memberikan hukuman kepadaku."Ayo turun..." Ujar Tuan Ray ketika kami akhirnya sampai di parkiran Butik milik desainer fashion ternama itu.Twinflame Boutique."Iya."Kami pun turun dan segera masuk ke butik itu. Ini memang butik khusus yang menyediakan apapun yang berhubungan dengan pernikahan, terutama pakaian. Butik ini ada dua lantai dan cukup luas. Banyak pengunjung yang datang, termasuk kami.Ah, mereka adalah se
RAY'S POVMataku perlahan-lahan terbuka dari rasa lelahku. Ah, aku sempat tertidur rupanya, meski tidak lama. Jam berapa sekarang?Entahlah, aku terlalu malas mengambil jam tangan milikku di atas nakas hotel.Hotel?Benar, aku ingat, aku sekarang sedang berada di hotel.Aku menengadahkan wajahku ke samping kanan dan melihat punggung seseorang yang tidur di sampingku. Seingatku, aku selalu tidur sendirian dalam kamarku, kecuali 2-3 bulan akhir-akhir ini. Seorang wanita yang ku hancurkan masa depannya selalu menemani tidurku.Saat kulihat rambut panjang wanita itu tergerai di punggungnya, ingatan erotis yang terjadi sebelumnya berputar di benakku. Yang tadi benar-benar sangat panas.Aku kembali membayangkan saat-saat dimana aku berbagi kenikmatan dengan Kiara. Wajah pasrah Kiara saat tubuhnya terbaring lemah menerima gerakkan kejantananku, suara desahan dan erangan ketika dirinya menyebut namaku, terdengar mengalun merdu tanpa henti dari bibir merah mudanya. Lalu, pancaran kepuasan yan