WARNING!
Kisah ini adalah kisah dengan alur yang super lambat dan slow update.Aku sendiri sebagai author merasa jika cerita ini sangat berat. Beratnya di menciptakan konsistensi setiap karakternya. Ditambah, ini adalah kisah dark romance, minim komedi, banyak sedihnya.Aku bukan tipe penulis yang bisa menulis dengan alur yang cepat, aku sangat menyukai detail pengembangan setiap karakter yang aku buat. Ya walau aku akui, kebanyakan orang akan menganggap kisah ini sangat membosankan. Tak mengapa, aku memang seperti itu. Makanya tulisannya banyak yang tak laku. Ha ha ha.Percayalah, ini adalah ceritaku yang paling aku cintai dari sekian banyaknya novel yang sudah aku tulis. Jadi, aku berusaha sebaik mungkin di cerita ini. Padahal, jujur saja, bagi diriku sendiri, cerita ini yang paling sulit untuk dibuat. Entah kenapa ada saja hal yang terus saja menghambat penyelesaian cerita ini. So, i need your support to cheer me up, ya!Satu lagi, aku BENAR-BENAR BERPESAN kepada kalian semua para pembaca ceritaku: khusus novel ini, banyak sekali adegan dewasa, jadi aku mohon dengan sangat, bijaklah dalam membaca cerita ini. Semua hal yang buruk, terutama adegan dewasa, sex, tolong jangan pernah ditiru di dunia nyata! Maafkan saya semuanya, maafkan saya Tuhan karena sudah menulis kisah mesum seperti ini. Tolong hanya ikuti saja kisahnya, ambil yang baik-baik saja. Ingat, akan selalu ada dosa yang mengikuti dari setiap langkah yang diambil.Sekali lagi, Tuhan ampuni kami semua atas semua dosa yang sudah diperbuat ini.Terakhir, jangan paksa saya untuk setiap hari update. Aku tak mampu itu mengingat Kisah ini paling sulit aku buat. Pusing memilih bahasa yang konsisten di dalam kisah ini. Kaku dan tidak santai itu sulit.So, see you, and selamat tahun baru, semoga tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Yang masih merasa hidupnya tak berjalan sesuai dengan keinginan, tenanglah, ada Tuhan yang akan selalu memberikan jalan terang. Jadi, jangan lupa berdoa dan memohon petunjuk dari Tuhan ya...Love,Sata ErizawaTime skip, hari pernikahan yang dinanti itu pun tiba.Semua berjalan dengan sangat cepat, dan Kiara sendiri bahkan sampai tidak menyangka apabila dirinya akan menikah dengan Ray, bahwa dirinya akan menjadi seorang istri dari Alvaro Rayvansha. Sungguh tidak pernah menyangkanya.Di dalam mobil...Ray terus saja menatap ke arah Kiara yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas sambil memeluk buku nikah yang baru saja mereka dapatkan. Buku nikah sebagai bukti sah dari negara, legal secara hukum."T-Tuan Ray, kenapa Anda terus menatap ke arah saya? Apa ada yang aneh dengan saya?" Tanya Kiara yang gugup karena Ray terus saja menatap ke arah dirinya."Aku tidak mengerti, Kiara. Aku sudah berusaha untuk menawari dirimu sebuah pernikahan yang sangat mewah, tapi kau sendiri tidak pernah mau menyetujuinya. Kau malah memilih sebuah pernikahan yang sangat sederhana seperti ini." Ujar Ray. Datang ke lembaga pencatatan pernikahan, melakukan isi formulir pernikahan, kemudian melakukan foto bersama, d
Kiara membuka matanya dan merasakan sebuah tangan kekar tengah memeluknya. Tubuhnya terasa begitu lengket dan lelah karena malam pertama sebagai suami istri semalam. Malam yang panas karena rasanya untuk kali pertama, ia merasa bercinta dengan Ray tanpa laknat dari Tuhan. Apa itu karena sekarang sudah resmi menikah?"Mau menyangkal seperti apapun, Tuan Ray memang sangat tampan. Meski dia banyak jahatnya ketimbang baiknya, tapi aku sangat mencintainya... Pria ini... Pria ini adalah suamiku." Batin Kiara.Ia memandang sang suami yang tertidur di sampingnya. Tertidur dengan sangat pulas setelah semalam berhasil ia puaskan. "Meski Tuan Ray lebih mendominasi dalam urusan ranjang, tapi sejujurnya, aku juga tidak benci disentuh olehnya. Setidaknya aku mengakuinya ketika aku menyadari jika aku sudah jatuh cinta kepada dirinya. Setiap sentuhan yang Tuan Ray berikan kepadaku, aku merasa melayang. Aku tahu aku sudah gila karena sekarang aku menjadi sangat mesum, aku memiliki pemikiran yang kotor
"Kenapa? Kau kesal?" Tanya Ray."B-Bukan kesal, tapi lebih tepatnya saya malu. Saya mengerti Anda sedang mencium saya, itu juga bukan yang pertama kalinya untuk saya. Tapi jika di hadapan banyak orang, saya kan malu. Tadi ada bibi Willy dan Yuna, lalu ketika Anda mencoba memperdalam ciuman Anda, Kak Ken dan Kak Teha datang... Huwaa, saya benar-benar ingin sekali menyembunyikan wajah saya..." Jawab Kiara.Wajar sih, tapi bukankah sudah biasa?"Aku tidak berniat tidak melakukannya lagi besok." Kata Ray menyeringai.Meledek Kiara ternyata seru juga."T-Tuaan Ray..." Kiara merah merona pipinya."Panggil aku Hubby!""H-Hubby..." Kiara kian merona pipinya, Ray sungguh membuatnya merasa cenat-cenut hatinya.Cenat-cenut? Bahasa planet mana ini?"Good... sekarang keluarlah, nanti aku akan menjemputmu kalau kau sudah selesai. Hubungi aku!"Kiara mengangguk, lalu ia segera keluar dari dalam mobil. Hari ini, ia akan mengurus surat rekomendasi magang dari kampus. Namun, ketika tangannya mencoba un
"Ya Tuhan, ini baru pertama bagi diriku ke Syailendra Group! Gila, aku tidak pernah menyangka jika Syailendra Group akan sebesar ini gedungnya... Wah..."Kiara terus saja terkagum-kagum dengan megahnya gedung Syailendra Group. Ia sudah mirip seperti orang bodoh saja. Maklum, sudah lama ia tidak melihat pemandangan yang seperti ini karena selalu saja pergi hanya di tempat itu-itu saja. Larangan dari Ray itu sangat menakutkan untuk dilanggar!"Aku datang kemarin tanpa Yuna atas permintaan Tuan Ray. Agak aneh juga karena biasanya aku dengannya, atau paling tidak pergi ada yang menemani. Kalau tidak Yuna, pasti Tuan Ray. Tidak pernah pergi sendirian... Apa ini tidak apa-apa? Aku harus bertanya pada resepsionis dulu, kan ya?"Kiara kemudian bertanya kepada Resepsionis, tapi sepertinya ia kurang ditanggapi dengan baik."Maaf Nona, Anda tidak bisa bertemu Tuan CEO kalau Anda belum membuat janji terlebih dahulu. Ini sudah aturannya.""Tapi saya disuruh Tuan Ray untuk masuk ke dalam kantornya
Kiara memilih hanya diam saja karena tidak tahu harus berkata apa. Padahal, akhir-akhir ini dirinya sangat percaya diri bahwa hubungannya dengan suaminya, Ray, sudah membaik. Namun, hanya karena sebuah makanan bernama pie apel, Ray kembali dingin dan menakutkan seperti kali pertama dirinya bertemu dengan Ray.Sebenarnya, suaminya ini orang seperti apa, sih? dikira sudah memahami bagaimana karakternya Ray itu, tetapi ternyata masih ada hal yang belum diketahui oleh dirinya. Kiara benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi Ray."Haaah..."Kiara menghela nafas setelah melihat pie apel yang baru saja dirinya buang di bak sampah. Sebenarnya, ia sudah bernegosiasi dengan Ray untuk membawa pulang pie apel ini atau memberikannya pada Ken dan Teha. Namun, Ray menolak idenya itu mentah-mentah. Ray kekeuh tetap menginginkan pie apel itu dibuang di tempat sampah."Aku sangat mengerti dirinya tidak pernah merasa kekurangan uang. Uangnya sangat banyak sekali dan lebih dari cukup untuk sekeda
Heaven Cafe...Rena masih terus tersenyum sambil menatap minuman yang sudah habis itu."Sepertinya dia tidak datang lagi hari ini..."Harusnya ia marah atau sekedar menghela nafas karena pria yang ia tunggu tidak kunjung datang juga. Namun, ia enggan melakukannya. Ia akan tetap tersenyum meskipun pria itu terus saja mengabaikan dirinya.Wanita ini sangat percaya diri jika pria itu hanya sedang menguji dirinya yang sebelum ini membuat kesalahan karena pergi tanpa kabar."Karena dia tidak datang, ya sudah, aku sudahi menunggunya hari ini..."Rena mengambil tasnya yang ia taruh di atas meja. Ia beranjak dari tempat duduknya dan hendak ingin berjalan ke arah pintu keluar Heaven Cafe.Namun, langkahnya terhenti dan senyumannya semakin mengembang ketika dirinya mendapati sosok pria yang ia tunggu muncul di cafe yang dulu menjadi tempat favorit untuk berkencan.Ya, pria itu adalah pacarnya dulu, Alvaro Rayvansha."Tidak sampai tiga hari dia bisa mendiamkan diriku rupanya. Maklum, dia itu san
Parkiran Mobil...Kiara menoleh ke arahnya Ray yang sedang terlihat mematikan mesin mobil."Tuan Ray... Dia Rena, kan?" Ujar wanita ayu ini.Ray pun menoleh cepat ke arahnya Kiara, dengan wajah super terkejutnya tentunya."...""Kenapa Tuan Ray diam saja? Saya tahu kok kalau dia itu Rena." Ray yang sempat terkejut itu berusaha untuk mengatur nafas dan emosinya. Ia tidak ingin kehilangan kendali di hadapannya Kiara."Tahu dari mana kalau dia itu Rena?" Tanya Ray yang sudah berhasil mengatur emosi dan mimik wajahnya."...""Dari Ken? Teha? Atau... Yuna?"Kiara menggelengkan kepalanya. "...""Lalu dari siapa?""Dari Tuan Ray sendiri.""Aku? Kapan aku memberitahumu?""Tuan Ray selalu menyebut nama itu ketika menyetubuhi saya. Ah, lebih tepatnya saat Tuan Ray mabuk dan memperkosa saya. Soalnya, dalam keadaan sadar, Tuan Ray tidak pernah menyebut nama itu. Terutama akhir-akhir ini. Saya sudah tidak lagi mendengar Tuan Ray menyebut saya dengan nama Rena lagi."Suasana langsung terdiam setel
Time skip...Ruang tamu Mansion Ray..."Kak, sudah lepaskan Kiara! Apa kakak tidak lihat kalau Kiara merasa tidak nyaman karena terus Kakak peluk-peluk sejak tadi?" Seru Yuna pada Ray yang masih tidak mau melepaskan Kiara dari dalam pelukannya Ray."Tch, kau tidak usah berisik, Yuna! Suara cemprengmu itu membuat telinga Kakak sakit!" Kata Ray."Ihh, kak Ray... Menyebalkan! Padahal Kakak sendiri saja tahu bahwa aku ini pernah menjuarai lomba karaoke sewaktu SMP. Mana bisa suaraku ini cempreng!""Kakak pikir itu karena jurinya tidak bisa menggunakan telinganya dengan baik sehingga menjadikan dirimu sebagai pemenang lomba karaoke.""Hah? Jangan menyalahkan orang lain! Palingan juga telinganya kakak yang bermasalah! Kan hanya Kakak sendiri yang komplain dengan suaraku!"Dua kakak beradik yang tidak memiliki ikatan darah ini pun terus adu argumentasi untuk hal yang sebenarnya sama sekali tidak penting itu. Namun, Kiara yang sedari tadi diam saja di sana merasa apabila justru karena inilah
Apa yang baru saja dikatakan oleh Ray? Rena di luar negeri menggugurkan kandungan? Kiara yakin dengan sangat pasti bahwa dirinya dapat mendengar dengan jelas ucapannya Ray. "K-Kau..." Rena mulai terbata." Ray menatap intan ke arah Rena. "Tidak perlu berbohong kepadaku, Rena. Aku tidak sebodoh itu untuk berdiam diri dan seolah-olah tidak tahu apa-apa." "..." "Aku tahu kau ke luar negeri untuk menggugurkan kandunganmu. Aku tahu jika kau membuka selangkanganmu untuk pria-pria di luar sana. Aku tahu kau adalah wanita murahan yang selalu saja tidak cukup bermain dengan satu pria." Tubuh Rena gemetaran setelah mendengar ucapan dari Ray. "I-Itu tidaklah benar Ray. Mana mungkin aku seperti itu." Ujar Rena. Sementara itu, Kiara hanya bisa mematung di sampingnya Ray. Ia bahkan kesulitan untuk mengedipkan matanya ketika mendengar ucapan dari sang suami ini. Rena pergi ke luar negeri untuk menggugurkan kandungan? Rena bermain dengan banyak pria? Apakah Ray ini tidak asal b
Time skip... "Saya tidak paham dengan apa yang terjadi. Apa maksudnya Anda meminta saya untuk kembali bertemu dengan Anda lagi? Apakah Anda sama sekali tidak puas dengan jawaban saya tempo hari? Jawaban saya akan selalu sama dan tidak akan pernah berubah! Saya tidak akan pernah mengembalikan Alvaro Rayvansha kepada Anda!" Ujar Kiara dengan sangat tegas. Ia bahkan sampai menyilangkan kedua tangannya. "Aku sudah habis kesabaran. Sepertinya memang sulit berbicara baik-baik dengan dirimu, ya? Padahal, di sini dirimu lah orang ketiga di antara aku dan juga Ray. Seharusnya kamu itu sadar diri, harusnya kau pergi setelah pemilik hati asli Ray kembali!" Kata Rena tak mau kalah. "Pemilik asli hati Ray?" Kiara menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tertawa lebar setelahnya. "Ha hahahah, jangan bercanda! Mantan kekasih Anda itu sudah mengganti pemilik hatinya. Pemilik hatinya bukan lagi Anda, tetapi saya, istri sahnya!" Rena mencengkram kain pakaiannya. "Itu jelas tidak mungkin!" "Terse
Beberapa waktu kemudian...Dapur mansion milik Ray..."Bibi Willy, tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak, ya? Aku sendiri benar-benar kesulitan untuk mengusir diri Tuan Ray..." Ujar Kiara.Mengusir Ray?Yang benar saja!Namun, mengusir di sini bukanlah mengusir dalam artian yang buruk. Jadi ceritanya, usai sore yang panas tadi, Kiara memutuskan untuk ikut membantu memasak makan malam. Meskipun bisa dikatakan dirinya sekarang sudah menjadi nyonya rumah dari mansion mewah ini, tetapi dirinya masih sering melakukan aktivitas seperti yang biasa dirinya lakukan sebelum menikah dengan Ray.Ketika ia sedang memasak, suaminya yang seenaknya saja itu selalu saja mengikuti dirinya, terhitung sejak mandi bersama tadi. Ray bagaikan perangko yang tidak mau lepas dari amplopnya. Lalu, lihat apa yang dilakukan oleh Ray saat ini. Pria iblis ini sedang memeluk Kiara dari belakang, tak mau melepaskannya, padahal di situ Kiara sedang memasak dan ada bibi Willy juga!"Tidak masalah Kiara... Tuan Ray
Kiara menata nafas dan detak jantungnya. Ia harus segera mengutarakan pertanyaan yang mengganjal di dalam otaknya ini. "A-Apakah kehadiran saya di dalam hidup Anda hanya untuk tempat buang sperma Anda?" Tanya Kiara hati-hati "Hah?" Ray cengo. Pertanyaan macam apa ini? "A-Ampun, m-maafkan saya... Tolong jangan marah dengan pertanyaan dari saya ini..." Kiara terlihat ketakutan.Ray menghela nafas."Tak bisakah kau menatapku dengan benar? Aku rasa kita seharusnya tidak seasing ini." Ujar Ray.Kiara mencoba menatap Ray, ragu-ragu. Cukup tak menyangka juga apabila Ray akan berkata seperti itu. Bahkan, nadanya terdengar cukup serius.Lalu, tangan kekar tapi kurus itu menyebut lembut pipi hangat Kiara."..." Kiara bingung harus menanggapinya seperti apa.Ray terlalu berbeda."Kalau kau butuh jawaban dari pertanyaanmu, seharusnya kau bisa menatapku dengan benar, kan?""Tapi Anda menyeramkan..."Jawaban polos Kiara hampir saja membuat Ray terjungkal."Dengar, aku memang tidak pandai bersik
"Gilaaa! Dosa apa kau ini sebenarnya, hah? Sudah keluarga hancur, jatuh miskin, diperkosa, kini giliran mau bahagia, malah mantan pacar suami muncul dan mengganggu... Tch, seharusnya aku menikah dengan seorang pria yang sudah selesai dengan masa lalunya! Sialan, sudah lama aku tak sekesal ini!" Kiara terus saja menggerutu usai pertemuannya dengan Rena. Bahkan, ia menjadi tak semangat untuk melanjutkan PKL nya di kantor. Alhasil, ia memilih untuk izin pulang cepat. Harusnya tidak boleh, tapi ia memanfaatkan koneksinya dengan sang pemilik perusahaan untuk bisa izin pulang. Tentu saja ia memakai alasan karena tidak enak badan. Sebenarnya bukan sebuah kebohongan, ia memang pusing, meski bukan pusing karena sakit medis. "Kiara kemana? Aku tidak melihatnya di meja kerjanya?" Tanya Ray pada Ken sehabis dari pertemuan bisnis di luar kantor. "Kau tidak dikirimi pesan sama Kiara?" "?" Ray menaikan sebelah alisnya tanda tidak tahu apa-apa. "Tadi usai jam istirahat siang, dia memint
"Jika aku bilang aku ingin kau mengembalikan Ray padaku, bagaimana?" Ujar Rena "Eh?" Permintaan apa ini? Kiara sampai harus memiringkan kepalanya ketika mendengar perkataan dari wanita yang dulu menjadi kekasihnya Ray. Harus menjawab seperti apa apabila diberi pertanyaan seperti itu? Di sini, yang diminta itu adalah dirinya yang merupakan istrinya Ray! Seorang mantan kekasih meminta kembali suaminya? Wah, sekonyol apa pemikiran dari Rena ini sebenarnya? "Kau pasti syok mendengar permintaan dari diriku, kan? Aku bisa mengerti karena dia sekarang sudah menjadi suamimu. Cukup tidak wajar bagi seorang mantan kekasih seperti diriku meminta suami dari istrinya seperti ini. Namun, aku benar-benar tidak bisa menyerah akan Ray.""Cukup tidak wajar?" Kiara kembali tidak habis pikir. "Permintaan dari Anda ini benar-benar sangat tidak wajar! Anda adalah wanita teraneh yang pernah saya temui di dalam hidup saya." Kata Kiara."Kau boleh menganggap diriku seperti apapun itu. Namun, Ray lebih
Waktu berganti, diketahui jika Rena pun sudah pergi dari kantornya Ray. Kiara sendiri, ia berpura-pura tidur sebentar dan keluar dari kamar setelahnya. Ia diajak makan siang bersama oleh Ray dan ia mengiyakan begitu saja. Tentu, ia tidak membahas apapun soal pembicaraan Ray dengan Rena. Lagipula, Ray sendiri juga bungkam akan hal itu. Ray bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Pria dingin ini juga tidak berniat membicarakan Rena pada Kiara. Jadi, buat apa Kiara mempertanyakannya, kan? "Saya akan kembali bekerja. Permisi..." Ujar Kiara. "Hn. Nanti pulang bersama." Kata Ray. "Ya." Dan waktu juga berlalu begitu saja. Hingga waktu bekerja selesai, lalu pulang setelahnya, tidak ada pembicaraan berarti di antara sepasang suami istri yang baru menikah ini. Malah, lebih banyak diamnya, terutama ketika mereka berdua dalam perjalanan pulang ke rumah. Ah, mobil pun terasa begitu sunyi. Itu tandanya memang tidak ada pembahasan apapun selama perjalanan pulang itu. Entahlah, keduanya s
Sebenarnya, Ray cukup kaget karena tiba-tiba saja wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya ini menampakan diri di hadapannya, tanpa diundang oleh dirinya tentunya. Hanya saja, pria tampan ini sangat pandai untuk mengendalikan ekspresi wajahnya, sehingga meskipun dirinya kaget, tetapi ekspresi seperti itu tidak akan terlihat oleh siapapun. Termasuk Rena.Ray terlihat mengendorkan kerah kemejanya yang sedari tadi terasa begitu mencekik leher. Mata sayunya yang penuh dengan tatapan dingin itu terus saja mengawasi Rena."Aku tidak suka diberi tatapan dingin seperti itu, Ray... Aku merasa tidak nyaman karenanya." Ujar Rena tanpa basa-basi langsung mengutarakan apa yang dirinya rasakan.Tentu saja Ray langsung mengabaikannya."Aku dapat mengingat dengan jelas bahwa aku tidak pernah sekalipun mengirim undangan pada dirimu untuk datang kemari." Kata Ray yang masih setia dengan mimik wajahnya yang datar.Darimana Rena tahu jika dirinya 'bekerja' di Syailendra Group?"Ayolah, tentu saja aku
"Hmm, laporan ini bisa diterima. Aku bisa memahaminya dengan baik karena ini lumayan mudah dimengerti. Kau sudah berhasil dalam membuat laporan, Kiara. Kau lulus!" Ujar Ray usai memeriksa laporan yang Kiara bawa untuk dirinya."...""Kenapa hanya diam saja? Bukankah aku baru saja memberikan pujian yang baik untuk dirimu? Kau tidak senang mendapatkan pujian dari diriku? Bahkan sekedar ucapan terima kasih saja, itu juga tidak keluar dari mulutmu. Sungguh, ini tidak seperti dirimu yang biasanya." Sambung Ray lagi.Sang istri, Kiara pun akhirnya menghela nafasnya, dan apa yang dirinya lakukan ini membuat suaminya tidak suka."Hei, perhatikan sikapmu, Kiara!""Yang seharusnya memperhatikan sikap itu adalah Anda, Tuan Ray!" Seru Kiara."Aku sudah bersikap dengan benar, tidak perlu diperhatikan lagi.""Sudah bersikap dengan benar apanya? Apa-apaan ini, Tuan Ray? Anda tidak mau melepaskan saya dari pangkuan Anda!"Kiara sebenarnya merasa risih karena sedari tadi dirinya berada di dalam pangku