KIARA'S POVPagi harinya, entah kenapa Tuan Ray mengajakku pergi ke salah satu desainer ternama untuk membuat gaun pernikahan. Padahal, sejak awal aku selalu bilang kepada dirinya jika aku tidak masalah hanya mengenakan gaun pernikahan sederhana yang dijual di toko. Bagiku, yang penting bukan masalah gaun pernikahan yang dipakai, tetapi ikrar pernikahan dan janji kepada Tuhan sebagai sepasang suami istri.Hanya itu...Namun, mengingat Tuan Ray adalah orang yang sangat keras kepala dan mutlak, aku tidak bisa sembarangan menolak perintah darinya. Aku terlalu takut dia akan memberikan hukuman kepadaku."Ayo turun..." Ujar Tuan Ray ketika kami akhirnya sampai di parkiran Butik milik desainer fashion ternama itu.Twinflame Boutique."Iya."Kami pun turun dan segera masuk ke butik itu. Ini memang butik khusus yang menyediakan apapun yang berhubungan dengan pernikahan, terutama pakaian. Butik ini ada dua lantai dan cukup luas. Banyak pengunjung yang datang, termasuk kami.Ah, mereka adalah se
RAY'S POVMataku perlahan-lahan terbuka dari rasa lelahku. Ah, aku sempat tertidur rupanya, meski tidak lama. Jam berapa sekarang?Entahlah, aku terlalu malas mengambil jam tangan milikku di atas nakas hotel.Hotel?Benar, aku ingat, aku sekarang sedang berada di hotel.Aku menengadahkan wajahku ke samping kanan dan melihat punggung seseorang yang tidur di sampingku. Seingatku, aku selalu tidur sendirian dalam kamarku, kecuali 2-3 bulan akhir-akhir ini. Seorang wanita yang ku hancurkan masa depannya selalu menemani tidurku.Saat kulihat rambut panjang wanita itu tergerai di punggungnya, ingatan erotis yang terjadi sebelumnya berputar di benakku. Yang tadi benar-benar sangat panas.Aku kembali membayangkan saat-saat dimana aku berbagi kenikmatan dengan Kiara. Wajah pasrah Kiara saat tubuhnya terbaring lemah menerima gerakkan kejantananku, suara desahan dan erangan ketika dirinya menyebut namaku, terdengar mengalun merdu tanpa henti dari bibir merah mudanya. Lalu, pancaran kepuasan yan
Seminggu kemudian...Yuna merentangkan kedua tangannya dan melakukan stretching untuk meredakan rasa pegal di lengannya."Beres! Akhirnya seminggu ujian beres juga. Hah, ada beberapa materi yang sulit, tapi aku sangat bersyukur karena pada akhirnya kita bisa menyelesaikannya dengan baik." Ujar Yuna."Benar, syukurlah." Timpal Kiara.Saat ini, kedua wanita ini sedang duduk di gazebo kampus setelah selesai menyelesaikan ujian terakhir mereka. Kiara dan Yuna pun memilih membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk menemani mereka berdua mengobrol."Kiara, bagaimana persiapan acara penrikahanmu dengan kak Ray?""Hmm, semua berjalan dengan baik, aku rasa... Memangnya ada apa? Bukankah kau sudah tahu karena setiap saat kau selalu bertanya?""Ya, akan sangat aneh kalau hari ini aku tidak bertanya. Maka dari itu hari ini aku menanyakannya." Yuna nyengir."Astaga, kau ini... Intinya semua lancar-lancar saja. Tidak ada kendala. Gaun pengantinnya bahkan sudah jadi, tinggal diambil. Nanti so
Sebelumnya..."Selamat sore, nama saya Yuna William. Ano, saya yang diutus Tuan Alvaro Rayvansha dan Nona Saskiara Felicia untuk mengambil gaun pengantin." Kata Yuna dengan sopan kepada pelayan boutique.Berhubung pemiliknya pergi, jadi menurut Yuna, semua malah berjalan jauh lebih cepat."Ah, iya, Nona Yuna... Gaun pengantin milik Nona Saskiara sudah siap. Jika Anda berkenan, Anda boleh memeriksanya ulang. Anda boleh komplain atau mengajukan klaim jika ada yang tidak sesuai dengan gaun pengantinnya." Kata Pelayan Boutique."Saya rasa, kakak saya sudah membahas hal ini sebelumnya dalam kesepakatan dengan pemilik boutique. Jadi, ini nanti biar diurus saja sama kakak saya jika ada sesuatu yang membuat kurang pas.""Baiklah kalau begitu, ini tolong tanda tangani di sini...""Ya..."Yuna pun segera menandatangani bukti pengambilan barang yang disodorkan kepada dirinya oleh pelayan boutique.Pelayan boutique itu memeriksa sekilas. "Terima kasih, Nona Yuna. Semuanya sudah beres.""Sama-sama
Sesampainya di mansion mewah Ray, Yuna segera memarkirkan mobilnya. Ia baru saja berkendara dengan kecepatan setan. Ia bahkan hampir saja kecelakaan, beruntung Tuhan masih menyelamatkannya kali ini. Ia tak mau menyalahkan siapa-siapa, ini murni kesalahan dirinya. Namun, pikiran akan kembalinya Rena telah mengambil banyak ruang di dalam otaknya.Yuna hanya tak bisa memungkirinya, tapi ia tidak tahu harus bagaimana.Ya, ini soal pesan dari Rena terhadap kakak angkatnya, Ray."Tentu saja aku tidak akan menyampaikan pesan darinya kepada kak Ray, kan? Memangnya dia pikir dia siapa? Lalu, kenapa juga dia tidak bilang sendiri pada kakak?" Kesal Yuna.Ia memasuki mansion itu dengan perasaan campur aduk. Sulit dijelaskan bagaimana harus bersikap.Dan oh... kakak angkatnya itu bahkan sudah menunggunya di ruang tamu utama mansion. Ray duduk bersebelahan dengan Kiara.Ritual sex mereka sudah selesai rupanya.Yuna melangkah dengan semakin gusar, jantungnya berdetak kencang. Apalagi ketika mata taj
Time skip, usai mengobati jidat Yuna, Kiara pun membuatkan Yuna jus buah-buahan yang dicampur dengan sayuran. Ia kemudian pamit untuk ikutan membantu masak bibi Willy, menyiapkan makan malam. Tak lama setelah itu, baik Ken maupun Teha, mereka pun pulang kerja. Terdengar rengekan Teha yang tak terima dengan sikap seenaknya saja Ray yang meninggalkan kantor di jam kerja. Sementara Ken, dia hanya diam saja, tidak keberatan dengan perintah Ray karena sudah biasanya Ray seperti itu, egois dan seenaknya saja. Ruang tamu terdengar heboh dari dapur. Itu yang Kiara pikirkan."Kiara, jika kau ingin gabung dengan mereka, gabung saja. Biar bibi yang menyelesaikan masakan ini." Kata bibi Willy.Kiara berhenti mengaduk sup ikan buatannya, itu adalah makanan kesukaan Ray. "Tidak Bibi, tidak apa-apa. Aku ingin membantu Bibi saja di sini. Saya tidak mau menjadi batu di antara mereka." Jawab Kiara yang memang masih belum bisa ikutan bercengkrama dengan mereka semua, terlebih di sana ada Ray, Tuan Muda
"Mau melawanku untuk yang pertama kalinya?" Tanya Ray dengan nada sarkas."..." Kiara terdiam di bawahnya Ray. Ia merasa seperti hendak dikuliti hidup-hidup oleh Ray sebentar lagi.Detak jantung Kiara berdetak tak karuan. Ini bukan kali pertama ia diperlakukan seperti itu oleh Tuan Mudanya. Namun, kali ini rasanya terintimidasi karena sorot mata Ray sungguh melumpuhkan semua otot-ototnya."Jawab, Kiara! Kenapa kau hanya diam saja? Kau punya mulut, kenapa tak kau gunakan untuk berbicara? Kau sudah tahu pasti jika aku orangnya tidak sabaran, kan?"Kiara memberanikan diri untuk menatap balik Ray, lalu ia memejamkan matanya pelan, lalu membukanya. Percayalah, keberaniannya tak sampai membuatnya berani lama-lama menatap ke arah Ray. Ia tak sanggup menantang kedua mata kelam yang menenggelamkan ke dalam kegelapan yang tak berdasar itu."Tuan Ray, maafkan saya, saya hanya kaget karena tidak tahu yang datang memeluk saya dari belakang itu adalah Anda." Kiara tidak bohong di sini, tapi reaksin
Kiara merasakan tangan kekar milik Ray terus memeluknya sepanjang malam. Ray menepati ucapannya untuk tidak menyentuh dirinya malam ini. Jika sedang gentle seperti ini, pelakunya Ray kepada dirinya sebenarnya membuatnya meleleh. Kebutaan dirinya dalam mencintai pria yang sudah menghancurkan kesuciannya ini memang merepotkan, perhatian kecil dari Ray saja tidak pernah gagal membuatnya senang."Jangan banyak gerak, Kiara. Memelukmu dari belakang seperti ini bisa membuat nafsuku bangkit kapan saja!" Kata Ray.Kiara langsung membeku. Ia menelan ludahnya dengan sulit. "M-Maafkan saya, Tuan Ray... Saya hanya sedikit pegal saja karena tiduran di posisi yang sama sejak tadi.""Begitukah?""Ya.""Ya sudah, ganti posisi."Kiara mengangguk dan dirinya ganti posisi dengan memiringkan tubuhnya ke arah Ray. Ya, berhadapan dengan Ray. Ray kemudian merengkuh tubuh rapuhnya ke dalam pelukannya.Hangat."Kenapa dipeluk oleh pria yang sudah memperkosaku berkali-kali, dan bahkan pria ini sudah menjadik