"Akhirnya aku bisa lepas dari dia." Kiara merasa sangat lega. Hari ini hari Minggu, harusnya libur dan bisa santai-santai. Namun apa daya, sejak ada Ray di kehidupannya, semua menjadi begitu sibuk. Tidak ada waktu libur untuk bermain-main sesuai keinginan. Jadi Minggunya sibuk 'bermain' dengan Ray."Kwalahan sekali nampaknya kau mengurusi Kaka Ray?" Yuna sekarang sedang duduk di ruang tamu dimana Kiara juga ikut duduk di sana."Sebenarnya tidak sulit, hanya tenaga dia saja yang berlebih, kalau dia belum puas, belum aku dilepas." Kiara mengambil sepotong apel yang ditawari Yuna tanpa omongan, hanya dengan isyrat menyodorkan satu piring berisi berbagai macam potongan buah."Berati kak Ray sekarang sedang tidur?""Hmm... sedang tidur dia. Aku bosan di kamar, makanya aku turun saja.""Kalau dia bangun dan mencarimu sementara kau tidak ada, bagaimana?""Mungkin dia akan kesal?""Kau bisa dihabisi oleh dia!"
Beberapa waktu setelahnya..."Kiara, apa Ray seharian bersama denganmu?" Tanya Ken kepada Kiara.Kiara yang sedang mengiris bawang pun menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh kepada laki-laki yang diketahui sebagai kakaknya Yuna itu. Laki-laki baik hati dan penuh dengan perhatian."Tuan Ray? Dia tidak bersamaku sejak semalam, kak Ken. Memangnya ada apa? Bukankah biasanya dia lembur kalau tidak pulang seperti ini." Ujar Kiara."Begitu kah? Dia tidak datang ke kantor. Sampai kantor bubar, dia juga tidak terlibat di sana. Aku pikir dia bersamamu seperti biasanya.""Tidak... Tuan Ray tidak bersama denganku. Aku juga yakin dia tidak ada di mansion hari ini. Semalam dia pulang, tapi hanya sebentar, lalu pergi lagi. Tidak bilang mau kemana."Ya, semalam Kiara tidak melayani nafsu bejat 'tunangannya' itu seperti yang sudah-sudah. Ray pulang kerja dan terlihat sangat lelah. Kiara pikir, Ray mau istirahat saja tanpa harus melakukan hubungan sex. Namun ternyata, Ray malah pergi lagi entah kemana.
Kiara baru selesai mengerjakan tugas kuliahnya. Lalu ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dan pegal. Setelah itu, ia memberesi meja belajarnya. Mengembalikannya ke tempat semula agar meja belajarnya rapi. Merasa semuanya sudah rapi, Kiara pun minum sisa air mineral yang sebelumnya menemani malam belajarnya."Habis... aku mau ambil lagi air minumnya."Kiara berjalan ke dapur yang ada di lantai satu untuk kembali mengisi gelas minumnya. Memang lumayan jauh dari kamarnya, tapi tidak mengapa, sudah terbiasa. Sudah tidak lelah lagi.Kiara membuka kulkas dan mengambil botol berisi air mineral dingin dari sana ke dalam gelas kosong miliknya."Kiara, kau sedang haus?" Tanya suara laki-laki yang tiba-tiba saja mengagetkan Kiara."Ya Tuhan! Kak Teha, kau membuat diriku sangat kaget!" Ujar Kiara.Maklum, lampu utama sudah dimatikan mengingat hari ini sudah malam. Kebanyakan para penghuni Mansion mewah ini sudah pada tidur. Ketika ada suara cukup keras jelas membuat Kiara sangat kaget. Jan
KIARA'S POVPagi harinya, entah kenapa Tuan Ray mengajakku pergi ke salah satu desainer ternama untuk membuat gaun pernikahan. Padahal, sejak awal aku selalu bilang kepada dirinya jika aku tidak masalah hanya mengenakan gaun pernikahan sederhana yang dijual di toko. Bagiku, yang penting bukan masalah gaun pernikahan yang dipakai, tetapi ikrar pernikahan dan janji kepada Tuhan sebagai sepasang suami istri.Hanya itu...Namun, mengingat Tuan Ray adalah orang yang sangat keras kepala dan mutlak, aku tidak bisa sembarangan menolak perintah darinya. Aku terlalu takut dia akan memberikan hukuman kepadaku."Ayo turun..." Ujar Tuan Ray ketika kami akhirnya sampai di parkiran Butik milik desainer fashion ternama itu.Twinflame Boutique."Iya."Kami pun turun dan segera masuk ke butik itu. Ini memang butik khusus yang menyediakan apapun yang berhubungan dengan pernikahan, terutama pakaian. Butik ini ada dua lantai dan cukup luas. Banyak pengunjung yang datang, termasuk kami.Ah, mereka adalah se
RAY'S POVMataku perlahan-lahan terbuka dari rasa lelahku. Ah, aku sempat tertidur rupanya, meski tidak lama. Jam berapa sekarang?Entahlah, aku terlalu malas mengambil jam tangan milikku di atas nakas hotel.Hotel?Benar, aku ingat, aku sekarang sedang berada di hotel.Aku menengadahkan wajahku ke samping kanan dan melihat punggung seseorang yang tidur di sampingku. Seingatku, aku selalu tidur sendirian dalam kamarku, kecuali 2-3 bulan akhir-akhir ini. Seorang wanita yang ku hancurkan masa depannya selalu menemani tidurku.Saat kulihat rambut panjang wanita itu tergerai di punggungnya, ingatan erotis yang terjadi sebelumnya berputar di benakku. Yang tadi benar-benar sangat panas.Aku kembali membayangkan saat-saat dimana aku berbagi kenikmatan dengan Kiara. Wajah pasrah Kiara saat tubuhnya terbaring lemah menerima gerakkan kejantananku, suara desahan dan erangan ketika dirinya menyebut namaku, terdengar mengalun merdu tanpa henti dari bibir merah mudanya. Lalu, pancaran kepuasan yan
Seminggu kemudian...Yuna merentangkan kedua tangannya dan melakukan stretching untuk meredakan rasa pegal di lengannya."Beres! Akhirnya seminggu ujian beres juga. Hah, ada beberapa materi yang sulit, tapi aku sangat bersyukur karena pada akhirnya kita bisa menyelesaikannya dengan baik." Ujar Yuna."Benar, syukurlah." Timpal Kiara.Saat ini, kedua wanita ini sedang duduk di gazebo kampus setelah selesai menyelesaikan ujian terakhir mereka. Kiara dan Yuna pun memilih membeli beberapa makanan ringan dan minuman untuk menemani mereka berdua mengobrol."Kiara, bagaimana persiapan acara penrikahanmu dengan kak Ray?""Hmm, semua berjalan dengan baik, aku rasa... Memangnya ada apa? Bukankah kau sudah tahu karena setiap saat kau selalu bertanya?""Ya, akan sangat aneh kalau hari ini aku tidak bertanya. Maka dari itu hari ini aku menanyakannya." Yuna nyengir."Astaga, kau ini... Intinya semua lancar-lancar saja. Tidak ada kendala. Gaun pengantinnya bahkan sudah jadi, tinggal diambil. Nanti so
Sebelumnya..."Selamat sore, nama saya Yuna William. Ano, saya yang diutus Tuan Alvaro Rayvansha dan Nona Saskiara Felicia untuk mengambil gaun pengantin." Kata Yuna dengan sopan kepada pelayan boutique.Berhubung pemiliknya pergi, jadi menurut Yuna, semua malah berjalan jauh lebih cepat."Ah, iya, Nona Yuna... Gaun pengantin milik Nona Saskiara sudah siap. Jika Anda berkenan, Anda boleh memeriksanya ulang. Anda boleh komplain atau mengajukan klaim jika ada yang tidak sesuai dengan gaun pengantinnya." Kata Pelayan Boutique."Saya rasa, kakak saya sudah membahas hal ini sebelumnya dalam kesepakatan dengan pemilik boutique. Jadi, ini nanti biar diurus saja sama kakak saya jika ada sesuatu yang membuat kurang pas.""Baiklah kalau begitu, ini tolong tanda tangani di sini...""Ya..."Yuna pun segera menandatangani bukti pengambilan barang yang disodorkan kepada dirinya oleh pelayan boutique.Pelayan boutique itu memeriksa sekilas. "Terima kasih, Nona Yuna. Semuanya sudah beres.""Sama-sama
Sesampainya di mansion mewah Ray, Yuna segera memarkirkan mobilnya. Ia baru saja berkendara dengan kecepatan setan. Ia bahkan hampir saja kecelakaan, beruntung Tuhan masih menyelamatkannya kali ini. Ia tak mau menyalahkan siapa-siapa, ini murni kesalahan dirinya. Namun, pikiran akan kembalinya Rena telah mengambil banyak ruang di dalam otaknya.Yuna hanya tak bisa memungkirinya, tapi ia tidak tahu harus bagaimana.Ya, ini soal pesan dari Rena terhadap kakak angkatnya, Ray."Tentu saja aku tidak akan menyampaikan pesan darinya kepada kak Ray, kan? Memangnya dia pikir dia siapa? Lalu, kenapa juga dia tidak bilang sendiri pada kakak?" Kesal Yuna.Ia memasuki mansion itu dengan perasaan campur aduk. Sulit dijelaskan bagaimana harus bersikap.Dan oh... kakak angkatnya itu bahkan sudah menunggunya di ruang tamu utama mansion. Ray duduk bersebelahan dengan Kiara.Ritual sex mereka sudah selesai rupanya.Yuna melangkah dengan semakin gusar, jantungnya berdetak kencang. Apalagi ketika mata taj
Apa yang baru saja dikatakan oleh Ray? Rena di luar negeri menggugurkan kandungan? Kiara yakin dengan sangat pasti bahwa dirinya dapat mendengar dengan jelas ucapannya Ray. "K-Kau..." Rena mulai terbata." Ray menatap intan ke arah Rena. "Tidak perlu berbohong kepadaku, Rena. Aku tidak sebodoh itu untuk berdiam diri dan seolah-olah tidak tahu apa-apa." "..." "Aku tahu kau ke luar negeri untuk menggugurkan kandunganmu. Aku tahu jika kau membuka selangkanganmu untuk pria-pria di luar sana. Aku tahu kau adalah wanita murahan yang selalu saja tidak cukup bermain dengan satu pria." Tubuh Rena gemetaran setelah mendengar ucapan dari Ray. "I-Itu tidaklah benar Ray. Mana mungkin aku seperti itu." Ujar Rena. Sementara itu, Kiara hanya bisa mematung di sampingnya Ray. Ia bahkan kesulitan untuk mengedipkan matanya ketika mendengar ucapan dari sang suami ini. Rena pergi ke luar negeri untuk menggugurkan kandungan? Rena bermain dengan banyak pria? Apakah Ray ini tidak asal b
Time skip... "Saya tidak paham dengan apa yang terjadi. Apa maksudnya Anda meminta saya untuk kembali bertemu dengan Anda lagi? Apakah Anda sama sekali tidak puas dengan jawaban saya tempo hari? Jawaban saya akan selalu sama dan tidak akan pernah berubah! Saya tidak akan pernah mengembalikan Alvaro Rayvansha kepada Anda!" Ujar Kiara dengan sangat tegas. Ia bahkan sampai menyilangkan kedua tangannya. "Aku sudah habis kesabaran. Sepertinya memang sulit berbicara baik-baik dengan dirimu, ya? Padahal, di sini dirimu lah orang ketiga di antara aku dan juga Ray. Seharusnya kamu itu sadar diri, harusnya kau pergi setelah pemilik hati asli Ray kembali!" Kata Rena tak mau kalah. "Pemilik asli hati Ray?" Kiara menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tertawa lebar setelahnya. "Ha hahahah, jangan bercanda! Mantan kekasih Anda itu sudah mengganti pemilik hatinya. Pemilik hatinya bukan lagi Anda, tetapi saya, istri sahnya!" Rena mencengkram kain pakaiannya. "Itu jelas tidak mungkin!" "Terse
Beberapa waktu kemudian...Dapur mansion milik Ray..."Bibi Willy, tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak, ya? Aku sendiri benar-benar kesulitan untuk mengusir diri Tuan Ray..." Ujar Kiara.Mengusir Ray?Yang benar saja!Namun, mengusir di sini bukanlah mengusir dalam artian yang buruk. Jadi ceritanya, usai sore yang panas tadi, Kiara memutuskan untuk ikut membantu memasak makan malam. Meskipun bisa dikatakan dirinya sekarang sudah menjadi nyonya rumah dari mansion mewah ini, tetapi dirinya masih sering melakukan aktivitas seperti yang biasa dirinya lakukan sebelum menikah dengan Ray.Ketika ia sedang memasak, suaminya yang seenaknya saja itu selalu saja mengikuti dirinya, terhitung sejak mandi bersama tadi. Ray bagaikan perangko yang tidak mau lepas dari amplopnya. Lalu, lihat apa yang dilakukan oleh Ray saat ini. Pria iblis ini sedang memeluk Kiara dari belakang, tak mau melepaskannya, padahal di situ Kiara sedang memasak dan ada bibi Willy juga!"Tidak masalah Kiara... Tuan Ray
Kiara menata nafas dan detak jantungnya. Ia harus segera mengutarakan pertanyaan yang mengganjal di dalam otaknya ini. "A-Apakah kehadiran saya di dalam hidup Anda hanya untuk tempat buang sperma Anda?" Tanya Kiara hati-hati "Hah?" Ray cengo. Pertanyaan macam apa ini? "A-Ampun, m-maafkan saya... Tolong jangan marah dengan pertanyaan dari saya ini..." Kiara terlihat ketakutan.Ray menghela nafas."Tak bisakah kau menatapku dengan benar? Aku rasa kita seharusnya tidak seasing ini." Ujar Ray.Kiara mencoba menatap Ray, ragu-ragu. Cukup tak menyangka juga apabila Ray akan berkata seperti itu. Bahkan, nadanya terdengar cukup serius.Lalu, tangan kekar tapi kurus itu menyebut lembut pipi hangat Kiara."..." Kiara bingung harus menanggapinya seperti apa.Ray terlalu berbeda."Kalau kau butuh jawaban dari pertanyaanmu, seharusnya kau bisa menatapku dengan benar, kan?""Tapi Anda menyeramkan..."Jawaban polos Kiara hampir saja membuat Ray terjungkal."Dengar, aku memang tidak pandai bersik
"Gilaaa! Dosa apa kau ini sebenarnya, hah? Sudah keluarga hancur, jatuh miskin, diperkosa, kini giliran mau bahagia, malah mantan pacar suami muncul dan mengganggu... Tch, seharusnya aku menikah dengan seorang pria yang sudah selesai dengan masa lalunya! Sialan, sudah lama aku tak sekesal ini!" Kiara terus saja menggerutu usai pertemuannya dengan Rena. Bahkan, ia menjadi tak semangat untuk melanjutkan PKL nya di kantor. Alhasil, ia memilih untuk izin pulang cepat. Harusnya tidak boleh, tapi ia memanfaatkan koneksinya dengan sang pemilik perusahaan untuk bisa izin pulang. Tentu saja ia memakai alasan karena tidak enak badan. Sebenarnya bukan sebuah kebohongan, ia memang pusing, meski bukan pusing karena sakit medis. "Kiara kemana? Aku tidak melihatnya di meja kerjanya?" Tanya Ray pada Ken sehabis dari pertemuan bisnis di luar kantor. "Kau tidak dikirimi pesan sama Kiara?" "?" Ray menaikan sebelah alisnya tanda tidak tahu apa-apa. "Tadi usai jam istirahat siang, dia memint
"Jika aku bilang aku ingin kau mengembalikan Ray padaku, bagaimana?" Ujar Rena "Eh?" Permintaan apa ini? Kiara sampai harus memiringkan kepalanya ketika mendengar perkataan dari wanita yang dulu menjadi kekasihnya Ray. Harus menjawab seperti apa apabila diberi pertanyaan seperti itu? Di sini, yang diminta itu adalah dirinya yang merupakan istrinya Ray! Seorang mantan kekasih meminta kembali suaminya? Wah, sekonyol apa pemikiran dari Rena ini sebenarnya? "Kau pasti syok mendengar permintaan dari diriku, kan? Aku bisa mengerti karena dia sekarang sudah menjadi suamimu. Cukup tidak wajar bagi seorang mantan kekasih seperti diriku meminta suami dari istrinya seperti ini. Namun, aku benar-benar tidak bisa menyerah akan Ray.""Cukup tidak wajar?" Kiara kembali tidak habis pikir. "Permintaan dari Anda ini benar-benar sangat tidak wajar! Anda adalah wanita teraneh yang pernah saya temui di dalam hidup saya." Kata Kiara."Kau boleh menganggap diriku seperti apapun itu. Namun, Ray lebih
Waktu berganti, diketahui jika Rena pun sudah pergi dari kantornya Ray. Kiara sendiri, ia berpura-pura tidur sebentar dan keluar dari kamar setelahnya. Ia diajak makan siang bersama oleh Ray dan ia mengiyakan begitu saja. Tentu, ia tidak membahas apapun soal pembicaraan Ray dengan Rena. Lagipula, Ray sendiri juga bungkam akan hal itu. Ray bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Pria dingin ini juga tidak berniat membicarakan Rena pada Kiara. Jadi, buat apa Kiara mempertanyakannya, kan? "Saya akan kembali bekerja. Permisi..." Ujar Kiara. "Hn. Nanti pulang bersama." Kata Ray. "Ya." Dan waktu juga berlalu begitu saja. Hingga waktu bekerja selesai, lalu pulang setelahnya, tidak ada pembicaraan berarti di antara sepasang suami istri yang baru menikah ini. Malah, lebih banyak diamnya, terutama ketika mereka berdua dalam perjalanan pulang ke rumah. Ah, mobil pun terasa begitu sunyi. Itu tandanya memang tidak ada pembahasan apapun selama perjalanan pulang itu. Entahlah, keduanya s
Sebenarnya, Ray cukup kaget karena tiba-tiba saja wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya ini menampakan diri di hadapannya, tanpa diundang oleh dirinya tentunya. Hanya saja, pria tampan ini sangat pandai untuk mengendalikan ekspresi wajahnya, sehingga meskipun dirinya kaget, tetapi ekspresi seperti itu tidak akan terlihat oleh siapapun. Termasuk Rena.Ray terlihat mengendorkan kerah kemejanya yang sedari tadi terasa begitu mencekik leher. Mata sayunya yang penuh dengan tatapan dingin itu terus saja mengawasi Rena."Aku tidak suka diberi tatapan dingin seperti itu, Ray... Aku merasa tidak nyaman karenanya." Ujar Rena tanpa basa-basi langsung mengutarakan apa yang dirinya rasakan.Tentu saja Ray langsung mengabaikannya."Aku dapat mengingat dengan jelas bahwa aku tidak pernah sekalipun mengirim undangan pada dirimu untuk datang kemari." Kata Ray yang masih setia dengan mimik wajahnya yang datar.Darimana Rena tahu jika dirinya 'bekerja' di Syailendra Group?"Ayolah, tentu saja aku
"Hmm, laporan ini bisa diterima. Aku bisa memahaminya dengan baik karena ini lumayan mudah dimengerti. Kau sudah berhasil dalam membuat laporan, Kiara. Kau lulus!" Ujar Ray usai memeriksa laporan yang Kiara bawa untuk dirinya."...""Kenapa hanya diam saja? Bukankah aku baru saja memberikan pujian yang baik untuk dirimu? Kau tidak senang mendapatkan pujian dari diriku? Bahkan sekedar ucapan terima kasih saja, itu juga tidak keluar dari mulutmu. Sungguh, ini tidak seperti dirimu yang biasanya." Sambung Ray lagi.Sang istri, Kiara pun akhirnya menghela nafasnya, dan apa yang dirinya lakukan ini membuat suaminya tidak suka."Hei, perhatikan sikapmu, Kiara!""Yang seharusnya memperhatikan sikap itu adalah Anda, Tuan Ray!" Seru Kiara."Aku sudah bersikap dengan benar, tidak perlu diperhatikan lagi.""Sudah bersikap dengan benar apanya? Apa-apaan ini, Tuan Ray? Anda tidak mau melepaskan saya dari pangkuan Anda!"Kiara sebenarnya merasa risih karena sedari tadi dirinya berada di dalam pangku