"Mau melawanku untuk yang pertama kalinya?" Tanya Ray dengan nada sarkas."..." Kiara terdiam di bawahnya Ray. Ia merasa seperti hendak dikuliti hidup-hidup oleh Ray sebentar lagi.Detak jantung Kiara berdetak tak karuan. Ini bukan kali pertama ia diperlakukan seperti itu oleh Tuan Mudanya. Namun, kali ini rasanya terintimidasi karena sorot mata Ray sungguh melumpuhkan semua otot-ototnya."Jawab, Kiara! Kenapa kau hanya diam saja? Kau punya mulut, kenapa tak kau gunakan untuk berbicara? Kau sudah tahu pasti jika aku orangnya tidak sabaran, kan?"Kiara memberanikan diri untuk menatap balik Ray, lalu ia memejamkan matanya pelan, lalu membukanya. Percayalah, keberaniannya tak sampai membuatnya berani lama-lama menatap ke arah Ray. Ia tak sanggup menantang kedua mata kelam yang menenggelamkan ke dalam kegelapan yang tak berdasar itu."Tuan Ray, maafkan saya, saya hanya kaget karena tidak tahu yang datang memeluk saya dari belakang itu adalah Anda." Kiara tidak bohong di sini, tapi reaksin
Kiara merasakan tangan kekar milik Ray terus memeluknya sepanjang malam. Ray menepati ucapannya untuk tidak menyentuh dirinya malam ini. Jika sedang gentle seperti ini, pelakunya Ray kepada dirinya sebenarnya membuatnya meleleh. Kebutaan dirinya dalam mencintai pria yang sudah menghancurkan kesuciannya ini memang merepotkan, perhatian kecil dari Ray saja tidak pernah gagal membuatnya senang."Jangan banyak gerak, Kiara. Memelukmu dari belakang seperti ini bisa membuat nafsuku bangkit kapan saja!" Kata Ray.Kiara langsung membeku. Ia menelan ludahnya dengan sulit. "M-Maafkan saya, Tuan Ray... Saya hanya sedikit pegal saja karena tiduran di posisi yang sama sejak tadi.""Begitukah?""Ya.""Ya sudah, ganti posisi."Kiara mengangguk dan dirinya ganti posisi dengan memiringkan tubuhnya ke arah Ray. Ya, berhadapan dengan Ray. Ray kemudian merengkuh tubuh rapuhnya ke dalam pelukannya.Hangat."Kenapa dipeluk oleh pria yang sudah memperkosaku berkali-kali, dan bahkan pria ini sudah menjadik
WARNING!Kisah ini adalah kisah dengan alur yang super lambat dan slow update.Aku sendiri sebagai author merasa jika cerita ini sangat berat. Beratnya di menciptakan konsistensi setiap karakternya. Ditambah, ini adalah kisah dark romance, minim komedi, banyak sedihnya.Aku bukan tipe penulis yang bisa menulis dengan alur yang cepat, aku sangat menyukai detail pengembangan setiap karakter yang aku buat. Ya walau aku akui, kebanyakan orang akan menganggap kisah ini sangat membosankan. Tak mengapa, aku memang seperti itu. Makanya tulisannya banyak yang tak laku. Ha ha ha.Percayalah, ini adalah ceritaku yang paling aku cintai dari sekian banyaknya novel yang sudah aku tulis. Jadi, aku berusaha sebaik mungkin di cerita ini. Padahal, jujur saja, bagi diriku sendiri, cerita ini yang paling sulit untuk dibuat. Entah kenapa ada saja hal yang terus saja menghambat penyelesaian cerita ini. So, i need your support to cheer me up, ya!Satu lagi, aku BENAR-BENAR BERPESAN kepada kalian semua para p
Time skip, hari pernikahan yang dinanti itu pun tiba.Semua berjalan dengan sangat cepat, dan Kiara sendiri bahkan sampai tidak menyangka apabila dirinya akan menikah dengan Ray, bahwa dirinya akan menjadi seorang istri dari Alvaro Rayvansha. Sungguh tidak pernah menyangkanya.Di dalam mobil...Ray terus saja menatap ke arah Kiara yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas sambil memeluk buku nikah yang baru saja mereka dapatkan. Buku nikah sebagai bukti sah dari negara, legal secara hukum."T-Tuan Ray, kenapa Anda terus menatap ke arah saya? Apa ada yang aneh dengan saya?" Tanya Kiara yang gugup karena Ray terus saja menatap ke arah dirinya."Aku tidak mengerti, Kiara. Aku sudah berusaha untuk menawari dirimu sebuah pernikahan yang sangat mewah, tapi kau sendiri tidak pernah mau menyetujuinya. Kau malah memilih sebuah pernikahan yang sangat sederhana seperti ini." Ujar Ray. Datang ke lembaga pencatatan pernikahan, melakukan isi formulir pernikahan, kemudian melakukan foto bersama, d
Kiara membuka matanya dan merasakan sebuah tangan kekar tengah memeluknya. Tubuhnya terasa begitu lengket dan lelah karena malam pertama sebagai suami istri semalam. Malam yang panas karena rasanya untuk kali pertama, ia merasa bercinta dengan Ray tanpa laknat dari Tuhan. Apa itu karena sekarang sudah resmi menikah?"Mau menyangkal seperti apapun, Tuan Ray memang sangat tampan. Meski dia banyak jahatnya ketimbang baiknya, tapi aku sangat mencintainya... Pria ini... Pria ini adalah suamiku." Batin Kiara.Ia memandang sang suami yang tertidur di sampingnya. Tertidur dengan sangat pulas setelah semalam berhasil ia puaskan. "Meski Tuan Ray lebih mendominasi dalam urusan ranjang, tapi sejujurnya, aku juga tidak benci disentuh olehnya. Setidaknya aku mengakuinya ketika aku menyadari jika aku sudah jatuh cinta kepada dirinya. Setiap sentuhan yang Tuan Ray berikan kepadaku, aku merasa melayang. Aku tahu aku sudah gila karena sekarang aku menjadi sangat mesum, aku memiliki pemikiran yang kotor
"Kenapa? Kau kesal?" Tanya Ray."B-Bukan kesal, tapi lebih tepatnya saya malu. Saya mengerti Anda sedang mencium saya, itu juga bukan yang pertama kalinya untuk saya. Tapi jika di hadapan banyak orang, saya kan malu. Tadi ada bibi Willy dan Yuna, lalu ketika Anda mencoba memperdalam ciuman Anda, Kak Ken dan Kak Teha datang... Huwaa, saya benar-benar ingin sekali menyembunyikan wajah saya..." Jawab Kiara.Wajar sih, tapi bukankah sudah biasa?"Aku tidak berniat tidak melakukannya lagi besok." Kata Ray menyeringai.Meledek Kiara ternyata seru juga."T-Tuaan Ray..." Kiara merah merona pipinya."Panggil aku Hubby!""H-Hubby..." Kiara kian merona pipinya, Ray sungguh membuatnya merasa cenat-cenut hatinya.Cenat-cenut? Bahasa planet mana ini?"Good... sekarang keluarlah, nanti aku akan menjemputmu kalau kau sudah selesai. Hubungi aku!"Kiara mengangguk, lalu ia segera keluar dari dalam mobil. Hari ini, ia akan mengurus surat rekomendasi magang dari kampus. Namun, ketika tangannya mencoba un
"Ya Tuhan, ini baru pertama bagi diriku ke Syailendra Group! Gila, aku tidak pernah menyangka jika Syailendra Group akan sebesar ini gedungnya... Wah..."Kiara terus saja terkagum-kagum dengan megahnya gedung Syailendra Group. Ia sudah mirip seperti orang bodoh saja. Maklum, sudah lama ia tidak melihat pemandangan yang seperti ini karena selalu saja pergi hanya di tempat itu-itu saja. Larangan dari Ray itu sangat menakutkan untuk dilanggar!"Aku datang kemarin tanpa Yuna atas permintaan Tuan Ray. Agak aneh juga karena biasanya aku dengannya, atau paling tidak pergi ada yang menemani. Kalau tidak Yuna, pasti Tuan Ray. Tidak pernah pergi sendirian... Apa ini tidak apa-apa? Aku harus bertanya pada resepsionis dulu, kan ya?"Kiara kemudian bertanya kepada Resepsionis, tapi sepertinya ia kurang ditanggapi dengan baik."Maaf Nona, Anda tidak bisa bertemu Tuan CEO kalau Anda belum membuat janji terlebih dahulu. Ini sudah aturannya.""Tapi saya disuruh Tuan Ray untuk masuk ke dalam kantornya
Kiara memilih hanya diam saja karena tidak tahu harus berkata apa. Padahal, akhir-akhir ini dirinya sangat percaya diri bahwa hubungannya dengan suaminya, Ray, sudah membaik. Namun, hanya karena sebuah makanan bernama pie apel, Ray kembali dingin dan menakutkan seperti kali pertama dirinya bertemu dengan Ray.Sebenarnya, suaminya ini orang seperti apa, sih? dikira sudah memahami bagaimana karakternya Ray itu, tetapi ternyata masih ada hal yang belum diketahui oleh dirinya. Kiara benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi Ray."Haaah..."Kiara menghela nafas setelah melihat pie apel yang baru saja dirinya buang di bak sampah. Sebenarnya, ia sudah bernegosiasi dengan Ray untuk membawa pulang pie apel ini atau memberikannya pada Ken dan Teha. Namun, Ray menolak idenya itu mentah-mentah. Ray kekeuh tetap menginginkan pie apel itu dibuang di tempat sampah."Aku sangat mengerti dirinya tidak pernah merasa kekurangan uang. Uangnya sangat banyak sekali dan lebih dari cukup untuk sekeda