Seminggu kemudian...Yuna merentangkan kedua tangannya dan melakukan stretching untuk meredakan rasa pegal di lengannya."Beres! Akhirnya seminggu ujian beres juga. Hah, ada beberapa materi yang sulit, tapi aku sangat bersyukur karena pada akhirnya kita bisa menyelesaikannya dengan baik." Ujar Yuna."Benar, syukurlah." Timpal Kiara.Saat ini, kedua wanita ini sedang duduk di gazebo kampus setelah selesai menyelesaikan ujian terakhir mereka. Kiara dan Yuna pun memilih membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk menemani mereka berdua mengobrol."Kiara, bagaimana persiapan acara penrikahanmu dengan kak Ray?""Hmm, semua berjalan dengan baik, aku rasa... Memangnya ada apa? Bukankah kau sudah tahu karena setiap saat kau selalu bertanya?""Ya, akan sangat aneh kalau hari ini aku tidak bertanya. Maka dari itu hari ini aku menanyakannya." Yuna nyengir."Astaga, kau ini... Intinya semua lancar-lancar saja. Tidak ada kendala. Gaun pengantinnya bahkan sudah jadi, tinggal diambil. Nanti so
Sebelumnya..."Selamat sore, nama saya Yuna William. Ano, saya yang diutus Tuan Alvaro Rayvansha dan Nona Saskiara Felicia untuk mengambil gaun pengantin." Kata Yuna dengan sopan kepada pelayan boutique.Berhubung pemiliknya pergi, jadi menurut Yuna, semua malah berjalan jauh lebih cepat."Ah, iya, Nona Yuna... Gaun pengantin milik Nona Saskiara sudah siap. Jika Anda berkenan, Anda boleh memeriksanya ulang. Anda boleh komplain atau mengajukan klaim jika ada yang tidak sesuai dengan gaun pengantinnya." Kata Pelayan Boutique."Saya rasa, kakak saya sudah membahas hal ini sebelumnya dalam kesepakatan dengan pemilik boutique. Jadi, ini nanti biar diurus saja sama kakak saya jika ada sesuatu yang membuat kurang pas.""Baiklah kalau begitu, ini tolong tanda tangani di sini...""Ya..."Yuna pun segera menandatangani bukti pengambilan barang yang disodorkan kepada dirinya oleh pelayan boutique.Pelayan boutique itu memeriksa sekilas. "Terima kasih, Nona Yuna. Semuanya sudah beres.""Sama-sama
Sesampainya di mansion mewah Ray, Yuna segera memarkirkan mobilnya. Ia baru saja berkendara dengan kecepatan setan. Ia bahkan hampir saja kecelakaan, beruntung Tuhan masih menyelamatkannya kali ini. Ia tak mau menyalahkan siapa-siapa, ini murni kesalahan dirinya. Namun, pikiran akan kembalinya Rena telah mengambil banyak ruang di dalam otaknya.Yuna hanya tak bisa memungkirinya, tapi ia tidak tahu harus bagaimana.Ya, ini soal pesan dari Rena terhadap kakak angkatnya, Ray."Tentu saja aku tidak akan menyampaikan pesan darinya kepada kak Ray, kan? Memangnya dia pikir dia siapa? Lalu, kenapa juga dia tidak bilang sendiri pada kakak?" Kesal Yuna.Ia memasuki mansion itu dengan perasaan campur aduk. Sulit dijelaskan bagaimana harus bersikap.Dan oh... kakak angkatnya itu bahkan sudah menunggunya di ruang tamu utama mansion. Ray duduk bersebelahan dengan Kiara.Ritual sex mereka sudah selesai rupanya.Yuna melangkah dengan semakin gusar, jantungnya berdetak kencang. Apalagi ketika mata taj
Time skip, usai mengobati jidat Yuna, Kiara pun membuatkan Yuna jus buah-buahan yang dicampur dengan sayuran. Ia kemudian pamit untuk ikutan membantu masak bibi Willy, menyiapkan makan malam. Tak lama setelah itu, baik Ken maupun Teha, mereka pun pulang kerja. Terdengar rengekan Teha yang tak terima dengan sikap seenaknya saja Ray yang meninggalkan kantor di jam kerja. Sementara Ken, dia hanya diam saja, tidak keberatan dengan perintah Ray karena sudah biasanya Ray seperti itu, egois dan seenaknya saja. Ruang tamu terdengar heboh dari dapur. Itu yang Kiara pikirkan."Kiara, jika kau ingin gabung dengan mereka, gabung saja. Biar bibi yang menyelesaikan masakan ini." Kata bibi Willy.Kiara berhenti mengaduk sup ikan buatannya, itu adalah makanan kesukaan Ray. "Tidak Bibi, tidak apa-apa. Aku ingin membantu Bibi saja di sini. Saya tidak mau menjadi batu di antara mereka." Jawab Kiara yang memang masih belum bisa ikutan bercengkrama dengan mereka semua, terlebih di sana ada Ray, Tuan Muda
"Mau melawanku untuk yang pertama kalinya?" Tanya Ray dengan nada sarkas."..." Kiara terdiam di bawahnya Ray. Ia merasa seperti hendak dikuliti hidup-hidup oleh Ray sebentar lagi.Detak jantung Kiara berdetak tak karuan. Ini bukan kali pertama ia diperlakukan seperti itu oleh Tuan Mudanya. Namun, kali ini rasanya terintimidasi karena sorot mata Ray sungguh melumpuhkan semua otot-ototnya."Jawab, Kiara! Kenapa kau hanya diam saja? Kau punya mulut, kenapa tak kau gunakan untuk berbicara? Kau sudah tahu pasti jika aku orangnya tidak sabaran, kan?"Kiara memberanikan diri untuk menatap balik Ray, lalu ia memejamkan matanya pelan, lalu membukanya. Percayalah, keberaniannya tak sampai membuatnya berani lama-lama menatap ke arah Ray. Ia tak sanggup menantang kedua mata kelam yang menenggelamkan ke dalam kegelapan yang tak berdasar itu."Tuan Ray, maafkan saya, saya hanya kaget karena tidak tahu yang datang memeluk saya dari belakang itu adalah Anda." Kiara tidak bohong di sini, tapi reaksin
Kiara merasakan tangan kekar milik Ray terus memeluknya sepanjang malam. Ray menepati ucapannya untuk tidak menyentuh dirinya malam ini. Jika sedang gentle seperti ini, pelakunya Ray kepada dirinya sebenarnya membuatnya meleleh. Kebutaan dirinya dalam mencintai pria yang sudah menghancurkan kesuciannya ini memang merepotkan, perhatian kecil dari Ray saja tidak pernah gagal membuatnya senang."Jangan banyak gerak, Kiara. Memelukmu dari belakang seperti ini bisa membuat nafsuku bangkit kapan saja!" Kata Ray.Kiara langsung membeku. Ia menelan ludahnya dengan sulit. "M-Maafkan saya, Tuan Ray... Saya hanya sedikit pegal saja karena tiduran di posisi yang sama sejak tadi.""Begitukah?""Ya.""Ya sudah, ganti posisi."Kiara mengangguk dan dirinya ganti posisi dengan memiringkan tubuhnya ke arah Ray. Ya, berhadapan dengan Ray. Ray kemudian merengkuh tubuh rapuhnya ke dalam pelukannya.Hangat."Kenapa dipeluk oleh pria yang sudah memperkosaku berkali-kali, dan bahkan pria ini sudah menjadik
WARNING!Kisah ini adalah kisah dengan alur yang super lambat dan slow update.Aku sendiri sebagai author merasa jika cerita ini sangat berat. Beratnya di menciptakan konsistensi setiap karakternya. Ditambah, ini adalah kisah dark romance, minim komedi, banyak sedihnya.Aku bukan tipe penulis yang bisa menulis dengan alur yang cepat, aku sangat menyukai detail pengembangan setiap karakter yang aku buat. Ya walau aku akui, kebanyakan orang akan menganggap kisah ini sangat membosankan. Tak mengapa, aku memang seperti itu. Makanya tulisannya banyak yang tak laku. Ha ha ha.Percayalah, ini adalah ceritaku yang paling aku cintai dari sekian banyaknya novel yang sudah aku tulis. Jadi, aku berusaha sebaik mungkin di cerita ini. Padahal, jujur saja, bagi diriku sendiri, cerita ini yang paling sulit untuk dibuat. Entah kenapa ada saja hal yang terus saja menghambat penyelesaian cerita ini. So, i need your support to cheer me up, ya!Satu lagi, aku BENAR-BENAR BERPESAN kepada kalian semua para p
Time skip, hari pernikahan yang dinanti itu pun tiba.Semua berjalan dengan sangat cepat, dan Kiara sendiri bahkan sampai tidak menyangka apabila dirinya akan menikah dengan Ray, bahwa dirinya akan menjadi seorang istri dari Alvaro Rayvansha. Sungguh tidak pernah menyangkanya.Di dalam mobil...Ray terus saja menatap ke arah Kiara yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas sambil memeluk buku nikah yang baru saja mereka dapatkan. Buku nikah sebagai bukti sah dari negara, legal secara hukum."T-Tuan Ray, kenapa Anda terus menatap ke arah saya? Apa ada yang aneh dengan saya?" Tanya Kiara yang gugup karena Ray terus saja menatap ke arah dirinya."Aku tidak mengerti, Kiara. Aku sudah berusaha untuk menawari dirimu sebuah pernikahan yang sangat mewah, tapi kau sendiri tidak pernah mau menyetujuinya. Kau malah memilih sebuah pernikahan yang sangat sederhana seperti ini." Ujar Ray. Datang ke lembaga pencatatan pernikahan, melakukan isi formulir pernikahan, kemudian melakukan foto bersama, d
Apa yang baru saja dikatakan oleh Ray? Rena di luar negeri menggugurkan kandungan? Kiara yakin dengan sangat pasti bahwa dirinya dapat mendengar dengan jelas ucapannya Ray. "K-Kau..." Rena mulai terbata." Ray menatap intan ke arah Rena. "Tidak perlu berbohong kepadaku, Rena. Aku tidak sebodoh itu untuk berdiam diri dan seolah-olah tidak tahu apa-apa." "..." "Aku tahu kau ke luar negeri untuk menggugurkan kandunganmu. Aku tahu jika kau membuka selangkanganmu untuk pria-pria di luar sana. Aku tahu kau adalah wanita murahan yang selalu saja tidak cukup bermain dengan satu pria." Tubuh Rena gemetaran setelah mendengar ucapan dari Ray. "I-Itu tidaklah benar Ray. Mana mungkin aku seperti itu." Ujar Rena. Sementara itu, Kiara hanya bisa mematung di sampingnya Ray. Ia bahkan kesulitan untuk mengedipkan matanya ketika mendengar ucapan dari sang suami ini. Rena pergi ke luar negeri untuk menggugurkan kandungan? Rena bermain dengan banyak pria? Apakah Ray ini tidak asal b
Time skip... "Saya tidak paham dengan apa yang terjadi. Apa maksudnya Anda meminta saya untuk kembali bertemu dengan Anda lagi? Apakah Anda sama sekali tidak puas dengan jawaban saya tempo hari? Jawaban saya akan selalu sama dan tidak akan pernah berubah! Saya tidak akan pernah mengembalikan Alvaro Rayvansha kepada Anda!" Ujar Kiara dengan sangat tegas. Ia bahkan sampai menyilangkan kedua tangannya. "Aku sudah habis kesabaran. Sepertinya memang sulit berbicara baik-baik dengan dirimu, ya? Padahal, di sini dirimu lah orang ketiga di antara aku dan juga Ray. Seharusnya kamu itu sadar diri, harusnya kau pergi setelah pemilik hati asli Ray kembali!" Kata Rena tak mau kalah. "Pemilik asli hati Ray?" Kiara menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tertawa lebar setelahnya. "Ha hahahah, jangan bercanda! Mantan kekasih Anda itu sudah mengganti pemilik hatinya. Pemilik hatinya bukan lagi Anda, tetapi saya, istri sahnya!" Rena mencengkram kain pakaiannya. "Itu jelas tidak mungkin!" "Terse
Beberapa waktu kemudian...Dapur mansion milik Ray..."Bibi Willy, tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak, ya? Aku sendiri benar-benar kesulitan untuk mengusir diri Tuan Ray..." Ujar Kiara.Mengusir Ray?Yang benar saja!Namun, mengusir di sini bukanlah mengusir dalam artian yang buruk. Jadi ceritanya, usai sore yang panas tadi, Kiara memutuskan untuk ikut membantu memasak makan malam. Meskipun bisa dikatakan dirinya sekarang sudah menjadi nyonya rumah dari mansion mewah ini, tetapi dirinya masih sering melakukan aktivitas seperti yang biasa dirinya lakukan sebelum menikah dengan Ray.Ketika ia sedang memasak, suaminya yang seenaknya saja itu selalu saja mengikuti dirinya, terhitung sejak mandi bersama tadi. Ray bagaikan perangko yang tidak mau lepas dari amplopnya. Lalu, lihat apa yang dilakukan oleh Ray saat ini. Pria iblis ini sedang memeluk Kiara dari belakang, tak mau melepaskannya, padahal di situ Kiara sedang memasak dan ada bibi Willy juga!"Tidak masalah Kiara... Tuan Ray
Kiara menata nafas dan detak jantungnya. Ia harus segera mengutarakan pertanyaan yang mengganjal di dalam otaknya ini. "A-Apakah kehadiran saya di dalam hidup Anda hanya untuk tempat buang sperma Anda?" Tanya Kiara hati-hati "Hah?" Ray cengo. Pertanyaan macam apa ini? "A-Ampun, m-maafkan saya... Tolong jangan marah dengan pertanyaan dari saya ini..." Kiara terlihat ketakutan.Ray menghela nafas."Tak bisakah kau menatapku dengan benar? Aku rasa kita seharusnya tidak seasing ini." Ujar Ray.Kiara mencoba menatap Ray, ragu-ragu. Cukup tak menyangka juga apabila Ray akan berkata seperti itu. Bahkan, nadanya terdengar cukup serius.Lalu, tangan kekar tapi kurus itu menyebut lembut pipi hangat Kiara."..." Kiara bingung harus menanggapinya seperti apa.Ray terlalu berbeda."Kalau kau butuh jawaban dari pertanyaanmu, seharusnya kau bisa menatapku dengan benar, kan?""Tapi Anda menyeramkan..."Jawaban polos Kiara hampir saja membuat Ray terjungkal."Dengar, aku memang tidak pandai bersik
"Gilaaa! Dosa apa kau ini sebenarnya, hah? Sudah keluarga hancur, jatuh miskin, diperkosa, kini giliran mau bahagia, malah mantan pacar suami muncul dan mengganggu... Tch, seharusnya aku menikah dengan seorang pria yang sudah selesai dengan masa lalunya! Sialan, sudah lama aku tak sekesal ini!" Kiara terus saja menggerutu usai pertemuannya dengan Rena. Bahkan, ia menjadi tak semangat untuk melanjutkan PKL nya di kantor. Alhasil, ia memilih untuk izin pulang cepat. Harusnya tidak boleh, tapi ia memanfaatkan koneksinya dengan sang pemilik perusahaan untuk bisa izin pulang. Tentu saja ia memakai alasan karena tidak enak badan. Sebenarnya bukan sebuah kebohongan, ia memang pusing, meski bukan pusing karena sakit medis. "Kiara kemana? Aku tidak melihatnya di meja kerjanya?" Tanya Ray pada Ken sehabis dari pertemuan bisnis di luar kantor. "Kau tidak dikirimi pesan sama Kiara?" "?" Ray menaikan sebelah alisnya tanda tidak tahu apa-apa. "Tadi usai jam istirahat siang, dia memint
"Jika aku bilang aku ingin kau mengembalikan Ray padaku, bagaimana?" Ujar Rena "Eh?" Permintaan apa ini? Kiara sampai harus memiringkan kepalanya ketika mendengar perkataan dari wanita yang dulu menjadi kekasihnya Ray. Harus menjawab seperti apa apabila diberi pertanyaan seperti itu? Di sini, yang diminta itu adalah dirinya yang merupakan istrinya Ray! Seorang mantan kekasih meminta kembali suaminya? Wah, sekonyol apa pemikiran dari Rena ini sebenarnya? "Kau pasti syok mendengar permintaan dari diriku, kan? Aku bisa mengerti karena dia sekarang sudah menjadi suamimu. Cukup tidak wajar bagi seorang mantan kekasih seperti diriku meminta suami dari istrinya seperti ini. Namun, aku benar-benar tidak bisa menyerah akan Ray.""Cukup tidak wajar?" Kiara kembali tidak habis pikir. "Permintaan dari Anda ini benar-benar sangat tidak wajar! Anda adalah wanita teraneh yang pernah saya temui di dalam hidup saya." Kata Kiara."Kau boleh menganggap diriku seperti apapun itu. Namun, Ray lebih
Waktu berganti, diketahui jika Rena pun sudah pergi dari kantornya Ray. Kiara sendiri, ia berpura-pura tidur sebentar dan keluar dari kamar setelahnya. Ia diajak makan siang bersama oleh Ray dan ia mengiyakan begitu saja. Tentu, ia tidak membahas apapun soal pembicaraan Ray dengan Rena. Lagipula, Ray sendiri juga bungkam akan hal itu. Ray bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Pria dingin ini juga tidak berniat membicarakan Rena pada Kiara. Jadi, buat apa Kiara mempertanyakannya, kan? "Saya akan kembali bekerja. Permisi..." Ujar Kiara. "Hn. Nanti pulang bersama." Kata Ray. "Ya." Dan waktu juga berlalu begitu saja. Hingga waktu bekerja selesai, lalu pulang setelahnya, tidak ada pembicaraan berarti di antara sepasang suami istri yang baru menikah ini. Malah, lebih banyak diamnya, terutama ketika mereka berdua dalam perjalanan pulang ke rumah. Ah, mobil pun terasa begitu sunyi. Itu tandanya memang tidak ada pembahasan apapun selama perjalanan pulang itu. Entahlah, keduanya s
Sebenarnya, Ray cukup kaget karena tiba-tiba saja wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya ini menampakan diri di hadapannya, tanpa diundang oleh dirinya tentunya. Hanya saja, pria tampan ini sangat pandai untuk mengendalikan ekspresi wajahnya, sehingga meskipun dirinya kaget, tetapi ekspresi seperti itu tidak akan terlihat oleh siapapun. Termasuk Rena.Ray terlihat mengendorkan kerah kemejanya yang sedari tadi terasa begitu mencekik leher. Mata sayunya yang penuh dengan tatapan dingin itu terus saja mengawasi Rena."Aku tidak suka diberi tatapan dingin seperti itu, Ray... Aku merasa tidak nyaman karenanya." Ujar Rena tanpa basa-basi langsung mengutarakan apa yang dirinya rasakan.Tentu saja Ray langsung mengabaikannya."Aku dapat mengingat dengan jelas bahwa aku tidak pernah sekalipun mengirim undangan pada dirimu untuk datang kemari." Kata Ray yang masih setia dengan mimik wajahnya yang datar.Darimana Rena tahu jika dirinya 'bekerja' di Syailendra Group?"Ayolah, tentu saja aku
"Hmm, laporan ini bisa diterima. Aku bisa memahaminya dengan baik karena ini lumayan mudah dimengerti. Kau sudah berhasil dalam membuat laporan, Kiara. Kau lulus!" Ujar Ray usai memeriksa laporan yang Kiara bawa untuk dirinya."...""Kenapa hanya diam saja? Bukankah aku baru saja memberikan pujian yang baik untuk dirimu? Kau tidak senang mendapatkan pujian dari diriku? Bahkan sekedar ucapan terima kasih saja, itu juga tidak keluar dari mulutmu. Sungguh, ini tidak seperti dirimu yang biasanya." Sambung Ray lagi.Sang istri, Kiara pun akhirnya menghela nafasnya, dan apa yang dirinya lakukan ini membuat suaminya tidak suka."Hei, perhatikan sikapmu, Kiara!""Yang seharusnya memperhatikan sikap itu adalah Anda, Tuan Ray!" Seru Kiara."Aku sudah bersikap dengan benar, tidak perlu diperhatikan lagi.""Sudah bersikap dengan benar apanya? Apa-apaan ini, Tuan Ray? Anda tidak mau melepaskan saya dari pangkuan Anda!"Kiara sebenarnya merasa risih karena sedari tadi dirinya berada di dalam pangku