Share

PART 3

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2021-09-13 15:29:21

Kubuka mata perlahan. Tampak orang-orang yang begitu kusayang berjejer di tepi ranjang. Ranjang yang seharusnya menjadi ranjang kenangan indah bersama pasangan, kini hanya menanggalkan sesak dan luka terdalam. 

Luka yang kupastikan tak bisa dengan mudah hilang dari ingatan. Begitu membekas dalam dada, sebab saat itulah aku merasa tak ada harganya dan dicampakkan begitu saja. Terlalu menyakitkan.

Mas Gaza masih sibuk bicara dengan ibu dan umi di sudut ruangan. Mungkin membicarakan video yang tadi kulihat sekilas di ponselnya. Benar-benar hanya beberapa detik karena aku tak sanggup melanjutkan untuk menonton lebih lama. Kepalaku mendadak pening dan sakit melihat tayangan di layar bening itu. 

Sebuah video mengerikan tampil di sana. Jauh lebih mengerikan lagi sebab menampilkan wajahku di sana. Aku benar-benar shock. Cukup histeris dan pingsan begitu saja.

Aku yakin itu tak benar dan sebatas editan, tapi sekilas memang tak tampak jika itu sebuah editan. Seperti nyata, begitu sempurna rekayasanya. 

Namun, bagaimana caraku untuk membuktikan bahwa itu hanya sekadar rekayasa? Jika Mas Gaza tak berniat untuk menyelidikinya lebih lanjut, dengan alasan dia tak ingin mengumbar aib keluarga?

Teganya dia langsung percaya begitu saja bahwa yang ada dalam video itu adalah aku. Dia menjatuhkan talaknya tanpa bertanya satu dua patah kata padaku tentang video itu. Benar-benar sulit dipercaya jika sosok Mas Gaza bisa seceroboh itu.

"Mas, tolong jelaskan padaku. Kamu dapat darimana video itu?" tanyaku lirih. 

Mas Gaza menoleh ke arahku. Ummi dan ibu pun memandangku dengan tatapan iba, tak ada kecewa di wajah mereka. Mungkin mereka juga yakin kalau aku tak mungkin melakukan hal seburuk itu. 

"Aku dapatkan dari orang yang terpercaya, Ran. Mereka tak mungkin membohongiku, aku kenal sudah lama dengan mereka bahkan bertahun-tahun," jawab Mas Gaza kemudian. 

"Iya tapi siapa?" tanyaku setengah memaksa. Aku berusaha untuk duduk, bersandar dengan bantal di atas ranjang. 

"Kamu nggak perlu tahu soal itu, Ran. Yang harus kamu jelaskan, kenapa kamu bisa melakukan ini?" tanya Mas Gaza lagi. Kutatap tajam kedua matanya yang masih diliputi kecewa dan emosi. 

"Apa kamu percaya jika aku bilang bahwa dalam video itu bukan aku?" tanyaku lagi. 

"Berarti kamu menuduh pengirim video itu membohongiku?" tanyanya balik.

"Aku tak menuduhnya. Aku hanya tanya apa kamu percaya ucapanku jika aku bilang bahwa dalam video itu bukan aku?" tanyaku lagi. 

"Jadi maksud kamu apa, Ran? Perempuan bug*l dalam video itu bukan kamu, begitu?" tanyanya lagi.

"Iya. Itu bukan aku, Mas. Bahkan melepas hijab di teras rumah saja aku nggak pernah. Bagaimana mungkin aku melakukan hal sebodoh itu?"

"Apa aku harus lebih percaya sama kamu yang baru kukenal beberapa bulan dibanding pengirim video itu? Mereka yang sudah kukenal bertahun-tahun?" Mas Gaza kembali bertanya. 

"Tapi aku nggak pernah melakukan itu. Terserah kamu percaya atau tidak, Mas," ucapku lagi. 

Tangisku kembali pecah. Tega-teganya suami sendiri meragukan ucapan istrinya. Lantas bagaimana nasib rumah tanggaku nanti jika dia jauh lebih mempercaya orang lain dibandingkan istrinya sendiri?

"Abah antar ke orang yang lebih paham dalam hal ini, Za. Kita buktikan yang sebenarnya. Kamu jangan percaya begitu saja apalagi ini bukan perkara biasa. Bagaimana jika Rania yang benar sedangkan kamu yang salah?" Abah kembali memberi saran namun lagi-lagi Mas Gaza menolak. 

"Nggak perlu, Bah. Gaza nggak mau menyebarkan aib keluarga sendiri. Gaza sudah lihat video itu beberapa detik sampai Gaza lihat ada jam tangan dan gamis yang tergeletak di ranjang, sama persis seperti gamis yang pernah dipakai Rania kala itu. Apa itu belum cukup bukti jika video itu memang dia?"

"Istighfar, Gaza! Umi yakin itu bukan Rania. Umi kenal betul siapa ibunya," ucap Ummi membela."

"Iya, Ummi memang kenal ibunya sejak lama tapi umi nggak begitu kenal anaknya." Mas Gaza masih saja bersikukuh dengan opininya. Dia tetap tak ingin rujuk, bahkan terang-terangan bilang akan segera mengurus perceraian kami. Ah, teganya dia!

"Tega kamu, Mas. Kamu lebih mempercayai orang lain dibandingkan aku, istrimu sendiri," ucapku lagi. 

Kupeluk ibu dan menangis di pangkuannya. Ibu pun mengusap kepalaku perlahan. Aku yakin detik ini tak hanya aku yang sakit hati, tapi umi, abah, mas Alif dan keluarga besar ini pun mengalami sakit yang sama kecuali Mas Gaza yang dirasuki entah apa. 

"Kamu baru sehari menjadi istriku, Ran. Sedangkan pengirim video ini, aku sudah mengenalnya bertahun-tahun. Kamu dengar itu, kan? Dari dulu mereka tak pernah membohongiku. Aku mengenalnya bahkan keluarganya," ucap Mas Gaza begitu yakin.

"Ajak dia ke sini. Biar aku sendiri yang tanya kenapa dia bisa mendapatkan video itu. Darimana dan kapan dia mendapatkannya," ucapku lagi. Aku tak terima difitnah begitu saja, apalagi dengan fitnah yang menjijikkan seperti itu. 

"Kenapa? Kamu nggak mau mengajak mereka ke sini?" tanyaku lagi. 

"Aku sudah berjanji untuk tak membocorkan identitas pengirim ini, Ran. Aku tak mungkin melanggar janjiku sendiri," ucap Mas Gaza lagi. Dia tetap menolak permintaanku untuk menghadirkan pengirim video itu. 

"Tapi kamu juga sudah melanggar janjimu di hadapanNya, Mas. Janjimu untuk menjadi pemimpin yang adil. Nyatanya baru tadi pagi kamu berjanji, detik ini kamu sudah mengingkari." Mas Gaza mendongak cepat, menatap kedua mataku lekat.

"Aku nggak mungkin melanjutkan pernikahan dengan perempuan yang mengumbar auratnya bahkan bug*l di hadapan laki-laki lain, Rania. Aku malu jika ibu dari anak- anakku memiliki sikap seburuk itu. Aku malu. Aku malu!"

"Terserah apa maumu, Mas. Tapi yang jelas, dalam video itu bukan aku! Aku masih waras dan nggak mungkin melakukan hal sebodoh itu!"

"Ibu juga bisa pastikan kalau itu bukan Rania, Za. Ibu mendidiknya sedari kecil untuk menutup aurat bahkan jika keluar rumah, kedua kakinya pun tertutup rapat. Mana mungkin Rania melakukan hal bod*h seperti itu.

Buat apa? Soal uang dia tak pernah kekurangan meski hidup kami pas-pas an. Alif juga sosok pengganti bapak yang baik untuk keluarga. Dia kakak yang tanggungjawab. Tak pernah membiarkan adiknya kenal laki-laki sembarangan" Ibu tergugu di sampingku, lalu berpelukan dengan Ummi. 

"Maafkan anakku, Er. Maafkan dia," ucap Ummi berulang kali. Mereka masih saja berpelukan dalam tangis. 

"Aku tak akan memaafkanmu begitu saja, Za. Kamu sudah merendahkan adikku!" bentak Mas Alif kemudian. Kedua tangannya mengepal hendak menonjok Mas Gaza, tapi Abah memintanya untuk kembali istighfar. 

"Maafkan Gaza, Bah, Mi. Pikiran Gaza kacau. Gaza malu. Sekali lagi maaf, Gaza nggak bisa melanjutkan pernikahan ini," ucap Mas Gaza lagi. Dia pergi begitu saja meninggalkan kami di kamar yang cukup luas ini.

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
katanya orang berpendidikan ko cetek sih pemikiran nya. kroscek dulu dong?? apa juga motif pelaku ngirim video pas malam pertama gitu..haduh ...‍♀️
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Wah videonya kayaknya yg ngedit 2 cewe sohibnya tuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   PART 4

    Aku mencoba bangkit, mengejar Mas Gaza yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Kubersimpuh di kakinya, meminta dia untuk tak main-main dengan talaknya. Apalagi hari ini adalah hari pertama kami menikah. Apa kata orang nanti jika aku langsung mendapatkan talak di hari pertama pernikahanku. Aku tak mungkin tega membuat dua keluarga yang saling memeluk mesra bahkan bersahabat sejak lama pecah dan hancur seketika. Sekali pun nanti Mas Gaza akan menutupi penyebab talaknya, tapi siapa yang bisa menjamin kabar yang beredar di luar sana? Aku justru takut, semakin ditutupi, opini liar di luar justru akan semakin mengular. Mereka akan mengira-ngira dan menebak apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa baru sehari menikah langsung dijatuhkan talak? Jika sudah seperti itu, sama saja akan membuatku malu di depan umum. Mereka pasti akan berpikir macam-macam tentangku, sebab perempuan baik-baik tak mungkin akan dijatuhkan talak di malam pertama pernikahannya. Begitulah opini mere

    Last Updated : 2021-09-13
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   PART 5

    Aku tak menyangka bahkan seakan masih tak percaya jika keputusan Mas Gaza untuk bercerai denganku benar-benar sudah bulat. Siapa pun termasuk Abah dan Umi tak bisa mencegah keinginannya. Dia tetap bersikukuh untuk berpisah. Tak peduli berulang kali kukatakan bahwa aku tak bersalah dalam hal ini. Mau tak mau aku juga harus merelakan semuanya. Aku pun harus ikhlas pergi dari sini karena tak lagi menjadi menantu dalam keluarga ini. Air mata tak jua terhenti meski berulang kali aku menyekanya. Sesak di dada belum jua sirna meski aku sudah berulang kali berusaha menata hati untuk lapang dada. Perih yang tertoreh tak bisa hilang begitu saja. Benar-benar sakit selaksa tertusuk sembilu berkali-kali. Berulang kali kucoba menghela napas panjang seraya beristighfar, berharap semua hilang perlahan. Namun nyatanya sakit ini seolah makin terasa menyesakkan. "Ran, kita pulang saja. Sepertinya hati Gaza memang sudah membatu. Tak perlud itangisi, Mas percaya kam

    Last Updated : 2021-09-13
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   PART 6

    Muhammad Azka Ramadhan. Saudara kembar Mas Gaza yang tiba-tiba membuat hatiku bergetar seketika. Laki-laki sederhana yang mau menerimaku apa adanya, tanpa pernah mencela apalagi mengungkit video panas yang Mas Gaza bilang akulah pelakunya. Kedua mataku mulai menghangat lagi. Ada perasaan yang tak bisa kugambarkan di sana. Sementara Mas Gaza terpaku dari tempatnya. Berdiri di ambang pintu, sesekali melirikku tanpa kata. "Bagaimana Rania? Apa kamu bersedia?" tanya laki-laki itu lagi. Semua orang yang masih berdiri di halaman rumah cukup mewah ini pun terdiam beberapa saat lamanya. Saling pandang tak mengerti, bahkan Umi kembali dalam tangisnya. "Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri padamu. Aku Azka, adik kembar Mas Gaza. Tak banyak hal yang dapat kuceritakan padamu, Rania. Karena aku memang bukan seorang yang istimewa. Aku jauh berbeda dengan Mas Gaza. Karena itu pula, aku tak memaksamu untuk menerima pinanganku." Kepalaku mendongak ke arahnya.

    Last Updated : 2021-09-13
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   PART 7

    Perjalanan hidup yang tak mudah. Kadang mulus, lurus kadang terjal dan berliku. Kupikir, Mas Gaza adalah laki-laki pertama dan terakhir dalam hidupku, tapi ternyata takdir berkata lain. Siapa yang bisa mendikte takdir? Tak ada yang bisa kecuali Dia. Sekuat apa pun aku menggenggam, jika takdirnya terlepas aku bisa apa? Rasanya, air mata sudah cukup kering untuk sekadar menangisinya. Lelah, capek bahkan seolah merasa paling terluka. Berbagai opini liar mulai menyebar. Tak ada yang membocorkan soal video itu. Karena itulah mereka berpendapat, menerka-nerka apa yang membuatku pulang ke rumah setelah malam pertama. "Rania, istikharah di sini saja. Jika kamu pulang, banyak orang akan menerka-nerka apa yang terjadi. Kamu lebih aman di sini," ucap Mas Azka satu minggu yang lalu. "Biar Rania istikharah di rumah, Ka. Dia akan lebih tenang di sana. Orang-orang hanya akan menerka-nerka, biarkan saja asalkan tak ada yang membocorkan masalah ini. InsyaAllah

    Last Updated : 2021-09-20
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   PART 8

    POV : RANIA"Rania, kamu mau pernikahan kita digelar biasa atau agak mewah?" tanya Mas Azka sebelum dia pulang. Aku hanya tersenyum tipis."Tak perlu mewah Mas, sederhana saja yang penting langgeng dan bahagia, daripada mewah tapi hanya berjalan sekejap mata. Lagipula apa tanggapan orang-orang jika tahu aku menggelar resepsi lagi," ucapku dengan senyum tipis.Ummi terlihat sedikit sendu saat mendengar ucapanku. Ah Ummi, aku tak bermaksud membuatmu kembali mengingat kejadian itu. Namun memang, acara pernikahanku dengan Mas Gaza kemarin digelar cukup mewah, banyak kolega dan karyawan serta saudara Abah dan Ummi yang datang. Cukup meriah, banyak tawa bahagia meski pada malamnya berakhir dengan derai air mata."Baguslah, Rania. Lagipula aku juga hanya mampu membawamu ke penghulu saja. Untung kamu juga mau yang sederhana, kalau nggak, aku pasti kebingungan soal dana," ucap Mas Azka dengan tawanya.Tawanya. Ya ... tawa yang begitu ketara menyimpan luka. Bagiamana tidak? Siapa yang tak menge

    Last Updated : 2021-09-20
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   BAB 9

    Aku kembali ke rumah ini. Rumah cukup mewah tingkat dua dengan cat biru muda. Mau tak mau kembali mengingat masa itu, di saat aku mendapatkan tamparan memalukan dari orang yang begitu kusayang. Genggaman tangan Mas Azka belum jua terlepas saat aku melewati ruang keluarga, dimana Mas Gaza asyik ngobrol dengan sahabat-sahabatnya. Ketiga sahabatnya yang waktu itu sempat dia kenalkan padaku. Mereka tampak sangat kaget saat melihat kami datang. Apalagi saat sadar Mas Azka semakin erat menggenggam tanganku. "Rania." Sebuah panggilan menghentikan langkah kami. Mas Azka pun membalikkan badan ke sumber suara. "Ada apa, Mas?" Mas Ahdan sudah berdiri menatapku beberapa saat lamanya. "Kamu-- "Apa Mas Gaza belum cerita?" "Soal?" "Rania sah menjadi istriku," ucap Mas Azka begitu tenang. Ada gurat keterkejutan di sana. Laki-laki yang kukenal beberapa tahun silam itu seolah tak percaya apa yang dia dengar. Apa Mas Gaza belum ce

    Last Updated : 2021-09-29
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   BAB 10

    Malam pertama pasca menikah yang begitu mendebarkan. Aku pernah melewati malam seperti ini. Malam yang sama, dimana kulewati dengan tangis dan luka. Namun kini, aku melewatinya dengan hati yang lebih tenang dan bahagia. Kulihat Mas Azka keluar dari kamar mandi, mengenakan kaos oblong dengan celana kolor si bawah lutut. Dia menatapku beberapa saat lalu tersenyum. Senyum yang begitu menenangkan tiap kali kumemandang. "Tidurlah, Dek. Kamu pasti capek," ucapnya pelan lalu menjatuhkan badannya ke sofa kamar. Aku masih menatap beberapa saat. "Kenapa?" Kedua kalinya aku menggeleng pelan. "Tidurlah di ranjang, biar mas tidur di sofa ini," ucapnya lagi. "Kenapa begitu? Apa mas masih ragu-- Kedua mataku kembali menghangat. Tak mampu kulanjutkan kalimat yang terpotong itu. "Nggak. Bukan karena itu, justru karena aku mencintaimu hingga tak ingin memaksamu melakukan sesuatu

    Last Updated : 2021-09-29
  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   BAB 11

    POV : RANIA Awan gelap menggantung di angkasa. Rintik hujan mulai membasahi bumi. Kini, langit tak lagi menampakkan sisi cerahnya. Mungkin sama gelapnya dengan perasaan Ummi kali ini. Dengan berurai air mata mau tak mau, rela tak rela harus melepas kepergian anak lelaki kesayangannya. "Jangan terlalu bersedih, Mi. Kalau ada waktu libur, Gaza pasti akan pulang. Atau kalau Umi terlalu rindu, datang saja menjenguk Gaza ke sana," pamit laki-laki itu dengan senyum tipis. "Umi pasti akan sangat merindukanmu, Za. Pasti." Perempuan tengah baya dengan jilbab lebarnya itu berulang kali menyeka kedua sudut matanya yang basah. Berulang kali pula dia memeluk anak laki-laki kesayangannya itu. "Makanya doakan Gaza biar lekas dapat calon istri, Mi. Biar nanti bisa di rumah terus menemani umi." "Iya. Umi selalu mendoakan kamu setiap waktu, Za." "Umi bilang mau menantu yang cantik, kan? Di sana pasti banyak calon menantu yang cantik seperti keinginan umi." Lagi, laki-laki itu mencoba untuk te

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 24

    ~ Beberapa Bulan Kemudian ~ Gerimis pagi mulai datang mengguyur, membuat banyak orang makin malas beranjak dari tempat tidurnya termasuk Aisyah dan Gaza, meski denting alarm sebagai tanda waktu menunjukkan pukul empat pagi sudah berbunyi. Biasanya Aisyah segera bangun, membuat sarapan sembari menunggu adzan subuh berkumandang. Tapi kali ini dia berbeda. Lebih nyaman tenggelam dalam dekapan suaminya dan mengirup wangi tubuhnya dibandingkan harus ke luar kamar dan berkutat dengan perabot dapur. "Sayang ... nggak bangun?" tanya Gaza lirih. Lengan kekarnya masih terus memeluk Aisyah di dalam selimut tebalnya. "Hujan, Mas. Malas masak," balas Ais pelan tanpa membuka kedua matanya. "Oohh ... ya sudah sarapan roti panggang aja nanti. Buat makan malam mah gampang bisa gofood," jawab Gaza santai. Dia memang sosok suami tersantai kalau soal makanan. Istrinya rajin masak oke, nggak mau masak pun nggak masalah. Bisa beli di luar. "Mas ... tapi perutku tiba-tiba mulas," bisik Ais lagi. Ga

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 23

    Pagi menjelang siang. Perempuan yang selalu usil dan kesal dengan Ais itu pun diizinkan pulang dari rumah sakit. Kaki kirinya patah, butuh waktu cukup lama agar bisa pulih kembali. Sekarang tak ada yang bisa dia sombongkan, karena kaki jenjangnya bisa bergerak juga atas bantuan kruk. "Ndah, kamu di mana? Aku udah pulang dari rumah sakit," ucap Jesy melalui sambungan teleponnya. Dia begitu kesal dengan Andah yang hanya menjenguknya di hari pertama masuk rumah sakit, sedangkan rencana itu memang dilakukan berdua. Jesy berpikir Andah lepas tangan dan pergi begitu saja saat dia membutuhkan pertolongan. "Ke Jakarta, Jes. Nggak balik Jogja lagi," jawab Andah lesu. Dia menghela napas lalu menyandarkan badan ke sofa. Sejak omelan dan ancaman Gaza tempo hari, Andah memang masih cukup shock bahkan tak ada semangat untuk melakukan aktivitas apa pun. Salon di Jogja resmi dihandle Budhenya, sementara yang di Jakarta masih digarap sepupu dan karyawannya. Dia hanya sesekali datang untuk cek la

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 22

    "Ketemu Arif, kan?" tanya Gaza cepat saat melihat istrinya memasuki ruang tamu. Sudah sejak setengah jam lalu dia menunggu Ais dengan perasaan tak menentu. Ais pun mulai berdebar tak karuan, tapi dia akan jujur apa yang dia bahas dengan dosen tampannya itu. Tadi dia sengaja mematikan panggilan suaminya karena tak ingin terjadi kesalahpahaman lagi. Ais hanya ingin menjelaskan secara langsung apa yang dia lakukan bersama dosennya. Setidaknya jika dijelaskan di rumah, saling tatap berdua akan lebih meminimalisir curiga. Bohong pun percuma sebab suaminya tahu kedua matadan gestur tubuhnya tak bisa diajak berdusta. "Iya, Mas. Aku bertemu Kak Arif. Kamu tahu, kan? Kemarin kamu juga sudah baca chatnya," ucap Ais sambil tersenyum. Gaza sedikit kaget mendengar ucapan istrinya. "Ngintip, ya? Pura-pura tidur," ucap Gaza sembari mengacak pelan pucuk kepala Ais yang tertutup jilbab merah tua. Ais hanya terkikik melihat ekspresi terkejut dari Gaza. "Jadi ngapain kalian di sana? Ngobrolin a

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 21

    |Ais, sepertinya kita harus bertemu. Aku harus ngomong sesuatu sama kamu. Sekalian tanya suatu hal agar tak ada lagi ganjalan dan penasaran| Pesan dari Kak Arif kembali dibaca Ais. Tak hanya sekali dua kali namun berulang kali. Mungkin memang kini saatnya dia bertemu dan bicara soal pernikahannya dengan laki-laki itu agar semua sama-sama bahagia. Tak ada ganjalan berarti nantinya. |Baik, Kak. Kita ketemu di mana? Nanti aku ajak Nur, supaya nggak ada fitnah di antara kita| Akhirnya Ais mengirimkan balasan itu untuk Kak Arif setelah berpikir cukup panjang. Ais berpikir, semoga pertemuan nanti bisa membuat persoalan hati itu selesai dan sama-sama ikhlas untuk menerima semuanya. |Di warung steak dekat candi Prambanan, besok jam empat sore, ya. Aku tunggu di sana| Ais menghela napasnya lalu memejamkan mata perlahan. Terdengar suara Gaza dari lantai bawah, menaiki tangga dengan tergesa. Dia sedikit jongkok saat sampai di depan pintu kamarnya yang terbuka. "Ngapain lari-lari begitu si

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 20

    "Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari luar. Entah siapa tamu yang datang sore-sore begini. Ais masih duduk santai di samping jendela sembari membaca buku saat terdengar bel dan salam dari luar."Wa'alaikumsalam," ucap Ais kemudian. Dia segera meletakkan novel kesayangannya ke atas meja lalu melangkah perlahan ke pintu utama. Gaza masih sibuk di kamarnya untuk membersihkan badan karena baru saja pulang dari kantor. "Aissss ... menantu ummi yang cantik!" ucap ummi tiba-tiba saat pintu terbuka. Ais pun membelalak seketika saat melihat ummi dan mamanya tiba-tiba datang ke rumah. Tak memberi kabar terlebih dahulu, berasa benar-benar kejutan spesial. Mama pun memeluk dan mencium keningnya beberapa saat untuk melepas kerinduan."Ayo masuk dulu, Ma, Mi. Mas Gaza ada di atas, baru saja pulang ngantor. Mungkin istirahat atau bersih-bersih," ucap Ais lagi. Ummi dan Mama saling pandang seketika."Gaza di atas, Is? Kamu bilang sama ummi waktu itu katanya enak tidur di bawah? Jadi kalian-- Lagi

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 19

    |Baiklah kalau memang itu maumu. Kita bersaing secara sehat, Rif. Tapi ingat, jika Aisyah lebih memilih aku maka kamu harus mundur. Aku akan memperjuangkan pernikahan ini, dan aku juga akan memperjuangkan cintaku padanya. Aku tak akan membiarkan dia berpaling dariku. Ingat itu!| Gaza kembali mengingat pesan yang dikirimkannya sendiri untuk Arif. Dosen tampan dan pintar di kampus Ais yang kini benar-benar menyatakan perang padanya. Dia yang nyatanya masih begitu mencintai Aisyah, sementara Gaza yakin Ais masih cukup bingung akan cintanya sendiri. Bertahan dengan kebimbangan atau pergi dengan kepincangan. Gaza ke luar kamarnya mendapati Ais yang masih termenung di anak tangga paling bawah. Sudah seminggu belakangan mereka memang kembali tidur di kamar masing-masing, meski baju masih tetap di tempat semula. Nggak berpindah, sebagian baju Aisyah ada di lemari Gaza di kamar atas pun sebaliknya. Sebagian baju Gaza ada di kamar bawah-- kamar milik Aisyah. Aisyah masih memikirkan Andah ya

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 18

    |Kenapa, Mas? Bukan kah kamu sendiri yang sering membuat huru-hara? Kamu ngapain makan berdua dengan perempuan centil itu? Kamu mau membuatku cemburu? Atau kamu memang sengaja memberikan harapan untuk perempuan itu?| 'Gimana, Mas? Bingung sekarang kan? Sepertinya kamu memang sengaja menabuh genderang perang denganku. Jika kamu sengaja membuatku cemburu, terlalu mudah bagiku membuatmu terbakar juga.' Batin Aisyah kesal. Dia terus menggerutu. |Kamu mengancam? Kenapa memutar balikkan pesanku?| Ais tersenyum tipis, sepertinya rencananya berhasil membuat Gaza bertambah kesal. Pesan Andah tadi masih terngiang di benak Ais. Bagaimana mungkin suaminya masih saja berteman dan mempercayai omongan perempuan bermulut ember seperti Andah. Tukang fitnah dan adu domba seperti dia seharusnya tak perlu ditanggapi, tapi nyatanya Gaza masih saja terperdaya. Dia lebih percaya orang lain dibandingkan istrinya sendiri. Benar-benar aneh. Ais kembali mengomel dalam hati. Sementara Gaza masih ter

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 17

    Ais benar-benar terlonjak saat melihat suaminya sudah berdiri di ambang pintu. "Kenapa? Kaget begitu," ucap Gaza santai. Kaki kanannya menghadang ke tengah pintu, membuat Ais tak bisa ke luar dari kamarnya. Hati Ais makin berdebar tak karuan saat Gaza menurunkan kakinya dari bingkai pintu lalu masuk ke kamar Ais. Perlahan dia menutup pintu kamar Ais dan mengajak perempuan cantik itu duduk di atas ranjang. Mereka saling tatap beberapa saat, membuat Ais benar-benar salah tingkah. Sedari tadi dia menunduk malu, apalagi tiap melirik ada mata Gaza yang meliriknya balik. "Jadi gimana, Ais?" tanya Gaza singkat. "Gimana apanya, Mas?" tanya Ais kembali berdebar, sementara Gaza tersenyum tipis menatap istrinya. "Mau tidur di sini atau di kamar atas?" tanyanya singkat sembari mengedarkan pandangan. Aisyah tampak gugup dan salah tingkah. Dia benar-benar dalam keadaan cemas dan gemetaran apalagi saat Gaza menoleh ke arahnya, jarak diantara keduanya hanya sejengkal saja membuat Ais rasanya ta

  • IZINKAN AKU MENCINTAIMU   Terjebak Sandiwara Pernikahan 16

    Jam delapan pagi, Gaza dan Aisyah ke luar dari hotel menuju rumah ummi. Meski semalam sudah berbaikan, namun mereka masih saja canggung. Hanya diam di dalam mobil meski sesekali saling senyum dan lirik. Benar-benar mirip ABG yang masih sok jual mahal. Sekitar satu jam dari hotel akhirnya mereka sampai di rumah ummi. Itu pun karena macet. Jika tidak, hanya butuh sekitar tiga puluh menit saja untuk sampai ke rumah ummi. Hati Aisyah cukup berdebar saat mobil Gaza mulai memasuki garasi yang cukup luas. Mobil Azka pun terparkir di sana, mungkin semalam dia dan Rania menginap. "Ayo turun," ucap Gaza setelah mesin mobil terhenti. Aisyah tampak menghembuskan napas panjang lalu menganggukkan kepala. Dia mengambil sebuah kado berisi gamis cantik merk favorit ummi dari jok belakang lalu membuka pintu perlahan. "Ais ...." Panggilan Gaza membuat Ais berhenti membuka pintu. Dia menoleh seketika ke arah suaminya. "Bersikap lebih romantis bisa, kan?" tanya Gaza singkat. Debar di dada Ais mak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status